Ilustrasi |
SLPI - Isu tentang Uji Kompetensi menjadi bahan perbincangan yang tidak berujung dalam kalangan perawat hingga saat ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, inilah kenyataan yang ada, ujian kompetensi menjadi salah satu penentu masa depan perawat. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Ya belajar dan terus memperbanyak skill. Usalah berlarut-larut dalam lingkaran kegalauan pro dan kontra tentang pelaksanaan UKOM, yang ada kita akan semakin tertinggal.
Uji
kompetensi merupakan suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sesuai dengan standar profesi guna memberikan jaminan bahwa perawat mampu
melaksanakan peran profesinya untuk mendapatkan pengakuan terhadap kompetensi
yang dimiliki yang sesuai dengan standar kompetensi dan kode etik profesi
keperawatan.
Sesuai
amanah yang tertuang dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, pemerintah telah menyelenggarakan sistem penjaminan mutu pendidikan
tinggi dalam bidang kesehatan yang meliputi Dokter, Dokter Gigi, Bidan, dan
Perawat (D3 dan Ners) yang bertujuan untuk menyaring tenaga kesehatan Indonesia
yang kompeten untuk memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada
masyarakat. Dengan landasan tersebut, ketika profesi lain mampu bersaing dengan
mengikuti UKOM, mengapa perawat tidak?
Menurut
saya, hadirnya uji kompetensi ini pada dasarnya bukan untuk mematikan masa
depan perawat, tapi bagaimana dengan melalui UKOM ini kita dapat lebih termotivasi
untuk membuktikan pada dunia bahwa kita adalah perawat masa depan yang
profesional, serta dapat meluruskan fakta-fakta miring yang selama ini terkesan
merendahkan dan meragukan kualitas profesi kita. Mungkin akan ada sekelompok
sejawat saya yang tidak sependapat dengan saya tapi setidaknya melalui tulisan
ini, saya bisa sedikit demi sedikit membuka pandangan rekan sejawat terkait
sisi positif dari pelaksanaan UKOM tersebut.
Uji
Kompetensi itu tidak sulit, soal-soal yang diangkat sebenarnya diambil dari apa
yang telah kita pelajari selama proses perkuliahan dan yang telah kita lakukan
di lapangan pada saat praktek, hanya saja terkadang kita yang belum
mempersiapkan diri dengan maksimal untuk menghadapi tes UKOM tersebut. Prinsip
'tiba masa tiba akal' yang kebanyakan dipegang oleh teman-teman menjadi salah
satu faktor yang menjerumuskan mereka dalam jurang ketidaklulusan sehingga
prinsip ini harus diubah. Hasil yang maksimal akan diperoleh dengan persiapan
yang maksimal pula.
Persiapan
yang maksimal dapat dilakukan dari awal sejak dibangku perkuliahan. Ada
beberapa institusi pendidikan, salah satunya UNHAS yang telah membiasakan
mahasiswanya mengerjakan final dengan bentuk soal UKOM, memberikan bimbingan
khusus menjelang UKOM, dan melakukan try out. Saya kira ini adalah langkah yang
sangat efektif dan efisien dari institusi sebagai persiapan meningkatkan jumlah
kelulusan UKOM, namun tetap dikembalikan kepada kesadaran akan urgensi UKOM ini
bagi individu masing-masing.
Jadikan
UKOM ini sebagai suatu kebutuhan pribadi untuk kepentingan orang banyak. Status
KOMPETEN yang kita peroleh dari hasil UKOM tentunya menjadi kebanggaan untuk
kita, keluarga, dan profesi karena kita akan mendapat pengakuan dan kepercayaan
untuk memberikan pelayanan yang profesional kepada masyarakat. Tuntutan
profesionalisme merupakan hal yang wajib dipenuhi bagi kita yang
bertanggungjawab langsung terhadap nyawa pasien.
Satu
hal yang sangat saya syukuri adalah ketika saya dinyatakan KOMPETEN hanya
dengan satu kali mengikuti tes UKOM. Hal ini bukan hal yang mendasari saya
sehingga setuju dengan pelaksanaan UKOM, tetapi seiring berjalannya waktu,
mulai dari pengalaman pribadi saya saat mengikuti UKOM dan dari berbagai
diskusi yang telah saya lakukan dengan para petinggi-petinggi UKOM khususnya
dengan dosen-dosen saya dari Keperawatan yang cukup membuka mindset saya bahwa ternyata
UKOM itu tidak sulit, tidak seseram yang kita bayangkan kok selama kita mau
memaksimalkan ikhtiar dan berdoa.
Hal
inilah yang ingin saya bagikan kepada para calon perawat sehingga mereka lebih
bisa menerima adanya Ujian Kompetensi ini sebagai suatu hal yang positif yang
mampu menjebatani kita menjadi perawat masa depan yang profesional,
berkualitas, dan berdaya saing secara nasional maupun internasional. Bagi
teman-teman yang telah Kompeten, kita tidak boleh tutup mata dari masalah ini,
kita tetap harus membantu teman-teman kita yang akan mengikuti tes UKOM,
minimal memberikan motivasi kepada mereka karena bagaimana pun kita adalah
adalah bagian dari perawat yang bertanggungjawab untuk menjaga nama baik
profesi.
Post a Comment for "Ujian Kompetensi Untuk Dihadapi, Bukan Ditakuti"