Literasiperawat.com ~ Dalam merawat pasien seringkali kita harus melaksanakan pemberian terapi oksigen, karena pemberian oksigen tersebut sudah rutin, sehingga tidak terfikirkan bahwa oksigen sebenarnya juga suatu “obat”. Sehingga harus memenuhi kriteria Empat tepat, Satu waspada. Dalam pemberiannya (tepat indikasi, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat waktu serta waspada terhadap efek samping).
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dilakukan dengan cara :
- Meningkatkan kadar oksigen inspirasi (FI O2)
- Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipoksia yaitu :
- Kadar oksigen yang rendah
- Gangguan jalan nafas dan pernafasan
- Gangguan disfusi
- Gangguan transport oksigen
- Gangguan ekstrasi oksigen atau penggunaan oksigen dijaringan
Secara umum indikasi terjadi terapi oksigen adalah :
- Mencegah terjadinya hipoksia
- Terapi terhadap hipoksia
Ada beberapa keadaan atau penyakit yang memerlukan terapi oksigen antara lain :
- Gagal nafas
- Shock
- Akut miokard infarcet
- Payah jantung
- Keracunan karbon monoksida (Co)
- Trauma multiple berat
- Luka bakar > 25%
- Pasca bedah
- Sepsis, dll
Transport Oksigen
Oksigen dalam darah sebagian besar diikat oleh hemoglobin, sedangkan sebagian kecil larut dalam plasma. Banyaknya oksigen yang terikat pada HB dinyatakan dengan pengertian kandungan oksigen arteri (oxygent content : C2O2).
Alat dan terapi oksigen adalah :
Alat dan cara terapi oksigen ditentukan oleh banyaknya kadar oksigen (F1O2) yang akan diberikan pada pasien untuk menetukan F1O2 seringkali kita harus melakukan titraksi, sampai tanda-tanda hipoksia dapat teratasi.
Tanda dan gejala hipoksia antara lain :
- Sesak
- Nafas cuping hidung
- Adanya gerak otot nafas tambaan, retraksi intercostalis supra sentral
- Takhikardi, tekamam darah meningkat
- Berkeringat dingin
- Gelisah-bingung
- Kalau berat tampak cyanosis
Prinsip alat terapi oksigen :
- F1O2 dapat diatur sesuai kebutuhan
- Tidak terjadi rebreating-penumpukan Co2
- Resistemsi minimal
- Efisien dan ekonomis
- Nyamuk untuk pasien
Macam-macam alat terapi oksigen :
- Nasal chateter-nasal prong (20-40%)
- Masker sederhana (simple mask : (40-60%) ).
- Masker dengan reservoir rebreating (40-80%)
- Masker dengan reservoir non rebreating (40-90%)
- System venture (24, 28, 35, 40, 50, 60%)
- Bag valve mask (bag dan mask – 100%)
- Respirator (21-100%)
- CPAP mask atau nasal (21-100%)
- Incobator (sampai 40%)
- Oxigen tent atau head box (30-50%)
Akibat samping terapi oksigen :
Langsung
- Keracunan oksigen, penggunaan oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu lama, tidak berarti tidak boleh mengunakan konsentrasi oksigen 100%. Kalau oksigen harus diturunkan serendah mungkin selama soo2 > 96%
- CO2 narkosis, pada pasien copd, yang mengalami hipoksida, bila diberikan oksigen konsentrasi tinggi akan kehilangan rangsangan untuk bernafas, sehingga terjadi penumpukan CO2.
- Atelekltasis
- Retrolenthal fibro plasias, kebutuhan, terutama pada bayi premature yang premature yang diberikan oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu lama.
- Gangguan neurology
- Gangguan gerakan cilia dan selaput lendir (mucus blanket)
Fungsinya :
Tidak berbeda dengan sangkup yang lain, hanya pada pemakaian sungkup dengan reservoir non rebreathing, ini dapat dicapai tekanan partial oksigen pada inspirasi lebih tinggi yaitu 90%. Digunakan aliran oksigen 10-20 liter/menit.
Komponen :
Sangkup sederhana dengan lubang berkatub searah pada kedua sisinya. Selama dihubungkan dengan sumber oksigen juga terpasang reservoir bag.
Mekanisme kerja :
Seperti sangkup dengan reservoir bag, namun disini tidak terhirup ulang hawa exhales sebelumnya.
Instruksi dokter > Dengan pemberian oxygen 5 liter/menit pada pasien dan disi tabung sebanyak 5000 liter O2. Pertanyaannya : akan habis dalam waktu berapa jam apabila pemberian oksigen 5 liter/menit.
Post a Comment for " Prosedur Tindakan Terapi Pemberian Oksigen"