BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan fokus utama
pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Hemoglobin adalah parameter yang
digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia (Supariasa, 2012). Bila kadar Hb ibu hamil
<11 gr % maka kadar hemoglobin ibu hamil tersebut dikatakan tidak
normal/anemia. di Indonesia umumnya kadar hb yang kurang disebabkan oleh
kekurangan zat besi.Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel maupun tubuh dan sel otak. Kadar hb yang tidak normal dapat
mengakibatkan kematian janin dalan kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
kadar hb tidak normal pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada
ibu hamil yang kadar hemoglobinya tidak normal dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi kemungkinan melahirkan bayi dengan
BBLR dan premature juga lebih besar (Kristyanasari, 2010).
|
Upaya pemerintah dan dunia dalam
mencegah BBLR yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs)
atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada Tujuannya yaitu “Pada 2030,
mengakhiri kematian BBLR yang dapat dicegah.Targetnya adalah seluruh negara
berusaha menurunkan BBLR setidaknya hingga 12 per 1.000 KH”. Salah satu tujuan
dari Millennium Development Goals
(MDGs) adalah perbaikan kesehatan bayi, namun sampai saat ini Angka bayi baru
lahir rendah (BBLR) di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia masih
tinggi. Fokus pada pemecahan masalah tersebut, bangsa-bangsa di dunia akan
tetap menerapkan Post Millennium
Development Goals (MDGs) 2025 dalam Sustainable
Development Goals (SDGs).
Bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian
masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian
BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa
kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada
masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun
kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak
kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk
faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus,
bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di
masa depan. (Prawirohardjo, 2012).
World Health Organization
(WHO), mencatat hampir 98% dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang
terutama di Indonesia. dibandingkan dengan Negara Asia dan Negara maju lainnya. Kejadian
berat badan lahir rendah berbeda pada setiap negara,
di negara maju, misalnya di Eropa,
angkanya berkisar antara 5-11%. Di USA, pada tahun 2014 sekitar satu dari
sembilan bayi dilahirkan prematur (11,9%), dan di Australia kejadiannya sekitar
7%. Afrika Selatan 15%,
sedangkan di Indonesia angka kejadian persalinan prematur 27,9% (Sofie R.K,
Dkk. 2015).
Sementara
di tingkat Association of South East
Asia Nations (ASEAN) dari hasil
survey
angka kematian bayi di Indonesia tahun 2013 terdapat 35/1000
kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali
lipat dengan
kematian bayi di Malaysia, hampir dua kali lipat dengan Thailand dan 1,3 kali
dibanding dengan Philipina (Wiyatma,
2013).
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7
daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%,
Berdasarkan analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari
Survei Demografi dan kesehatan Indonesia. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30%
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah
di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa
bayi baru lahir, Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50%
meninggal saat bayi (Evariny, 2014)
Angka
Kematian Bayi di Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2014 adalah sebesar 27/1000 kelahiran hidup.
Angka kematian bayi di Sulawesi Selatan tahun
2014
berdasarkan
profil Dinas Kesehatan memperlihatkan
sebesar 437/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab Asfiksia Neonatorum 148
(33,87%), BBLR 181(41,42%), prematur
10 (2,28%) dan lain-lain 98 (22,43%). (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi selatan,
2014).
BBLR
yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2014).
Salah
satu faktor langsung yang mempengaruhi berat bayi lahir adalah kadar hemoglobin
ibu saat hamil. Berat bayi lahir dapat dipengaruhi oleh kadar hemoglobin saat
hamil. Penelitian Setianingrum (2015) menunjukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir, sebab penyebab
terjadinya BBLR bisa karena ibu hamil anemia, kurang suplai gizi waktu
dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah
sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian.
Persentase bayi dengan BBLR sebesar 3,74% dan
tingkat keeratan atau kekuatan hubungan lemah, yang dibuktikan nilai dan p
value =0,019 ( p< 0,05) dan nilai r = 0,36.
Berdasarkan
data di Medical record di Puskesmas Minasa Upa Makassar
didapatkan pada tahun 2014 terdapat 153 ibu anemia dan 87 bayi BBLR dari 867 bayi lahir. Sedangkan pada
tahun 2015 terdapat 179 ibu dengan anemia dan 94 bayi BBLR dari 962 bayi lahir, pada tahun 2016 terdapat
175 ibu dengan anemia dan 104 bayi BBLR dari 1037 bayi lahir. Sedangkan pada tahun 2017 selama
bulan Januari – Februari Data BBLR
sebesar 28 kelahiran
dengan penyebab anemia
sebesar 19 (73,07%) dan terdapat berat bayi lebih sebesar 2 (2,08%) dengan
kadar hemoglobin >11.
Berdasarkan
masalah yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa
Makassar Tahun 2017” Dengan harapan dapat memberikan gambaran dan masukan khususnya penulis dan
umumnya tenaga bidan dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien .
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada Latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan
di teliti yaitu: Apakah ada Hubungan
Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa
Makassar Tahun 2017?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk
Mengetahui apa ada hubungan antara
Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar
Tahun 2017.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui
gambaran kadar hemoglobin ibu hamil di puskesmas Minasa Upa Makassar
b.
Untuk mengetahui
gambaran berat badan bayi baru lahir di Puskesmas Minasa Upa Makassar
c.
Untuk mengetahui
gambaran hubungan antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di
Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Praktis
Sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma IV Kebidanan STIKES Mega Rezki Makassar
2. Manfaat Teoritis
Memberikan
arah dan tujuan yang akan dicapai dalam praktek kebidanan, serta menjadi tolok
ukur sejauh mana keberhasilan melaksanakan tugas dalam pendidikan kebidanan.
3.
Manfaat Ilmiah
Sebagai Sebagai masukan
pengetahuan tentang pentingnya meneliti
Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum tentang Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Berikut adalah beberapa
definisi tentang kehamilan:
a.
Kehamilan adalah masa
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir .
b.
Menurut Federasi
Obsestri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Saifuddin 2013).
2.
Fisiologi
Terjadinya Kehamilan
Untuk terjadi kehamilan
harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi (implantasi
hasil konsepsi).
a. Spermatozoa
Setiap
spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk
lonjong, agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang
silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya,
spermatozoa dapat bergerak cepat.
|
Gambar
2.1: Spermatozoa
(Sumber: http://www.google.co.id 2017 )
Dalam
pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitif
tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang
ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas,
sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial Leydig
mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah proses spermatogenesis yang
sangat kompleks (Saifuddin 2013)
b.
Ovum
Pertumbuhan
embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin
dan didalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan
enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000
oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi
follikel-follikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan
pada umur 16-25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium
menghilang (Saifuddin 2013).
c.
Pembuahan Ovum
(Konsepsi)
Gambar
2.2: Proses Fertilisasi
(
Sumber: http://www.google.co.id
2017)
Pembuahan (fertilisasi) adalah proses penyatuan
antara sperma dan ovum di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampulla tuba, pada
hari kesebelas sampai keempat belas dalam siklus menstruasi. (Prawirohardjo
2010, 140)
Pembuahan (fertilisasi) meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi
materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi
mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot.
Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma
ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini
terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3
hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada
dalam stadium morula.
Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan
terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang
sempit) dan terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia
pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba (prawirohardjo 2013 ).
d. Nidasi
Nidasi
adalah masuknya dan tertanamnya hasil konsepsi kedalam endometrium. Selanjutnya
pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista
(blastocyst), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan
di bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini
berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.
Dengan
demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas.
Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima
(reseptif) dalam proses implantasi embrio. Proses penempelan blastokista ke
dinding rahim inilah yang disebut nidasi atau implantasi ( prawirohardjo 2013).
3. Diagnosis Kehamilan
Untuk
dapat menegakkan diagnosis kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap beberapa tanda dan gejala hamil. Perubahan fisiologis yang terjadi
pada wanita hamil menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan yang menjadi
tanda-tanda kehamilan. Tanda-tanda kehamilan tersebut antara lain;
a.
Tanda tidak pasti
Tanda tidak pasti adalah
perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang
dirasakan oleh wanita hamil. (Hani dkk 2010, 73)
1)
Amenorea ( tidak dapat
haid)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.
Lamanya amenore dapat dikomfirmasi dengan memastikan Hari Pertama Haid
Terakhir(HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran
persalinan. Akan tetapi amenore juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik
tertentu, tumor pituitary, perubahan dan factor lingkungan, malnutrisi, dan
biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan. (Hani dkk 2014)
2)
Nausea (Enek) Dan
Emesis (Muntah)
Pengaruh
estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan
menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness (Hani dkk 2016, 72).
Mual
biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang
emesis, namun dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologis. Bila
terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut hiperemesis grafidarum (Purwaningsih
2010, 26).
3)
Mengidam (mengingini
makanan atau minuman tertentu)
Ibu
hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada triwulan
pertama kehamilan, atau biasanya ibu hamil tidak tahan akan suatu bau-bauan
tetapi akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Sunarsih dkk 2011).
4)
Payudara menjadi tegang
dan membesar
Estrogen
meningkatkan perkembangan system duktus pada payudara, sedangkan progesterone
menstimulasi perkembangan system alveolar payudara. Bersama somatomamotropin,
hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang
dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta
pengeluaran kolostrum (Hani dkk 2010).
5)
Sering kencing
Terjadi
karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada trimester
kedua keluhan ini akan berkurang karena pembesaran uterus sudah keluar rongga panggul. Pada trimester ketiga akan
muncul kembali karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan kandung kemih
kembali tertekan (Purwaningsih 2012, 27).
6)
Obstipasi atau
konstipasi
Pengaruh
progesterone dapat menghambat peristaltic usus (tonus otot menurun) sehingga
kesulitan untuk BAB (Hani dkk 2013).
7)
Pigmentasi kulit
Pigmentasi pada kulit terjadi pada usia
kehamilan 12 minggu yang disebabkan oleh pegaruh hormone kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi
tempat-tempat berikut ini:
a)
Sekitar pipi: cloasma garvidarum (penghitaman pada
daerah dahi, hidung, pipi, dan leher).
b)
Dinding perut: striae lividae gravidarum (terjadi pada
seorang primigravida, warnanya membiru),striae
nigra, linea alba menjadi lebih hitam (linea
grisea/nigra).
c)
Sekitar payudara:
hiperpigmentasi areola mammae sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi
areola ini berada pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit
putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam
(Hani dkk 2013, 73-74).
8)
Epulis
Merupakan
suatu hipertrofi papilla ginggivae/gusi. Sering terjadi pada triwulan pertama
(Hani dkk 2013, 74).
9)
Varises
Pengaruh
estrogen dan progesterone menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi
wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genitalia
eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat
hilang setelah persalinan (Hani dkk 2010, 74).
b.
Tanda kemungkinan hamil
Tanda
kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh
pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil (Hani dkk
2010, 74).
1)
Pembesaran perut
Terjadi
akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan (Hani
dkk 2012, 74).
2)
Tanda Hegar
Ditemukan
pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih
lunak dari bagian yang lain (Sunarsih 2011, 113).
3)
Tanda Goodell
Adalah perubahan konsinstensi (yang
dianalogikan dengan konsinstensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsinstensi
kenyal (yang dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil.(
Prawirohardjo 2013, 217 ).
4)
Tanda Chadwick
Adanya
perubahan warna pada vulva, vagina dan serviks menjadi kebiru-biruan atau
keunguan (Prawirohardjo 2012, 217).
5)
Tanda Piskacek
Merupakan
pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada
daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu (Hani
dkk 2012, 74).
6)
Kontraksi Braxton
Hicks
Merupakan peregangan
sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin didalam otot uterus.
Kontraksi ini tidak beritmik, sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada
kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal
pada treimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya,
lamanya, dan kekuatannya sampai mendekati persalinan (Hani dkk 2012, 74-75).
7)
Pemeriksaan tes biologi
kehamilan (platest) positif
Pemeriksaan
ini adalah untuk mendeteksi adanya Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel
selama kehamilan. Hormone ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma
darah), dan diekskresi pada urine ibu. Hormone ini dapat mulai dideteksi pada
26 hari setelah konsepsi dan meningkat cepat pada hari ke 30-60. Tingkat
tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130
(Hani dkk 2012, 75).
c.
Tanda Pasti Kehamilan
Tanda
pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat
dilihat langsung oleh pemeriksa.
Tanda
pasti ini terdiri atas hal-hal berikut:
1)Gerakan
janin dalam rahim
Gerakan
janin pada primigarvida dapat dirasakan oleh ibu pada kehamilan 18 minggu,
sedangkan pada multigaravida pada 16 minggu, oleh karena sudah berpengalaman
dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 dapat
diraba secara objektif oleh pemeriksa, ballotemen dalam uterus dapat diraba
pada kehamilan terdahulu.
2)
Denyut jantung janin
Denyut jantung janin
dapat didengar dengan memakai alat dengan sistem Doppler. Selain itu, dapat pula didengar dengan stetoskop Laennec pada kehamilan 18-20 minggu.
Dapat pula didengar bising dari uterus yang sinkron dengan nadi ibu karena
pembuluh-pembuluh darah uterus membesar. Dalam triwulan terakhir bunyi jantung
janin dapat didengar lebih jelas (Hani dkk 2012, 75).
3)
Bagian- bagian janin
Bagian-bagian
janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin
(lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua
(trimester akhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi dengan
menggunakan USG (Hani dkk 2012, 75).
4)
Kerangka janin
Dengan
rontgen rangka janin dapat terlihat pada umur kehamilan 20 minggu (Purwaningsih
2014, 28).
5)
Ultrasonografi tampak
gambaran janin
Dengan USG gambaran janin dapat dilihat
pada umur kehamilan 16 minggu (Purwaningsih 2010, 28).
Dari keseluruhan yang diuraikan di atas,
maka diagnosis pasti kehamilan dapat dibuat bila:
1)
Dapat dirasakan gerakan
janin dan ballottement.
2)
Dapat didengar bunyi
jantung janin
3)
Dapat diraba dan
kemudian dikenal bagian-bagian janin.
4)
Pada pemeriksaan dengan
sinar rontgen tampak kerangka janin.
5)
Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong
janin, panjangnya janin (crown-rump),
dan diameter biparietais hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan, dan
selanjutnya dapat dipakai untuk menilai pertumbuhan janin.
4. Perubahan Anatomik dan
Fisiologik pada Kehamilan
a.
Adaptasi pada alat
reproduksi interna / eksterna
1)
Uterus
Uterus
akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan
progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan
oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu, serabut-serabut kolagen yang
ada pun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus
dapat mengikuti pertumbuhan janin.
Berat
uterus normal kurang lebih 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu) berat
uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang kurang lebih 20 cm dan dinding 2,5
cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak
gepeng.pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya, pada akhir
kehamilan kembali pada bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara
besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui, antara lain
untuk membuat diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda,
atau menderita penyakit seperti molahidatidosa dan sebagainya.
2) Serviks
uteri
Serviks
uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormone estrogen. Jika
korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak
mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot.
Akibat
kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, begitu juga
dengan adanya hiperplasia dan hipertropi kelenjar serviks menyebabkan serviks
menjadi lunak (tanda Goodell) dan
munculnya tanda kebiruan (tanda Chadwick)
pada satu bulan setelah konsepsi.
3) Vagina
dan vulva
Vagina
dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiru-biruan (livide). Tanda ini
disebut tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide. (Winkjosastro 2013, 95).
4) Ovarium
Pada
permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis
berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
5)
Mamma (payudara)
Mamma
akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammatropin, estrogen dan
progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan
hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada
mamma. Somatomammatropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein,
laktalbumin dan laktoglobulin. (Pantikawati 2013, 55).
6)
Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan
hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH)
yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormone yang juga dikeluarkan oleh
lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi,
pipi, dan hidung sebagai cloasma
gravidarum.
Di
daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di areola mamma.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea grisea. Tidak
jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak
hiperemik dan kebiru-biruan, disebut stria livide. Setelah partus, stria livide
ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut stria albikantes. Pada
multigravida sering tampak striae livide bersama dengan striae albikantes.
7)
Sistem kardiovaskular
Selama kehamilan, jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya atau curah jantung (cariac output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai
terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan
16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut jantung
pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi
80-90 kali/menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu,
curah jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah
dari tungkai ke jantung. Selama persalinan curah jantung meningkat sebesar 30%,
setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% di atas batas kehamilan,
lalu secara perlahan kembali ke batas semula.
Peningkatan curah jantung selama
kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke
rahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih babyak dikirim ke rahim
ibu.
8)
Sistem urinaria
Selama kehamilan,
ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat
(sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24
minggu sampai sesaat sebelum persalin (pada saat ini aliran darah ke ginjal
berkurang akibat penekanan rahim yang membasar).
Pada akhir kehamilan,
peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang
tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa
darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya
akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung.
9)
Sistem gastrointestinal
Rahim yang semakin
membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit
atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.
Wanita hamil sering
mengalami rasa panas di dada (heartburn)
dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
10)
Sistem metabolisme
Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi,
system endokrin juga meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya (glandula tireodea). BMR meningkat hingga
15-20% yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Kalori yang dibutuhkan
untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang, khususnya sesudah
kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan dipakailah lemak ibu
untuk mendapatkan kalori dalam pekerjaan sehari-hari.
Estrogen dan
progesterone memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligament pelvis pada
akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan
kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat
kelahiran. Ligament pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan menghilang karena
berelaksasi sebagai efek dari estrogen. Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada
usia kehamilan 32 minggu dan sakrokoksigeus tidak teraba, diikuti terabanya
koksigis sebagai pengganti bagian belakang.
5. Macam-Macam
Perdarahan Hamil Muda
Perdarahan
pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik
atau mola hidatidosa.
a. Pengertian
Abortus
1) Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram, sebelum janin hidup diluar kandungan.
2) Abartus
spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis,
atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dengan kekuatan sendiri.
3) Abortus
buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
untuk mengakhiri proses kehamilan.
b. Kehamilan
ektopik merupakan suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan
ektopik berada disaluran telur (Tuba
Fallopi).
c. Mola
hidatidosa merupakan suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio, tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik (Fadlun dkk.
Asuhan Kebidanan Patologis, 2011).
6.
Tanda
Bahaya Kehamilan
a. Sakit kepala menetap.
b. Pengelihatan kabur
c. Mual muntah
berlebihan
d. Nyeri perut hebat.
e. Berkurangnya
pergerakan janin.
f. Oedema pada wajah dan tungkai.
g. Pengeluaran cairan
sebelum waktunya.
h. Perdarahan
pervaginam
B. Tinjauan
Umum Tentang Kadar Hemoglobin
1.
Pengertian
Hemoglobin
Hemoglobin
adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia.
Garby et al menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan
kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambah dengan pemeriksaan
yang lain. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ 100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
2. Kadar Hb
Kandungan
hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia. Bergantung pada
metode yang digunakan, nilai hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3%. Gejala awal
anemia berupa badan lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsentrasi
menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain
itu kelopak mata, bibir, dan kuku tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu
hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan
kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya mendapatkan preparat
besi tetapi juga asam folat (Sulistyoningsih, 2010).
3.
Pemeriksaan
Kadar Hemoglobin
Di
antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana
adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin.
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme.
Ferroheme
oleh
oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera
bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut
hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini
dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk
memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna
hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Disamping faktor
mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi
hasil pembacaan (Supariasa, 2012).
Meskipun
demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih
atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan bila
pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih
canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi
oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi
dengan ion sianida (CN2-) membentuk sianmethemoglobin yang
berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan
dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih
objektif. Namun fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga masih belum
semua laboratorium memilikinya (Supariasa et al., 2012).
4.
Anemia
a.
Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan di mana
kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Hal ini bisa disebabkan oleh
kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti kekurangan zat besi, asam
folat ataupun vitamin B12. Anemia yang paling sering terjadi
terutama pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi (Fe), sehingga
lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi (AGB). Anemia defisiensi besi
merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan
(Sulistyoningsih, 2011).
Anemia pada kehamilan adalah anemia
karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah,
bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut WHO kejadian anemia
hamil berkisar antara 20% sampai dengan 89% dengan menetapkan Hb 11 gr %
sebagai dasarnya. Hb 9-10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7-8 gr % disebut
anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010, p.239).
Menurut Depkes RI (2000, dalam buku Waryana, 2010, p.48) anemia adalah suatu
keadaan dimana hemoglobin dalam darah kurang dari 11 gr %. Berdasarkan beberapa
pendapat diatas, apa yang dimaksud anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan
kekurangan zat besi dengan kadar Hb kurang dari 11 gr %.
b. Klasifikasi
Anemia
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan
merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi.
1)
|
Klasifikasi menurut
Depkes RI (2000)
|
||
|
a)
|
Tidak anemia
|
: ≥11 gr%
|
|
b)
|
Anemia
|
: < 11 gr%
|
2)
|
Klasifikasi menurut
WHO
|
||
|
a)
|
Normal
|
: ≤11 gr %
|
|
b)
|
Anemia ringan
|
: 9-10 gr %
|
|
c)
|
Anemia sedang
|
: 7-8 gr%
|
|
d)
|
Anemia berat
|
: < 7 gr%
|
3)
|
Klasifikasi
menurut Manuaba (2010, p.239)
|
||
|
a)
|
Tidak anemia
|
: Hb 11 gr %
|
|
b)
|
Anemia ringan
|
: Hb 9-10 gr %
|
c) Anemia sedang : Hb 7-8 gr %
d) Anemia berat
: Hb < 7 gr %
c.
Efek Anemia pada Ibu Hamil
Ibu
hamil yang mengalami anemia dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia
pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas
ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.
Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, di mana semakin tinggi kadar Hb ibu
semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi
Saraswati, dkk. (1998) menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan
merupakan risiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum
berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu.
C. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru
Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
a. Bayi
baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm) dengan umur antara 37 – 42
minggu, berat badan antara 2500 – 4000 gram (Sastrawinata, 2012:112).
b. Bayi
baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm) dengan umur antara 37 – 42
minggu, berat badan antara 2500 – 4000 gram
(Prawirohardjo, 2012:134)
c.
Bayi
baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yangaterm (37-42
minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.
d. Bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2013:215).
2. Perubahan
– perubahan yang terjadi segera setelah bayi
lahir
a.
Sebagai akibat
perubahan lingkungan dari kehidupan intrauterine ke lingkungan ekstrauterine,
bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan teknik. Hasil
perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan,
sirkulasi dan lain-lain.
b.
Pernafasan normal pada
neonatus pertama kali bernafas 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini
terjadi sebagai adanya aktivitas normal dari susunan saraf pusat dan perifer
yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Misalnya tekanan mekanis pada
toraks sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan tekanan O2 dan kenaikan CO2 pada
paru-paru merangsang kemoreseptor
yang terletak pada sinus karotis
sehingga bayi bernafas, rangsangan dingin pada daerah muka dapat merangsang
permulaan gerakan pernafasan.
c.
Dengan berkembangnya
paru-paru tekanan O2 di dalam alveoli meningkat dan tekanan karbondioksida
menurun, hal ini mengakibatkan aliran darah ke paru-paru mneingkat, akhirnya
darah dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup.
d.
Perubahan–perubahan
lain yang terjadi pada neonatus selain perubahan–perubahan diatas yaitu mulai
berfungsinya alat-alat pencernaan, hepar,
ginjal dan alat-alat lainnya. (Prawirohardjo, 2012: 45).
3. Ciri-Ciri
Bayi Normal
Bayi
baru lahir normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Berat badan : 2500 – 4000 gram
b.
Panjang badan : 48 – 52 cm
c.
Lingkar Kepala : 33-35 cm
d.
Lingkar dada:30–38cm
e.
Denyut jantung pertama 180x/menit turun 120x/mnt
f.
Bernafas 80x/menit turun 40xmenit
g.
Kulit kemerahan dan licin
h.
Rambut lanugo tidak terlihat
i.
Kuku agak panjang dan lembek
j.
Genitalia Perempuan
labia mayora sudah menutupi labia minora
k.
Laki – laki testis
sudah turun, skrotum sudah ada
l.
Reflek hisap dan
menelan sudah terbentuk dengan baik
m.
Reflek morrow atau
gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
n.
Reflek graps atau
menggenggan sudah baik
o.
Eliminasi baik,
mekonium akan keluar dalam 24 jam
4. Masa Bayi Baru Lahir (Andalas,
2014:84)
a.
Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat
kelahiran sampai 15 dan 30 menit setelah kelahiran.
b.
Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan
pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pasca
matur.
5. Berat Badan Bayi Baru Lahir
(Andalas, 2014:87)
a.
Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500
g.
b.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir kurang dari
1500 – 2500 g.
c.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) / Very low birthweight infant : bayi
dengan berat badan lahir 1000 – 1500 g.
d.
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) / Extremely very low birthweight infant :
bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram. (Bobak,
2015:65)
D.
Kerangka
Konseptual
1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Kerangka
konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan
memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi
masalahnya.
2. Bagan Kerangka Konsep
Adapun
kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut :
|
Keterangan
:
:
Variabel
Independen
: Variabel
Dependen
:
Diteliti
3. Defenisi
Orperasional dan Kriteria Objektif
a. Kadar Hb Ibu Hamil
Kadar hemoglobin adalah
protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Jumlah kadar hemoglobin
rendah adalah rata-rata di bawah protein hemoglobin yang pembawa oksigen dalam
darah ibu hamil.
Kriteria
Objektif:
Resiko Tinggi :
Bila responden dengan nilai Hb
< 11 gr/dL
Resiko
Rendah : Bila responden dengan nilai Hb ≥ 11 gr/dL
b.
Berat Bayi Lahir
Berat bayi lahir adalah
bayi yang mengalami proses kelahiran dan menyesuaikan diri dari kehidupan intra
uteri ke ekstra uterin. Bayi baru lahir normal Adalah bayi yang baru menglami
proses kelahiran dengan umur kehamilan 37-42 minggu.
Kriteria
Objektif:
BBLR :
Bila berat lahir bayi < 2500 g
Normal : Bila berat lahir bayi 2500 - 4000 g
E.
Hipotesa
1. Hipotesis
Alternatif (Ha)
Ada
hubungan Antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat
Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017
2. Hipotesis
Nol (H0)
Tidak ada hubungan Antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil
Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah “deskriptif
korelasional”. Dengan pendekatan Cross-sectional
yaitu menekankan waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya
satu kali pada satu saat. Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan Antara Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi
Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017.
B.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
penelitian
Lokasi
penelitian yang dimaksud adalah tempat dimana peneliti akan melakukan
penelitian yaitu di Puskesma Minasa Upa Makassar
2. Waktu
penelitian
Penelitian
ini akan dilakukan pada bulan Maret - Mei tahun
2017
C.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan elemen
atau individu yang diambil untuk membuat suatu generalisasi (Sumarni, 2015).
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh bayi yang lahir di Puskesmas minasa Upa Makassar pada bulan Januari -Februari
tahun 2017 yaitu berjumlah 44 bayi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian
dari populasi yang diambil dengan menggunakan metode tertentu (Sumarni, 2015).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi yang lahir di Puskesmas minasa Upa Makassar pada
bulan Januari -Februari tahun 2017 yaitu berjumlah 44 bayi.
3. Sampling
Teknik sampling
merupakan suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi
yang ada, sehingga
jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang
ada. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik total
sampling yaitu mengambil sampel dari
keseluruhan populasi.
a. Kriteria
Inklusi
Merupakan kriteria
dimana subyek penelitian mewakili sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel
dan adapun Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah :
1) Bayi yang lahir hidup
2) Ibu yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilan
b. Kriteria
Eksklusi
Merupakan kriteria
dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi
syarat sebagai sampel dan adapun Kriteria ekslusi sampel pada penelitian ini adalah :
1) Ibu yang tidak bersedia jadi responden
2) Bayi yang lahir mati
D.
Teknik
Pengumpulan Data
1. Data
primer
Data
di peroleh dengan wawancara langsung pada responden.
2. Data
sekunder
Data
diperoleh di Puskesmas Minasa Upa
Makassar.
E. Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian
adalah alat yang digunakan oleh
peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Alat yang digunakan
oleh peneliti sebagai alat pengumpulan data adalah
tes Hb dan lembar observasi.
F.
Teknik
Pengolahan Data
Produk pengolahan data
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa
ulang jumlah dan meneliti kelengkapan pengisian kuensioner, apakah setiap
pertanyaan sudah dijawab dengan tepat.
2.
Koding
Untuk memudahkan pengolahan data dan
semua jawaban perlu disederhanakan dengan cara memberikan simbol-simbol
tertentu untuk setiap jawaban .
3.
Scoring
Setelah dilakukan pengkodean kemudian
pemberian nilai sesuai skor yang telah ditentukan.
4.
Tabulasi
Setelah data terkumpul dan tersusun,
selanjutnya data dikelompokkan dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang
dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel yang digunakan dapat berupa
tabel sederhana maupun tabel silang.
G.
Teknik
Analisa dan Penyajian Data
1.
Analisis
univariat
|
Analisis
univariat digunakan untuk menjabarkan secara
deskriptif mengenai disrtibusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel
yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Keterangan
:
P
= Besar persentase jawaban
f
= Frekuensi
n
= Jumlah
2.
Analisis
Bivariat
Analisis bivariat
yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi.
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel
bebas dan terikat melalui Uji Statistik Chi-Square
dengan tingkat bermakna = 0,05. Dengan menggunakan computer program Software product and Sevice Solution (
SPSS versi 22,0).
Data di analisa dengan menggunakan uji statistic Chi-Square dengan menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 di bawah
ini :
Variabel Independen
|
Variabel Dependen
|
Jumlah
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
Ya
|
a
|
b
|
a + b
|
Tidak
|
c
|
d
|
c + d
|
Jumlah
|
a + c
|
b + d
|
a + b + c + d
|
Tabel
2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan pada
studi cross secsional
Interpretasi:
1.
Ho di terima dan
Ha di tolak apabila χ2 hitung < χ2 tabel dan p < α (0,05) berarti ada
hubungan
2.
Dinyatakan tidak
ada hubungan bila χ2 hitun > χ2 tabel (maka Ho ditolak dan Ha diterima), atau
3.
Jika p < α
maka Ha diterima, berarti ada Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat
Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar
4.
Jika p > α
maka Ha ditolah, berarti tidak ada Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan
Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar.
H.
Teknik
Etika Penelitian
Untuk dapat melakukan penelitian,
faktor yang cukup penting dan tidak boleh ditinggalkan adalah ijin penelitian
dari pimpinan lembaga atau institut yang dipilih menjadi tempat penelitian.
Setelah semua surat ijin selesai, barulah peneliti melakukan penelitian dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Informed consent (
lembaran persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan anatara
peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memebrikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan informed consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya.jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
pesetujuan. Jika responden tidak besedia, maka peneliti harus menghormatihak
pasien.
2. Anonimity
(tampa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan
maslah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencatunkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahsiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset. (Hidayat, 2012).
DAFTAR
PUSTAKA
Andalas.
2012.
Bayi
Baru Lahir (file:///E:/andalas/index.php.htm), diakses tanggal 09 Agustus 2016.
Makassar.
Bobak,
2015.
Perawatan
Maternitas. Jakarta. EGC.
Cunningham,
2012,
Obstetri Williams Ringkasan,
Jakarta. EGC.
Depkes.
2014.
Asuhan
Antenatal Program Kerjasama Mahiswa dan WHO. Jakarta. Depkes RI.
Diana.
2010. Bayi Baru Lahir (http//www.bidanku.com.php.htm), diakses
tanggal 09 Februari 2017.
Makassar.
Hidayat.
2012.
Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Medika.
Kristyanasari,
2010.
Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita.
Jakarta. Alfabeta.
Maryani.
2014.
Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan
Tahun 2014.
Maryanti.
2012. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC.
Maryuanita.
2011. Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta.TIM.
Mufdlilah.
2010. Konsep Kebidanan.
Jakarta. Penerbit Buku Kesehatan.
Nugroho.
2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta. TIM.
Prawirohardjo,
2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka.
Saifuddin,
2013.
Acuan
Maternal dan Neonatal.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
Sastrawinata,
2014.
Obstetri
Patologi. Jakarta. EGC.
Sastrawinata
2012,
Ilmu Kesehatan BBLR, Jakarta. Numed.
Sofie.
2012. Hubungan Asfiksia Dengan Prematur, Jurnal Kedokteran
Sutjipto,
2012.
Buku
Ajar Neonatus Bayi dan Balita, Jakarta. TIM.
Sudarti,
2010, Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak, Yogyakarta. Medical
Book.
|
Varney’s
H, 2007, Varneys Midwefery.
Third edition. London. Jones and barnet publisheres.
WHO.
2014.
Department
Of Reproductive Health and Research. Managing Newbown Problems : a guide For
Doctors, nurses, and midwifes. WHO Library Catalouging-in-publication
data. Geneva.
WHO.
2014.
Department
Of Reproductive Health And Research. Kangaroo Mother Care. A practical guide.
WHO Library Catalouging-in-publication data. Geneva.
Wiknjosastro.
2012. Ilmu Kandungan, Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka.
Post a Comment for "Hubungan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Minasa Upa Makassar Tahun 2017"