SIKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN
IMUNISASI DASAR PADA BAYI UMUR 0-9 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KASSI-KASSI KELURAHAN MAPPALA KOTA
MAKASSAR
Oleh :
IWANSYAH
10.2033
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu bangsa dan negara dapat diukur dengan indikator.
Angka kematian balita merupakan salah satu indikator yang sangat sensitif,
tidak saja mengukur derajat kesehatan tetapi untuk mengukur tingkat kemajuan
suatu bangsa dan negara. Dengan demikian setiap negara akan berusaha untuk
menekankan supaya angka kematian pada balita dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri,
Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu penyebab
kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kurang lebih 1,7
juta kematian per tahun pada anak atau balita di Indonesia adalah akibat PD3I.
Agar target nasional dan global dengan cara eradikasi, eliminasi dan redusir terhadap
PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata
sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat)
yang tinggi. Kekebalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan
merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. (Yuliasti Eka P, 2010
; Cetakan ke II).
Salah satu upaya dalam mewujudkan dan meningkatkan mutu
kesehatan anak pada suatu bangsa dan negara tidak lepas dari dasar keluarga
yang harmonis, penuh kesadaran, tanggung jawab dan kesetiaan untuk berkorban
serta pengetahuan ibu dalam memberikan imunisasi terhadap anak balita dalam
mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh PD3I atau mengurangi angka kematian
terhadap anak balita.
Imunisai merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan (antibody) seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit. Penyaki-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara
lain : TBC, Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B.
penyakit ini merupakan penghambat pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
(Atikah P, 2010 ;
1)
Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk
mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara
terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutuskan mata rantai penularan, agar
penyelengaraan imunisasi dapat mencapai sasaran yang diharapkan, perlu adanya
pedoman penyelenggaraan imunisasi. Hal ini sejalan dengan Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
1053/MenKes/SK/IX/2004. (Yuliasti Eka P, 2010 ; 69)
Imunisasi di indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan imunisasi cacar. Tahun berikutnya
imunisasi tidak berkembang signifikan, perkembangan baru dirasakan pada tahun 1973
dengan dilakukannyan imunisasi BCG untuk menanggulangi Penyakit Tuberklosis.
Disusun imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil pada tahun 1974, kemudian
imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada bayi diadakan pada tahun 1976.
Pada tahun 1977, World Health
Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global
dengan Expanded Program on Imunization
( EPI), yang diresolusikan oleh World
Health Assembly (WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen
penting pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan
primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi
campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilakukan. Pada tahun 1988
diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di indonesia cukup tinggi dibandingkan
beberapa negara berkembang lainnya. Kusnanto, dkk. (Atikah P, 2010 ; 3)
Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada
waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi
diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Melakukan imunisasi
pada bayi merupan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Imunisasi
dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada
petugas kesehatan atau tekan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai
panas, menderita kejang sebelumnya, atau menderita penyakit sistem saraf,
pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan.
Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi
perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering
terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman
sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya
akan mendapatkan suntikan), tetapi rasa sementara akibat suntikan bertujuan
untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang. (Atikah P, 2010; 32)
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisai. Proporsi kematian bayi
yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu
67%. Dalam upaya pencegahan TN maka imunisai diarahkan kepada pemberian
perlindungan baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. Eliminasi
tetanus neonatorum merupakan salah satu target harus dicapai sebagai tindakan
lanjut dari world summit for children
yaitu insidens 1/10.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Imunisasi DPT
bertujuan untuk mencegah tiga penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis,
tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. (Hanum M,
2010; 111).
Seperti di ketahui, Indonesia termasuk Negara endemis TB
(penyakit TB terus menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu Negara
dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium
tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air diudara
yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas atau bersin.
Imunisasi yang diberikan pada kanak-kanak serta bayi
merupakan cara yang paling berkesan dan kos efektif untk melindungi mereka dari
penyakit tuberculosis (TB), difteri, pertusis ( batuk kokol), tetanus (kancing
gigi), poliomyelitis, campak, rubella dan hepatitis B. walau bagaimanapun masih
terdapat kanak-kanak yang tidak diberi imunisasi karena kekurangan pengetahuan
mengenai vaksin serta jadwal imunisai, salah paham mengenai kontra indikasi,
kerisauan tentang kesan sampingan serta komplikasi vaksin. DR.
Neoh Siew Hong. (Hanun M, 2010 ; 110).
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka puskesmas
menjadi ujung tombak pelayanaan kesehatan di masyarakat harus mengetahui betul
tentang pelaksanan dan gambaram umum imunisasi di wilayah kerjanya. Berdasarkan
data awal yang kami peroleh, jumlah pasien yang masuk pada tahun 2011 sebanyak 190 bayi dan pada tahun 2012 mulai januari
sampai dengan april sebanyak 209 yang diambil dari data base kesehatan pada
puskesmas kassi-kassi. Untuk mengetahui hal tersebut maka kami mengadakan
penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi
umur 0-9 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota
Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
- Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
- Bagaimana gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
- Bagaimana gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
C.
Tujuan
Penelitian
- Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, gambaran sikap dan gambaran prilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi umur 0-9
bulan di Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
- Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan pada ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada
bayi.
b.
Untuk mengetahui
gambaran sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
c.
Untuk mengetahui
gambaran perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi Puskesmas Kassi-Kassi
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan mutu dan
peningkatan jumlah kunjungan imunisasi.
2.
Bagi Institusi
Pendidikan
Diharapkan agar
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi institusi
pendidikan.
3.
Bagi Peneliti
Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangan kemampuan
dalam melakukan kajian-kajian ilmiah di bidang keperwatan.
4. Bagi
profesi keperawatan
Memberikan
sumber pengetahuan yang luas di bidang keperawatan dalam pembangunan dan kemandirian
profesi keperawatan.
5.
Bagi
peneliti salanjutnya
Diharapkan agar hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian khususnya bagi peneliti yang
tertarik untuk mengembangkan hasil penelitian ini guna meningkatkan dalam
pelayanan keperawatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan
Umum Imunisasi Dasar
1. Imunisasi
Sistem
imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk
zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir
untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang
masuk ke dalam tubuh. Kuman disebut antigen.
Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk
membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai
"pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya,
tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga
pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang
lebih banyak. Itulah sebabnya, pada
beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi
atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh
tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan
menimbulkan akibat yang fatal misalnya terjadinya kecacatan atau kelumpuhan.
2.
Imunisasi
Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama
yang perlu diberikan semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk
melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Lima jenis imunisasi dasar yang
diwajibkan adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu : TBC, defteri,
tetanus, pertusis (batuk-batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
Ke lima jenis imunisasi dasar yang wajib
diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah :
a. Imunisasi
BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b. Imunisasi
DPT, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal
4 minggu
c. Imunisasi
polio, yang diberikan empat kali pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval 4
minggu
d. Imunisasi
campak, yang diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan
e. Imunisasi
hepatitis B, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan
interval minimal 4 minggu. (Anik M, 2010 ; 215).
3.
Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan
tubuh kepada bayi terhadap penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabakan oleh penyakit
yang sering terjangkit. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena tetanus
neonatorum (TN) di indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya mencegah TN
maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam
minggu pertama melalui ibu. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:
a.
Melaui imunisasi,
tubuh tidak mudah diserang penyakit menular.
b.
Imunisasi sangat
efektif mencegah penyakit menular.
c.
Imunisasi menurunkan
angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita.
(Atika P, 2010 ; 5)
4.
Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak: mencegah penderita yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologis
pengobatan balita anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara. (Hanum M,
2010 ; 111-112)
5.
Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi
merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam pencegah penyakit dan
merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini
ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat,
walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit
tersebut dimasukan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri,
pertusi, tetanus polio, campak dan hepatitis B. (Dwi M, dkk, 2011 ; 231).
a.
Tuberkulosis (TBC)
TBC adalah suatu
penyakit penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit TBC
ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta
penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang pertahun. Di
negara-negara berkebang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang
sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di
negara berkembang. (Depkes RI, 1992)
b.
Difteri
c.
Pertusis
Pertusi atau
batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusi pada saluran
pernapasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia
dini dan tidak jarang menimbulkan kematian. Seperti halnya penyakit infeksi
saluran pernapasan akut lainnya, pertusi sangat mudah dan cepat penularannya.
Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan
terutama di daerah yang padat penduduk.
d.
Tetanus
e.
Poliomyelitis
f.
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular,
menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar
saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet).
Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu
rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus
dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan
anak.
g.
Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di
Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap
penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan
anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis
B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis
B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah
yang sangat diperlukan. (Dwi M, dkk, 2011 ; 231-233).
6.
Jenis Vaksin
Dari sekian banyak jenis vaksin
sampai saat ini yang dimasukkan dalam program imunisasi baru 5 jenis vaksin. Berikut
ini akan diuraikan vaksin program imunisasi.
a.
Vaksin
Hepatitis B
Adalah vaksin virus recombinan yang
telah di inaktivasikan dan bersifat
non-infecious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Dosis dan cara pemberian :
1. Sebelum digunakan vaksin harus
dikocok terlebih dahulu agar suspense
dan homogen.
2. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml
atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, pada anterolateral paha.
Efek
Samping : Reaksi
lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari.
b. Vaksin BCG (Bacillus Calmette
Guerin)
Vaksin
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup
yang sudah dilemahkan dari strain paris no.1173.P2
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap tuberkulosa.
Komposisi : setelah dilarutkan dengan 4 ml
pelarut, tiap ml vaksin mengandung basil BCG hidup 0,75 mg, Natrium Glutamat
1,87 mg dan Natrium Klorida 9 mg.
Dosis dan Cara pemberian :
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus
dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml pelarut NACL 0,9%. Melarutkan dengan
menggunakan alat suntik steril dengan spoid 5 ml.
2. Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak
1 kali, untuk bayi ≤ 1tahun
3. Disuntikkan secara intrakutan di
daerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan
alat suntik dosis tunggal yang steril dan jarum suntik no. 25 G
4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan sebelum lewat 3 jam.
Efek Samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi
yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan
kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah
menjadi ulkus. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional diketiak dan leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan
demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang
dengan sendirinya.
c.
Vaksin DPT/HB
Vaksin DPT mengandung toksoid difteri, toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan
sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg
yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
pentakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
Dosis dan Cara Pemberian :
1.
Pemberian dengan cara intra muskuler, 0,5 ml sebanyak 3
dosis
2.
Dosis pertama diberikan 2 bulan, dosis selanjutnya dengan
interval minimal 4 minggu (1 bulan).
Efek samping : Reaksi lokal atau sistemik yang bersifat
ringan. Kasus yang terjadi adalah
bengkak, nyeri, penebalan kemerahan pada bekas suntikan, menangis menjerit
terus menerus lebih dari 3 jam, kadang-kadang terjadi reaksi umum demam seperti
demam > 38,5 oC, muntah.
d.
Vaksin polio
Vaksin polio (Oral Polio Vaccine = OPV) Vaksin oral polio hidup adalah Polio trivalent yang terdiri dari suspensi
virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan,
dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Cara pemberian dan dosis :
1.
Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada
vial vaksin.
2.
Diberikan secara oral
(melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Efek Samping : pada umumnya tidak terdapat efek
samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat
jarang terjadi (kurang dari 0,017 : 1.000.000 ; Bull WHO 66: 1988).
e.
Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1.000 infective unit virus strain CAM 70 dan
tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin
dan 30 mcg resido erythromycin. Vaksin
ini berbentuk beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
Indikasi : Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Dosis dan cara
pemberian :
1.
Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu
dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut aquabidest.
2.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada
lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan.
3.
Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan
maksimum 6 jam.
Efek samping : Hingga 15%
pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Terjadi encephalitis setelah setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu
dengan perbandingan 1 kasus per I juta dosis yang diberikan.
B.
Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Ibu
1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan
indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadapan objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
(Notoatmodjo, 2005: 50).
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan
yaitu:
1. Tahu
(know) diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami
(comprehension) memahami suatu objek
bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan,
tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang di ketahui tersebut.
3. Aplikasi
(application) Aplikasi dapat
diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di maksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
yang lain
4. Analisis
(analysis) Analisis adalah kemampuan
seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan
antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang di
ketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
5. Sintesis
(synthesis) Sintesis menunjukkan
suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan
yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,
sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi
(evaluation) Evaluasi berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
criteria yang di tentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
(Notoatmodjo, 2005; 50-52).
2.
Sikap (Attytude)
Sikap adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yakni:
a. Menerima
Menerima
diartikan bahwa seseorang atau objek mau memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi
adalah memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang
dihadapi.
c. Menghargai (valuning)
Menghargai
adalah subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau
stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan dengan mengajak
atau mempengaruhi dan mengajurkan orang lain merespons.
d. Bertanggungjawab (responsible)
Sikap
yang paling tinggi tingkatnya adalah
bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini. (Notoatmodjo, 2005 ; 52-54).
3.
Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan.
Menurut Skiner (1938), seorang ahli psikologis,
merumuskan bahwa prilaku merupakan respons atau reaksi sesesorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi
melalui proses: Stimulus Organisme Respons, sehingga teori Skiner ini
disebut teori S, O, R. Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis
respons, yaitu:
a. Respondent respons atau refleksi, yakni respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan
respons-respons yamg relative tetap.
b. Operant
respons atau instrumental respons,
yakni respons yang timbul dengan berkembangan kemudian diikuti oleh stimuli
atau rangsangan yamg lain.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku
manusia dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu:
a.
Perilaku
tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat di amati orang lain (dari luar) secara jelas.
b.
Perilaku
terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respos terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan, atau praktis ini dapat di amati orang lain dari luar atau “observable behavior”. (Notoatmodjo, 2005 ; 43-44)
C.
Tinjauan
Umum Tentang Bayi
1. Pengertian Bayi
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang
manusia setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan
otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang
terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat
badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus
selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi
berumur 1 tahun.
2. Tahapan
Tumbuh Kembang Bayi
Tumbuh kembang bayi ada beberapa
tahapan yaitu :
a. Bayi 1 bulan
1)
Berat
badan: 3,0 – 14,3 kg, Panjang badan: 49,8 – 54,6 cm, Lingkar kepala: 33 – 39 cm
2)
Pada hari-hari pertama, bayi masih belum bisa
membuka matanya. Kemudian beberapa waktu akan bisa melihat dalam jarak 20 cm
3)
Tahap
bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan baru.
4)
Gerakan
yang dikuasainya merupakan gerakan reflex alami.
5)
Sangat
peka terhadap sentuhan.
6)
Akan menggerakkan kepala ke arah bagian tubuh
yang disentuh.
7)
Sudah
bisa tersenyum.Menangis adalah bahasa komunikasinya. Semakin lama, bunda akan
tahu dengan sendirinya arti dari menangis sang bayi, apakah bayi bunda menangis
karena lapar, karena gerah atau lainnya.
8)
Memegang
jari yang disentuhkan ke tangannya.
9)
Menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
tidur
b. Bayi 2 bulan
1) Berat badan : 3,6 - 5,2 kg, Panjang
badan : 52,8 - 58,1 cm, Lingkar kepala : 35 - 41 cm.
2) Sudah bisa membedakan muka dan
suara.
3) Kualitas penglihatannya meningkat.
4) Matanya bisa mengikuti gerakan benda
yang dekat dengannya.
5) Akan menghisap setiap benda yang
dipegangnya.
6) Bisa miring ke kiri dan ke kanan.
7) Menggerak gerakkan tangan dan kaki
ketika memita perhatian.
c. Bayi 3 bulan
1) Berat badan: 4,2 - 6,0 kg, Panjang
badan : 55,5 - 61,1 cm, Lingkar kepala : 37-43 cm.
2) Dapat mengangkat kepala dan tubuh
saat tengkurap.
3) Matanya sudah memperhatikan
lingkungan sekitar.
4) Menangis jika ditinggal.
5) Mencari arah suara yang didengarnya.
6) Dapat duduk beberapa waktu jika
ditunjang.
7) Menyukai bayangannya di cermin
8) Semakin mahir menggunakan tangannya.
9) Mulai mengenali wajah orang dan
benda yg akrab dengannya.
d. Bayi 4 bulan
1) Berat badan : 4,7 - 6,7 kg, Panjang
badan : 57,8 - 63,7 cm, Lingkar kepala : 38-44 cm.
2) Mulai mengoceh dan tertawa.
3) Menginjakinjakkan kaki jika
diberdirikan.
4) Dapat
menggerakkan/menggeser-geserkan tubuhnya untuk meraih benda.
5) Mengamati ekspresi wajah orang dan
menirunya.
6) Sebagian sudah ada yg tumbuh
giginya.
e. Bayi 5 bulan
1) Berat badan : 5,3-7,3 kg, Panjang
badan : 59,8-65,9 cm, Lingkar kepala : 39-45 cm.
2) Menangis jika mendengar suara
ibunya.
3) Dapat memindahkan barang dari satu
tangan ke tangan yang lain.
4) Menangis jika mainannya diambil.
5) Senyum dan megoceh saat meminta
perhatian.
6) Dapat memasukkan kaki ke mulutnya.
7) Bereksperimen dengan suaranya.
Membuat suara yang berbeda beda untuk mengkomunikasikan keinginannya missal
lapar, haus, marah, dll.
8) Sangat suka ditegakkan dalam posisi
duduk.
f. Bayi 6 bulan
1) Berat badan : 5,8-7,8 kg, Panjang
badan : 61,6-67,8 cm, Lingkar kepala : 40-46 cm.
2) Sudah banyak mengeluarkan suara.
3) Sudah bisa tengkurap sendiri.
4) Belajar menggunakan jari jarinya
untuk menggenggam dengan baik, memukul, mengambil, dan memindahkan benda.
5) Saat yang tepat untuk mengenalkan MP-ASI.
g. Bayi 7 bulan
1) Berat badan : 6,2-8,3 kg, Panjang
badan : 63,2-69,5 cm, Lingkar kepala : 40,5-46,5 cm
2) Sudah mahir duduk.
3) Sudah dapat mengangkat badannya
dalam posisi merangkak.
4) Saat posisi merangkak senang
mengayunkan badannya ke depan dan kebelakang.
5) Bermain dengan mainan yang disukai
dan akan marah jika mainan tersebut diambil.
h. Bayi 8 bulan
1) Berat badan : 6,6-8,8 kg, Panjang
badan : 64,6-71,0 cm, Lingkar kepala : 41,5-47,5 cm
2) Mampu berteriak untuk memanggil
orang.
3) Sudah bisa merangkak dan duduk
sendiri.
4) Membuang mainan yang tidak
disukainya
5) Sudah dapat berdiri dengan bantuan.
6) Dapat memegang botol minumnya
sendiri.
i.
Bayi
9 bulan
1) Berat badan : 7,0-9,2 kg, Panjang
badan : 66,0-72,3 cm, Lingkar kepala : 42-48 cm
2) Mulai bereaksi jika diperintah.
3) Mengenal beberapa kata.
4) Dapat berdiri dengan tangan
dipegangi.
5) Aktif merangkak dan memanjat.
3. Pengertian
Anak
Anak merupakan individu yang berada
dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang
ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak
berbeda. (Azis, 2005)
4. Tumbuh
kembang anak
Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang
berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa. Ini berarti bahwa
tumbuh-kembang anak merupakan suatu tahapan proses yang harus dilalui oleh
setiap anak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh-kembang yang optimal,
sesuai dengan anak lain seusianya dan juga sesuai dengan parameter baku
perkembangan anak. (Anik M, 2010 ; 35).
5. Tujuan
penilaian perkembangan anak
1.
Mengetahui
kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan resiko terjadinya
kelainan perkembangan tersebut.
2.
Mengetahui
berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan dan konseling genetik.
3.
Mengetahui
kapan anak perlu dirujuk kepusat kesehatan yang lebih tinggi. Soetjyningsih
1995 (Santun S, 2009 ; 7)
6.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Secara umum
terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak :
a.
Faktor
genetik
Faktor genetik
merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak dan
merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya.
b.
Faktor
lingkungan
Lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidak nya potensi bawaan
dan disebut juga milieu merupakan
tempat anak tersebut hidup dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan
”bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari
konsepsi sampai akhir hayatnya. (Dwi M, 2011 ; 57)
D. Kerangka
Konseptual
Kerangka Konsep dalam penelitian ini ada
2 variabel, yaitu variabel independen (pengetahuan ibu, sikap ibu, prilaku ibu)
dan variabel dependen (pemberian imunisasi dasar). Variabel independen adalah
variabel yang nilainya menentukan variabel lain sedangkan variabel dependen
adalah variabel yang nilanya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel
independen Variabel dependen
Pendidikan Ibu
|
Pemberian Imunisasi Dasar
|
Prilaku ibu
|
Sikap ibu
|
Pengetahuan
ibu
|
Ket :
: variabel independen
: variabel dependen
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka konseptual
E.
Definisi Opersional variabel yang akan diteliti
1.
Pengetahuan ibu
Yang dimaksud
dengan pengetahuan ibu dalam penelitian ini adalah rentangan yang dipakai
peneliti untuk mengukur sejauh mana seorang ibu memiliki pengetahuan terhadap
pemberian imunisasi dasar pada anak balita, baik itu menyangkut dalam mencegah
penyakit PD3I dan jenis kegiatan apa yang dilakukan dalam pemberian imunisasi
dasar pada anak balita.
Kriterial Obyektif :
Baik : Apabila ibu mampu menjawab pertanyaan dengan
benar
> 80%
Sedang : Apabila ibu mampu menjawab pertanyaan dengan
benar
60 - 79%.
Kurang :
Apabila ibu mampu menjawab pertanyaan dengan
benar
<60%
2.
Sikap Ibu
Yang dimaksud dengan sikap ibu dalam penelitian ini adalah
suatu batasan yang dipakai peneliti untuk melihat sejauh mana sebuah respon
atau tanggapan yang diberikan seorang ibu terhadap pemberian imunisasi dasar
pada anak balita baik yang dilakukan secara kolektif dalam ikatan ibu maupun
secara pribadi dalam kesehariannya di tengah masyarakat.
Kriterial Obyektif :
Positif : sikap
seorang ibu dikatakan positif apabila ibu
mampu
menjawab dengan benar > 50%
Negatif :
sikap seorang ibu dikatakan negatif apabila ibu tidak
mampu
menjawab dengan benar < 50%
3.
Prilaku Ibu
Yang dimaksud dengan prilaku ibu dalam penelitian ini
adalah suatu masalah atau situasi yang dipakai peneliti untuk melihat sejauh
mana sebuah respon atau kepanikan ibu terhadap pemberian imunisasi pada anak
balita. Baik sebelum pemberian imunisasi maupun setelah suntikan pada anak
balita (demam, kesakitan dan kemerahan).
Kriteria
Obyektif :
Baik : Prilaku ibu mampu menjawab pertanyaan dengan benar
>
70%
Sedang : Prilaku ibu mampu menjawab pertanyaan dengan benar
50 - 69%
Kurang
: Prilaku ibu mampu menjawab pertanyaan dengan benar
<50%
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan wawancara, obserfasi
dan kuesioner yang di bagikan peneliti untuk mendapatkan data yang di inginkan.
B. Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua bayi yang melakukan imunisasi, pada tahun
2011 sebanyak 190 orang dan tahun 2012 mulai januari sampai dengan april
sebanyak 209 orang di Wilayah Kerja Puskesmas
Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
2.
Sampel
Adapun
teknik pengambilan sampel yang akan di gunakan oleh penulis adalah random
sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak sebanyak 30
orang tampa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
C. Waktu
dan Tempat Penelitian
1.
Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan
april sampai bulan mei 2012
2.
Tempat
Tempat penelitian dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
D. Instrumen
dan Teknik Pengambilan Data
1.
Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara dan pengisian kuesionar dengan menggunakan
skala pengukuran, skala gutman (dalam bentuk pertanyaan tertutup) angket ini di
berikan kepada tiap ibu yang melakukan imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kassi-kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
2.
Teknik pengambilan data
a.
Data primer
Data di peroleh melalui wawancara
dan obserfasi langsung kepada ibu atau yang mewakili yang berada di lokasi
penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah di siapkan oleh peneliti.
b.
Data sekunder
Data yang di peroleh dari lokasi
penelitian, ini akan dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Sekolah
Tinggi Ilmu Keperawatan Gunung Sari Makassar dan seizin dari Puskesmas
Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar.
E.
Cara
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data secara langsung terhadap responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan
Mappala Kota Makassar adalah melalui prosedur sebagai berikut :
1. Dalam
penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi yakni Ketua
(STIKPER) Sekolah Tinggi Ilmu Keperwatan Gunung Sari Makassar, yang ditujukan
kepada pemerintah tempat penilitian maupun instansi terkait di puskesmas untuk
diberi surat keluasan melakukan pengambilan data penelitian dilapangan.
2. Sebelum
peneliti memberikan kuesioner yang akan diisi oleh responden, peneliti memberi
penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan bertanya
bila saat mengisi kuesioner ada pertanyaan yang tidak mengerti.
3. Setelah
responden memahami penelitian maka responden diminta kesediaan nya untuk
mengisi kuesioner.
4. Jika
responden mengatakan bersedia, maka kuesioner diberikan dan responden diminta
untuk mempelajari terlebih dahulu cara mengisi, kemudian mengisi kuesioner
tersebut.
5. Setelah
kuesioner diisi selanjutnya dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan
dianalisa.
F. Cara
Pengolahan Data
Teknik
pengolahan data dilakukan melalui suatu sistematika atau pentahapan. Adapun
sistematika atau pentahan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Setelah data terkumpul maka
dilakukan editing atau pengutingan data untuk memeriksa setiap lembar kuesioner
yang telah diisi, lalu data dikelompokan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam
pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberi
simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan
dengan memberi nomor halaman, daftar
pertanyaan, nomor pertanyaan nomor variabel dan kode.
3. Tabulasi
data
Dilakukan untuk memudahkan dalam
pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan
tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa. Tabel tersebut dapat berupa
tabel sederhana maupun silang.
G.
Analisis Data
Untuk melakukan analisis data maka peneliti
melewati 3 (tiga) tahapan yakni :
1. Persiapan
terdiri dari :
a. Cek
nama dan identitas
b. Cek
kelengkapan data
2. Tabulasi
a. Lakukan
pemberian skor pada item
b. Beri
kode yang tidak diberi skor
3. Aplikasi
data
a. Analisa
univariat
Analisa yang digunakan dengan menjabarkan
secara distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel
dependent (bebas) maupun variabel independent (tergantung). Untuk analisa ini
semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi pada tabel dengan menggunakan skala
ordinal dan likert.
b. Analisa
bivariat
Untuk analisis ini menggunakan
system komputerisasi dengan program SPSS versi 14. Penggunaan program komputer
ini untuk mempercepat dan mempermudahkan perhitungan data statistik.
H.
Etika dan Prosedur Penelitian
Setelah
mendapatkan persetujuan dari pihak Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota
Makassar maka peneliti selanjutnya melakukan screning sampel dengan tetap menekankan pada masalah etika peneliti
uang meliputi:
1. Informed consent
(lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini di berikan
kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
2. Anomity
(tampa nama)
Untuk kerahasiaan responden
peneliti tidak mencantukan nama responden tetapi peneliti menggunakan kode
tertentu untuk masing-masing responden
3. Confidentialyti (
kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dari responden di jamin oleh peneliti, data tersebut hanya
disajikan atau di laporkan pada pihak terkait dengan penelitian.
I.
Rencana
Jadwal Penelitian
No
|
Jenis Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|||||||||||||||||||||
1.
|
Pengusulan judul
proposal
|
||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Pengambilan
data awal
|
||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Penyusunan dan
bimbinganproposal
|
||||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Ujian proposal
|
||||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Revisi proposal
|
||||||||||||||||||||||||||||
6.
|
Pelaksanaan penelitian
|
||||||||||||||||||||||||||||
7.
|
Bimbingan hasil
|
||||||||||||||||||||||||||||
8.
|
Ujian skripsi
|
||||||||||||||||||||||||||||
9.
|
Revisi perbaikan
skripsi
|
JADWAL
PENELITIAN
BAB
IV
PEMBAHASAN
DAN HASIL
A. Sejarah
Puskesmas
kassi-kassi merupakan salah satu puskesmas Pemerintah kota Makassar dan
merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar. Puskesmas
kassi-kassi berdiri sejak tahun 1978/1979. Puskesmas kassi-kassi merupakan
Puskesmas Perawatan ke-IV (Rumah Sakit Pembantu IV) di Makassar. Puskesmas
Kassi Kassi / RSP-IV terletak di jalan Tamalate I no.43 Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan
Rappocini Kota Makassar.
Adapun letak
atau batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi sebagai berikut:
1. Sebelah
utara berbatasan dengan Kelurahan Bara Baraya Karuwisi
2. Sebelah
timur berbatasan dengan Kelurahan Panaikang Tamangapa
3. Sebelah
selatan dengan Kelurahan Mangasa Jongaya
4. Sebelah
berat berbatasan dengan Kelurahan Maricaya Parangtambung
B. Keadaan
Geografi
Puskesmas Kassi kassi
terletak di Kelurahan Kassi Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar dengan luas
wilayah kerja 7,32 Kha. Dari 9 kelurahan terdapat 76 RW dan 409 RT. Pemanfaatan
potensi lahan dan alih fungsi lahan terjadi sedemikian rupa, yang akan membawa
pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan social ekonomi dan keamanan
masyarakat. Lahan yang berbentuk rawa-rawa di beberapa bagian Kecamatan
Rappocini beralih fungsi menjadi pemukinan sementara atau darurat. Alih fungsi
lahan juga banyak terjadi pada sektor pemukiman dan perumahan yang menjamur
beberapa tahun terakhir sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk yang sangat
pesat. Hal ini dikarenakan tingginya urbanisasi yang akan membawa pengaruh pada
pola perilaku, sanaitasi kesehatan, status gizi, pola dan jenis penyakit serta
kondisi lingkungan pemukiman yang sebagian besar daerahnya dilanda banjir pada
musim hujan.
VISI
& MISI PUSKESMAS KASSI KASSI
A. VISI
Terwujudnya Kemandirian
masyarakat untuk sehat
B. MISI
1.
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia Puskesmas
2.
Meningkatkan Pembinaan Program Dana
Sehat di Puskesmas
3.
Lebih Meningkatkan Kerjasama dengan
Lintas Sektor
4.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan di
Puskesmas
5.
Meningkatkan Sarana dan Prasarana
Puskesmas
6. Meningkatkan
Promosi dan Pencegahan Penyakit
Visi dan misi tersebut dilakukan dengan
cara melaksanakan 18 kegiatan pokok Puskesmas dan dilaksanakan oleh 7 unit.
18 kegiatan Pokok Puskesmas tersebut adalah
:
1. Kesehatan
Ibu dan Anak
2. Keluarga
Berencana
3. Upaya
Peningkatan Gizi
4. Kesehatan
Lingkungan
5. Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Penular
6. Pengobatan
termasuk Pelayanan Darurat Kesehatan
7. Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat
8. Pencacatan
dan Pelaporan dalam Rangka SIK
9. Laboratorium
Sederhana
10. Upaya
Kesehatan Sekolah
11. Upaya
Kesehatan Olahraga
12. Perawatan
Kesehatan Masyarakat
13. Upaya
Kesehatan Kerja
14. Upaya
kesehatan Gigi dan Mulut
15. Upaya
Kesehatan Jiwa
16. Upaya
Kesehatan Mata
17. Upaya
Kesehatan USILA
18.
Upaya Kesehatan Tradisional
1. Analisis
Univariat
a.
Kelompok Umur
Tabel 1. Distribusi Kelompok Umur
Ibu wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Kelompok umur
|
n
|
Persentase
|
18-25
26-35
36-45
> 45
|
6
18
5
1
|
20,0
60,0
16,7
3,3
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah responden dengan umur 18-25 tahun sebanyak 6 responden (20,0%), responden
yang berumur 26-35 tahun sebanyak 18 responden (60,0%), dan responden yang
berumur 36-45 tahun sebanyak 5 responden (3,3%).
b. Tingkat
pendidikan
Tabel 2. Distribusi tingkat
Pendidikan Responden wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Kelompok Umur
|
n
|
Persentase
|
SD
SMP
SMA
PT
|
2
4
21
3
|
6,7
13,3
70,0
10,0
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah
responden yang memiliki Tingkat Pendidikan SD
sebanyak 2 responden (6,7%), responden yang memiliki Tingkat Pendidikan
SMP sebanyak 4 responden (13,3%),
responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA 21 responden (70,0%), dan
responden yang memiliki tingkat perguruan tinggi sebanyak 53 responden (10,0%).
c. Pekerjaan
Tabel 3. Distribusi Pekerjaan
Responden wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Pekerjaan
|
n
|
Persentase
|
PNS
WIRASWASTA
TIDAK BEKERJA
|
2
5
23
|
6,7
16,7
76,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah
responden yang memiliki Jenis Pekerjaan PNS
sebanyak 2 responden (6,7%), responden yang memiliki jenis pekerjaan
WIRASWASTA sebanyak 5 responden (16,7%),
dan responden yang memiliki jenis pekerjaan yang tidak bekerja sebanyak 23
responden (76,7).
d. Jarak
rumah
Tabel 4. Distribusi Jarak rumah
dengan tempat imunisasi wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Jarak
Rumah
|
N
|
Persentase
|
< 500 meter
>5001 meter
|
13
17
|
43,3
56,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah
responden yang memiliki Jarak rumah dengan tempat imunisasi sebanyak 13 responden (43,3%), responden yang
memiliki jarak rumah dengan tempat imunisasi sebanyak 17 responden (56,7%).
e. Jumlah
Anak
Tabel 5. Distribusi jumlah Anak wilayah
kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Jumlah
anak
|
N
|
Persentase
|
1 orang
2 orang
3 orang
>4 orang
|
1
12
9
4
|
3,3
40,0
30,0
26,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah
responden yang memiliki jumlah anak yang di imunisasi sebanyak 1 responden (3,3%), responden yang
memiliki jumlah anak 12 responden (40,0)responden yang memilki jumlah anak
sebanyak 9 responden (30,0%). Dan
responden yang memiliki jumlah anak sebanyak 8 responden (26,7).
f. Variabel
yang di Teliti
1. Tingkat
pengetahuan
Tabel 9. Distribusi Tingkat pengetahuan
responden wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Pengetahuan
Ibu
|
N
|
Persentase
|
Baik
Sedang
Kurang
|
16
6
8
|
53,3
20,0
26,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah
responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 responden (53,3%),
responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 6 responden (20,0%)
dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebayak 8 rasponden
(26,7%).
2. Sikap
Ibu
Tabel 6. Distribusi Sikap Ibu wilayah
kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Sikap ibu
|
N
|
Persentase
|
positif
negatif
|
17
13
|
56,7
43,3
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah
responden yang memiliki sikap positif sebanyak 17 responden (56,7%), dan responden
yang memiliki sikap negatif sebanyak 13 responden (43,3%).
3.
Prilaku Ibu
Tabel 7. Distribusi Prilaku Ibu wilayah kerja
puskesmas kassi-kassi Kelurahan
mappla kota makassar
Tahun 2012
Prilaku Ibu
|
N
|
Persentase
|
Baik
sedang
Kurang
|
16
6
8
|
53,3
20,0
26,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa
dari total 30 responden terdapat jumlah
responden yang memiliki Prilaku baik sebanyak 16 responden (53,3%), responden
yang memiliki prilaku sedang sebanyak 6 responden (20,0%), dan responden yang
memiliki prilaku kurang sebayak 8 rasponden (26,7%).
Post a Comment for "Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Umur 0-9 Bulan"