SLPI - Masih sebuah cerita dari sebuah pelosok di daerah yang tidak bisa saya sebutkan nama daerahnya.
Cerita dari seorang teman yang berjibaku sebagai dokter disana.
Sebagai
dokter anak, semua pasiennya tentu adalah bayi, anak, hingga remaja. Beda
dengan pasien dewasa, dosis obat untuk pasien anak (apalagi bayi) harus
dihitung detail per dosis per kilogram berat badan. Dua anak yang sama usianya
tetapi beda beratnya, dosis obatnya tentu akan berbeda pula.
Sebagai
contoh, pasien dewasa sekali minum obat parasetamol 1 tablet (@500 mg). Pasien
anak berat 25 kg, cukup minum ½ tablet (1 tablet @500 mg dibagi dua). Lain lagi
kalau bayi berat 12 kg, dosis parasetamolnya 120 mg, jadi 1 tablet @ 500 mg
dibagi empat lebih dikit, gimana caranya? Untunglah ada yang namanya
parasetamol sirup. Setiap 5 ml parasetamol sirup mengandung 120 mg parasetamol.
Jadi kalau butuh 120 mg, kita bisa berikan 5 ml. Kalau butuh dosis parasetamol
180 mg, kita bisa berikan 7,5 ml.
Simpel
dan sederhana bukan? Tapi ternyata tidak demikian bila bekerja di daerah tersebut.
Berikut ilustrasi kisahnya melalui pesan singkat.
Berikut ilustrasi kisahnya melalui pesan singkat.
“Bro,
aku ngajar akper (akademi perawat) aja pala puyeng mau muntah
Karna nggak dapat gaji makanya kamu puyeng...hehe
Parasetamol drop (tetes)
sediaan 100 mg tiap 1 ml.
Anak berat 8 kg, dosisnya 80 mg. Mau dikasih berapa ml?
Sejam ga ada yang bisa. Padahal sdh aku kasih clue.
Jawaban mereka: 1 sendok, 5 sendok, 2 sendok, setengah sendok.
Anak berat 8 kg, dosisnya 80 mg. Mau dikasih berapa ml?
Sejam ga ada yang bisa. Padahal sdh aku kasih clue.
Jawaban mereka: 1 sendok, 5 sendok, 2 sendok, setengah sendok.
Ohhh...really?
Akper lho padahal...
Akper lho padahal...
Ada
resep obat tertulis: beri 1,5 tablet. Mau dikasih berapa?
Jawab mereka: 1 tablet dibagi 5 dok.
Jawab mereka: 1 tablet dibagi 5 dok.
Di daerah tersebut cuman ada satu, dua, tiga, dst, dan separoh.
Selain itu tidak ada.
Itu
beneran akper?
D3!!
Aku mau kasih pelajaran matematika.
Kalau ada beras 10 kg dijual 50rb, sekilonya berapa?
Gitu...dan hasilnya: mereka belajar berhari-hari.
Sampe ada yang nyatet di buku semua contoh soalnya.
Aku bilang cuma satu rumusnya: rumus perbandingan.
Di Rumah Sakit, ada pasien pernah dapat obat 10x lipat dosis.
Karena mereka nggak bisa hitung mililiter dari miligram.
Kalau oralit satu bungkus untuk satu gelas.
Aku mau kasih pelajaran matematika.
Kalau ada beras 10 kg dijual 50rb, sekilonya berapa?
Gitu...dan hasilnya: mereka belajar berhari-hari.
Sampe ada yang nyatet di buku semua contoh soalnya.
Aku bilang cuma satu rumusnya: rumus perbandingan.
Di Rumah Sakit, ada pasien pernah dapat obat 10x lipat dosis.
Karena mereka nggak bisa hitung mililiter dari miligram.
Kalau oralit satu bungkus untuk satu gelas.
Sedangkan pasien ini setiap mencret harus dapat setengah gelas.
Hari ini sudah mencret 4 kali, belum dapat oralit. Harusnya dapat berapa gelas?
TIDAK TAHU!”
Ilustrasi
di atas tidak bermaksud untuk membuka aib, namun mungkin hanya sekedar
kenyataan yang tak banyak diketahui. ini sebagai bahan untuk menambah motivasi para mahasiswa keperawatan yang masih belum tau tentang menghitung obat.
Post a Comment for "Ketika Calon Perawat Tidak Bisa Berhitung"