Literasi Perawat ~ Perawat merupakan salah satu unsur yang paling penting bagi pengembangan pemberian pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan kesehatan di Indonesia meliputi pelayanan di klinikal dan di masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat di klinikal mempunyai lingkup kerja merespon keluhan pasien yang dirawat ditempat tersebut. Bagi perawat di lingkungan masyarakat, mereka tidak hanya merespon pada keluhan pasien semata tetapi mempunyai fungsi sebagai orang yang mampu memperbaiki kebijakan terkait kesehatan bersama-sama dengan staf Dinas Kesehatan setempat.
Peran perawat di masyarakat harus mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dialami oleh individu, keluarga, masyarakat atau kelompok tertentu pada wilayah kerja. Sehingga pendapat yang kadang kita dengar di masyarakat bahwa perawat puskesmas bekerja hanya 8 jam per hari atau istilah pergi jam 08.00 pulang jam 14.00, tidaklah tepat. Faktanya, perawat yang bekerja di masyarakat mempunyai pekerjaan tambahan yang bisa dikatakan mampu untuk mempengaruhi kebijakan. Hal ini disebabkan karena perawat masyarakat adalah ujung tombak dalam pelayanan kesehatan. Penemuan-penemuan kasus yang tidak dapat dilaporkan di Rumah Sakit dapat ditemukan oleh perawat masyarakat.
Kegiatan utama perawat masyarakat adalah melakukan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat perventif atau pencegahan. Hal ini sangat sejalan dengan program yang baru saja dicanangkan oleh menteri kesehatan mengenai keluarga sehat pada tahun 2017. Alasan yang paling mendasar dalam pencanangan program tersebut karena pandangan bahwa keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang bisa menjadi titik awal untuk memperkenalkan hidup sehat bagi semua anggota keluarga.
Kesulitan yang dirasakan oleh masyarakat adalah minimnya tenaga perawat yang ada di puskesmas pembantu. Kebutuhan perawat dipedesaan sangatlah banyak. Tetapi, animo perawat yang bekerja di desa tidak sebanyak yang di kota. Hal inilah yang menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat tidak dapat di tangani secara tuntas. Akibat penanganan kasus penyakit yang tidak tuntas, terkadang hampir setiap hari ada laporan tentang kasus penyakit baik yang menular atau tidak menular yang terdapat di masyarakat.
Pemerintah sudah mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis khusunya perawat untuk bekerja di desa dengan meluncurkan program Nusantara Sehat untuk wilayah Indonesia Timur. Khusus untuk daerah Papua pemerintah setempat juga mencanangkan program Kaki Telanjang. Tetapi, pada kenyataan perawat yang bekerja dalam program tersebut tidak selamanya akan ditempatkan pada satu wilayah pedesaan. Hal ini disebabkan karena sistem perekrutan yang digunakan adalah sistem kotrak menyebabkan sifat penempatan tenaga medis khususnya perawat hanya sementara.
Perawat mempunyai peranan dalam membantu merubah perilaku masyarakat guna mencapai derajat kesehatan yang optimal. Tugas yang paling penting dilakukan oleh perawat adalah preventif, promotif dan pemberi pendidikan kesehatan. Fakta yang terdapat di masyarakat, perawat yang baru lulus banyak yang tidak berkenan mengaplikasikan keilmuan untuk bekerja dan ditempatkan di perdesaan. Kebutuhan tenaga perawat untuk wilayah Papua, mengutip perkataan Kepala Dinas Kesehatan Jayapura mengatakan bahwa “kebutuhan perawat di Papua masih banyak yaitu 3.600 orang yang akan disebar ke seluruh perdesaan”. Solusi yang diperlukan agar dapat menjawab kebutuhan perawat di perdesaan adalah dengan mepersiapkan semenjak masih dipendidikan. Pendekatan yang dapat dilakukan dengan proses Mentorship.
Penerapan proses mentorship agar para lulusan perawat mempunyai animo yang besar untuk kerja didesa adalah dengan upaya melibatkan secara langsung bersama mentor dalam melakukan kunjungan rumah. Para siswa perawat diwajibkan mempunyai keluarga binaan dan wajib memberikan laporan kepada mentor terkait status kesehatan keluarga binaannya. Peranan mentor dalam melakukan pembimbingan diharapkan mampu memberikan motivasi bagi siswa perawat agar mau menerapkan ilmu keperawatan di pedesaan.
Program mentoring bagi siswa perawat tersebut juga sejalan dengan program nasional yang telah diluncurkan oleh bapak Presiden Ir. Joko Widodo yaitu membangun Negara dengan meratakan pembangunan dimulai dari desa. Program tersebut terangkum dalam program Nawacita dimana salah satu point untuk sasaran pembangunan kesehatan adalah one village one nurse atau satu desa satu perawat.
Program pemerintah tersebut telah dilaksanakan di kabupaten Kutai Kartanegara provinsi Kalimantan Timur dan mampu menekan angka kematian ibu dan anak dengan menempatkan satu perawat dan satu bidan di desa. Kabupaten Bombana provinsi Sulawesi Tenggara juga telah menerapkan program tersebut dengan pertimbangan bahwa perawat yang di desa akan mampu memberikan pelayanan preventif dengan cara door to door ke rumah warga. Program perekrutan yang diterapkan oleh Bupati Bombana tersebut mampu menyerap dan memberdayakan lulusan perawat di Bombana.
Gambaran keberhasilan penerapan program penempatan perawat dipedesaan pada kedua kabupaten tersebut, tentunya harus dibarengi oleh proses mentorship bagi perawat yang baru lulus. Kita perlu ingat bahwa merubah suatu perilaku seseorang tidak akan dapat dilakukan dengan waktu yang sebentar. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan bagi perawat yang baru lulus, sehingga untuk meminimalisasi kejadian yang tidak diinginkan, maka diperlukan seorang mentor. Metode mentorship yang intens antara perawat senior yang bekerja di pedasaan bagi perawat baru lulus mampu memberikan pandangan akan tugas dan fungsi perawat desa.
Peran mentoring bagi lulusan perawat yang baru bekerja di desa juga sangat penting dalam melaksanakan program preventif. Hal tersebut dimaksudkan mengingat bahwa ada pergeseran penyakit pada masyarakat yang lebih banyak mengarah pada penyakit tidak menular. Pergeseran penyakit tidak hanya terjadi dikota, tetapi masyarakat di desa juga sudah banyak yang terserang penyakit akibat gaya hidup seperti hipertensi, stroke, diabetes melitus bahkan jantung. Disinilah peran perawat didesa sebagai pemberi pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam upaya melakukan perubahan perilaku kesehatan pada masyarakat.
Program pencanangan satu desa satu perawat diharapkan dapat diterapkan oleh semua kabupaten yang ada di Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat penduduk Indonesia masih banyak yang tinggal di desa. Kendala yang biasanya menyebabkan minimnya minat lulusan perawat untuk bekerja dipedasaan adalah terkait fasilitas, sarana dan prasarana serta sumber daya alam yang terdapat di lingkungan pedesaan. Masalah-masalah tersebut hampir dialami oleh semua wilayah di Indonesia. Khusus wilayah di Jayapura masalah yang sering menjadi momok dan menimbulkan ketakutan lulusan perawat untuk mengabdi di pedesaan adalah masalah keamanan.
Peningkatan motivasi lulusan perawat bekerja di desa dapat dilakukan dengan proses mentorship yang sudah mulai dikenalkan dari masa pendidikan. Metode mentorship juga mampu memberdayakan mahasiswa perawat untuk melakukan praktik mandiri keperawatan di masyarakat. Harapan terbesar adalah institusi pendidikan dapat terus meningkatkan kerja sama dengan Dinkes setempat terkait merespon program-program kesehatan yang ada di masyarakat. Jika hal ini dapat dilakukan, maka keberadaan perawat komunitas akan terlihat nyata terkait tugas dan fungsinya sebagai unit pemberi pelayanan utama di masyarakat. Melihat pentingnya proses mentorship agar dapat mempersiapkan lulusan perawat yang siap kerja di desa dapat menjadi pertimbangan pembuatan kebijakan untuk dapat dimasukan dalam kurikulum keperawatan.
Penulis : Sulistiyani
Mahasiswa Program Studi Pascasarjana Keperawatan Peminatan Komunitas Universitas Diponegoro.
Post a Comment for "Mempersiapkan Lulusan Perawat untuk Bekerja di Pedesaan, Pendekatan Mentorship Perawat"