Ruptur Perineum adalah Robeknya mukosa vagina dan atau kulit badan perineum yang disebabkan proses persalinan normal, episiotomi, persalinan buatan, atau trauma lainnya
Diagnosis :
Anamnesis:
- Tidak dapat menahan flatus, feses cair atau lembek yang dirasakan setelahpersalinan
- Feses keluar dari vagina saatBAB
- Riwayat persalinan dengan episiotomi
- Riwayat persalinan dengan bantuanalat
- Persalinan dengan dugaan trauma traktusgenital
- Pernah mengalami robekan perineumsebelumnya
- Adanya faktor risiko terjadinya ruptura perineum, antaralain:
- Persalinan dengan ekstraksi forseps (7%)
- Nullipara(4%)
- Kala II lebih dari 1 jam(4%)
- Distosia bahu(4%)
- Episiotomi mediana(3%)
- Posisi oksipito posterior menetap(3%)
- Berat bayi >4000gr (2%)
- Induksi persalinan(2%)
- Analgesia epidural(2%)
Pemeriksaan ginekologis:
- Pemeriksaan inspeksi daerahgenital
- Pemeriksaaninspekulo
- Pemeriksaan rectaltoucher
- Pemeriksan pill rollingaction
Klasifikasi :
Klasifikasi trauma perineum menurut RCOG
- Derajat 1 : Laserasi hanya mengenai mukosa vagina dan/atau kulit perineum
- Derajat 2 : Robekan mencapai otot-otot perineum tetapi tidak mengenai otot sfingter ani
- Derajat 3 : Robekan mengenai otot sfingter ani yang dibagi menjadi
- Derajat 3a : Robekan mengenai <50% otot sfingter ani eksterna Derajat 3b : Robekan mengenai >50% otot sfingter ani eksterna
- Derajat 3c : Robekan mengenai otot sfingter ani interna
- Derajat 4 : Derajat 3 disertai dengan robekan mukosa anus
Pemeriksaan penunjang : USG dan Anal manometri
Terapi :
- Perbaikan perineum langsung dilakukan setelah persalinan atau maksimal 24 jam pascasalin bila tidak ada infeksi atau inflamasi, dengan golden period 6-8 jam\
- Bila lebih dari 24 jam pascasalin maka perbaikan perineum dilakukan 3 bulanpascasalin
- Tehnikpembedahan:
- Sfingterorafi
- Perineoprafi
- Sfingteroplasti
- Perineoplasti
Post a Comment for "Panduan Praktik Klinis Ginekologi Tentang Ruptur Perineum "