Apakah
nasib kita akan seperti sepeda rongsokan karatan?
O,
tidak, dik..
Kita
harus membaca lagi Agar bisa menuliskan isi kepala
Dan
memahami dunia
~Wiji
Thukul~
Perubahan
adalah sebuah keniscayaan yang tidak terhindarkan dalam ruang pergulatan hidup
manusia, ia adalah bagian imanen dari sejarah panjang kehidupan, perubahan
memasuki seluruh aspek kemanusiaan termasuk aspek ketidakadilan, kesenjangan,
penindasan dan deskriminasi. Dalam dunia keperawatan terdapat beberapa
gelombang perubahan yang menerpa di antaranya gaji yang renda, prosedur UKOM
yang salah kapra, lamanya proses pembuatan STR dan tidak adanya konsil
keperawatan menghambat proses kesejahteraan perawat.
Masalah
tersebut berada dalam area konseptual, hampir tidak ada elemen gerakan yang
mampu melahirkan konsep baru yang bisa dipertaruhkan kualitasnya dalam ranah
analisa sosial dan bervisi jangka panjang, konsep tanpa aksi memang tidak
pernah melahirkan perubahan namun gerakan yang tidak memiliki landasan
konseptual matang justru berpotensi menjadikan rekayasa sosial terkatung-katung
di tengah jalan.
Faktor
utama terjadinya kemiskinan konseptual adalah karena budaya literasi (budaya
menulis) sebagai basis penyangga konseptual mengalami degradasi yang sangat
tajam, bahkan kita hanya menjumpai jejak duka yang menjadi problem terbesar
yang dihadapi oleh profesi perawat dari dulu hingga sekarang sepertinya perawat
belum juga hidup dalam kesejateraan dan belum ada gerakan yang mampu melahirkan
revolusi peradaban kejayaan perawat akibat minimnya perawat yang giat akan
budaya literasi sebagai salah satu bentuk aksi pembelaan terhadap kesenjangan
sosial yang terjadi pada profesi perawat.
Memang
kebanyakan yang hidup dalam kemewahan (kaum mayoritas) dan sudah mapan
pekerjaannya menganggap gaji perawat yang redah itu hal yang biasa, prosedur
pelaksaan UKOM dan lamanya proses pembuatan STR adalah suatu kewajaran akan
tetapi bagaimana dengan nasib mereka yang tidak mampu (kaum minoritas) dan
dipinggirkan membutuhkan pekerjaan untuk kebutuhan hidup tapi kunci gerbang
pekerjaan lagi-lagi STR, gaji yang yang minim bagi yang sudah bekerja untuk
makan dan transportasi saja tidak cukup.
Apakah
itu suatu kewajaran, hal yang biasa dan di anggap idealis? Kebanyakan tulisan
kiri dengan nada kritis yang saya keluarkan banyak yang tidak terima dengan
alasan mempublikasikan kepahitan perawat di media massa dan merusak citra
perawat. Sekali lagi biarkan pena ini menjadi saksi bahwa segala coretan adalah
bagian dari kepedulian dan pernyataan sikap untuk memperjuangkan profesi ini
terhadap ketertindasan yang di alami dari dulu hingga sekarang belum ada
perubahan. Bukankah ungkapan beberapa tokoh seperti Ibnu Sina bapak kedokteran,
Alber eistein penemu teori relativitas, Thomas alva Edison penemu bola lampu,
Imam syafii ilmuwan mesir, Pramoedya Ananta Toer seorang sastrawan Indonesia,
berdasarkan tulisan yang mereka katakan bahwa gerakan literasi adalah aktivitas
yang berperang penting bagi peradaban manusia dari masa ke masa untuk merubah
segala sesuatu. Menulis kata berarti membangun masa depan yang produktif. Dari
jejak mereka inilah sehingga saya memperjuangkan profesi ini dalam bentuk
tulisan kiri untuk menghasut dan meyakinkan, kritis menanggapi masalah. Bangkit
Melawan...Diam Ditindas...Mundur adalah penghianatan.
Kaum
buruh dinaikan gaji oleh pemerintah karena mereka menyuarakan apa yang menjadi
keluhannya. Sementara kita, Apakah problem sosial yang terjadi ini suatu
kewajaran tanpa menyuarakannya, dan dipendam begitu saja? tanpa ada gerakan
perlawanan? Dimana hati nuramimu melihat problem sosial yang terjadi lalu diam
begitu saja? Apakah kalian menyalahkan orang yang selama ini menyuarakan
keluhan sebagai sikap pembelaan terhadap profesi ini?
Dalam situasi kusut kita jangan tinggal diam
apalagi sebunyi dibalik layar. Ketakutan jadi sandaran harian kita,
keyakinannya tak konvrontasif tapi psimis, mapan sekaligus kalut. Tiap kali
kemapanan menyergap maka nyali dan gagasan radikal jadi melemah. Wiji Thukul,
yang hingga kini tak tahu entah dimana keberadaanya melakukan pembelaan
penindasan dengan aksi gerakan literasinya, membuat puisi sebagai cerminan
untuk membangkitkan api etos perjuangan gerakan, biarpun itu dalam dunia
penulisan.
Itu
seharusnya mampu menyadarkan para pelaku gerakan untuk menghidupkan kembali
budaya literasi perawat, sebagai bentuk aksi kita. Tuntut kedaulatan perawat
yang telah lama hilang rebut kekuasaan dari komplotan para penakut, satukan
barisan dan kekuatan demi kemajuan profesi ini. Bangkitkan gerakan budaya
literasi di dunia keperawatan sebagai bentuk luapan aspirasi dan keluhan kita.
Menghidupkan budaya literasi bukan berarti ingin menggiring manusia pada
wilayah keasyikan intelektual akan tetapi hal ini dimaksudkan sebagai modal
awal ketika meletakkan landasan kokoh sebagai luapa aspirasi kita terhadap
problem yang melanda profesi perawat.
Pengkondisian budaya literasi akan
melahirkan intelektual literasi, yakni tipe intelektual yang tidak sporadis
dalam memandang setiap wacana sosial yang muncul, ia mampu melakukan analisa
secara mendalam terhadap setiap masalah sosial yang ada. Dalam lanskap yang
lebih universal, mereka inilah yang diharapkan mampu menjadi ideolog-ideolog
baru dalam ranah pembangkit api revolusi gerakan perawat. Kesadaran kita akan
urgensi restorasi intelektual literasi mesti berasal dari sebuah pengakuan
objektif tentang hilangnya budaya literasi perawat, profesi perawat bukan
halnya selalu konsen dalam dunia pelayanan dan perawatan tapi juga harus memiliki
jiwa literasi.
Membenahi keperawatan dalam budaya
literasi merupakan salah satu gerakan yang mampu merubah profesi perawat
menjadi lebih baik. kita tidak perlu malu mengakui bahwa budaya literasi telah
habis ditelan waktu sehingga butuh merekonstruksi dari awal, kesadaran semacam
ini menjadi hal penting karena ia bisa bertindak sebagai entry point dalam
menguatkan pondasi gerakan yang semakin rapuh, sebaliknya, pengingkaran
terhadap masalah tersebut justru akan melapangkan jalan bagi terbentuknya
rekayasa sosial prematur sekaligus membawa pelaku pada sebuah kesadaran palsu,
dalam artian terdapat usaha secara sistematis untuk memungkiri realitas yang
sebenarnya dengan membangun imaji berseberangan dengan realitas sosial lalu
menganggapnya sebagai realitas murni, ini merupakan sebuah bentuk kemunafikan
intelektual.
Tetap harus diakui bahwa merestor budaya literasi dalam rangka
menghadirkan intelektual literasi bukan pekerjaan remeh temeh apalagi jika
ingin mengawalinya dari nol, usaha ini membutuhkan kesadaran bersama untuk
melakukannya karena sejarah telah bertutur bahwa tidak ada peradaban yang mampu
menjulang tinggi tanpa diramaikan oleh aktor intelektual literasi didalamnya.
Tidak perlu berpikir tentang luas atau sempitnya skala aktivitas literasi yang
dilakukan akan tetapi hal paling penting adalah bagaimana agar supaya aktivitas
tersebut mampu mengakar dalam kultur profesi keperawatan.
Mengawali usaha
kebangkitan literasi, maka hendaknya komponen yang sadar tidak perlu menunggu
jumlah yang banyak guna memulai mega proyek ini karena kenberhasilan tidak
tergantung pada jumlah yang banyak. Dalam posisi ini penting memfungsionalkan
komunitas kreatif sebagai penyangga keberhasilan proyek literasi, komunitas
kreatif yang coba ditarik dalam konteks ini adalah sekelompok profesi
keperawatan yang memiliki kepekaan tinggi dan merasa terpanggil untuk melakukan
kerja-kerja kreatif dalam rangka merestorasi budaya literasi. Komunitas kreatif
menjadi penting diketengahkan karena setiap perubahan baik dalam skala mikro
maupun makro selalu diawali oleh segelintir perawat yang memang mampu menangkap
permasalahan mendasar dalam dunia keperawatan, mereka inilah yang konsen
menyebarkan propaganda dan provokasi kritis untuk menggerakkan batin kita
supaya jangan tinggal diam melihat profesi perawat yang mengalami banyak
problem. Jangan lupa, semua itu terangkum dalam satu kata: NIAT!Tanpa niat,
anda ibarat tubuh tanpa ruh: MATI! Kehilangan niat menulis berarti kehilangan
semangat untuk berkarya. Jika anda masih memiliki niat, Syukurlah. Artinya
dunia membuka lebar-lebar untuk kesuksesan anda. Ayo jadikan dunia menulis
sebagai bagian dari kehidupan Anda!
Post a Comment for "Gerakan Literasi Perawat Sebagai Luapan Aspirasi Ketertindasan "