BAB I DEFINISI
Pasal 44 Undang Undang nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran mewajibkan Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan
praktik kedokteran mengikuti
standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi. Standar Pelayanan Kedokteran
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438
/MENKES/PER/IX/2010 adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter
gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran.
Standar Pelayanan Kedokteran meliputi Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
(PNPK) dan SPO. PNPK merupakan standar pelayanan kedokteran yang bersifat
nasional dan dibuat oleh organisasi profesi serta disahkan oleh menteri.
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah suatu perangkat instruksi
langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu,
atau langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensur bersama dalam
melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan, yang dibuat oleh fasilitas
pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. SPO disusun dalam bentuk
Panduan Praktik Klinis (clinical practice
guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme, protokol,prosedur atau standing
order.
Panduan Praktik Klinis (Clinical Guidelines) memiliki berbagai bentuk, seperti
pedoman pelayanan medis, standar asuhan keperawatan, protokol, algoritma, clinical pathways dan sebagainya.
Berbagai bentuk pedoman klinik tersebut disusun melalui proses literatur
review, critical appraisal, konsultasi multidisplin dan penyusunan
rekomendasi berdasarkan level of evidance, hingga cukup banyak membutuhkan
sumber daya dan waktu. Namun karena tidak cukup perhatian dan dukungan yang diberikan
untuk menerapkan pedoman tersebut kedalam praktek sehari‐hari maka efektifitas
dari pedoman klinik tidak terlalu baik. Salah satu bentuk clincial
guidelines yakni clinical pathway
memiliki pontensi untuk dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menjamin
dan meningkatkan mutu proses clinical care.
Clinical patways atau juga dikenal
dengan nama lain seperti: Critical care pathway, Integrated care pathway,
Coordinated care pathway, caremaps®, atau Anticipated recovery pathway, adalah
sebuah rencana yang menyediakan secara detail setiap tahap penting dari
pelayanan kesehatan, bagi sebagian besar pasien dengan masalah klinis
(diagnosis atau prosedur) tertentu, berikut dengan hasil yang diharapkan
(Djasri, 2006)
4 komponen
penting CP (Hill 1998):
1. Timeline
2. Kategori pelayanan atau aktivitas dan
intervensi yang dilakukan
3. Kriteria outcome jangka menengah dan
panjang
4. Pencatatan variasi yang ada.
Clinical
pathway memberikan
cara bagaimana mengembangkan dan mengimplementasikan
pedoman klinik (clinical
guideline/best practice) yang ada kedalam protokol lokal (yang dapat
dilakukan). Clinical pathway juga menyediakan cara untuk mengidentifikasi
alasan mengapa terjadi sebuah variasi (pelayanan tidak sesuai dengan standar
yang telah ditentukan) yang tidak dapat diidentifikasi melalui audit klinik.
Hal tersebut dimungkinkan karena clinical
pathway juga merupakan alat dokumentasi primer yang menjadi bagian dari
keseluruhan proses dokumentasi pelayanan dari penerimaan hingga pemulangan
pasien. Dengan kata lain, clinical
pathway menyediakan standar pelayanan minimal dan memastikan bahwa
pelayanan tersebut tidak terlupakan dan dilaksanakan tepat waktu.
Tujuan implementasi clinical pathway
terutama adalah untuk:
1.
Memilih
“best practice” pada saat pola praktek diketahui berbeda secara bermakna dan sebenarnya
tidak perlu.
2.
Menetapkan
standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan penggunaan pemeriksaan
klinik dan prosedur klinik lainnya.
3.
Menilai
hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang bebeda dalam suatu proses dan
menyusun strategi untuk mengkoordinasi agar dapat menghasilkan pelayanan yang lebih
cepat dengan tahap yang lebih sedikit
4.
Memberikan
seluruh staf yang terlibat tujuan umum yang harus tercapai dari sebuah pelayanan
dan apa peran mereka dalam proses tersebut
5.
Menyediakan
kerangka kerja untuk mengumpulkan dan menganalisa data proses pelayanan
sehingga provider dapat mengetahui seberapa sering dan mengapa seorang pasien
tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar
6.
Mengurangi
beban dokumentasi klinik
7.
Meningkatkan
kepuasan pasien melalui peningkatan edukasi kepada pasien (misalnya dengan
menyediakan informasi yang lebih tepat tentang rencana pelayanan)
Secara konvensional clinical pathway ditulis dalam bentuk
fomulir matrix dengan aspek pelayanan di satu sisi, dan waktu pelayanan disisi
yang lain. Interval waktu biasanya dalam hitungan hari mengikuti instruksi
klinik harian, namun hal ini dapat berbeda tergantung dari perjalanan dan perkembangan
penyakit atau tindakan yang ada (misalnya clinical
pathway untuk penyakit kronis mungkin memiliki interval waktu perminggu
atau bulan).
Clinical
pathway
mengintegrasikan protokol terapi, rencana asuhan keperawatan dan aktifitas dari
pelayanan klinik lainnya dalam sebuah rencana pelayanan yang secara jelas
mendefinisikan harapan dari perkembangan dan outcome yang akan didapat oleh
pasien. Umumnya clinical pathway dikembangkan
untuk diagnosa atau tidakan yang “high‐volume”, ”high‐risk” dan ”high‐cost”. Clinical pathway umumnya banyak
dikembangkan di rumah sakit namun saat ini secara bertahap sudah mulai
diperkenalkan ke sarana pelayanan kesehatan lain seperti nursing homes.
Peran Clinical pathways
Secara umum clinical pathway berperan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dari awal sampai akhir dengan meningkatkan risk adjusted patient outcome,
mempromosikan keselamatan pasien, meningkatkan kepuasan pasien, dan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya (Vanhaect et al, 2007).
Secara khusus implementasi clinical pathway juga berperan untuk
(Pearson et al., 1995):
1)
Memilih
pelayanan kesehatan terbaik ketika muncul banyak variasi dalam pelayanan kesehatan
dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
2)
Pelayanan
Timeline
3)
Menetapkan
standar mengenai lamanya hari perawatan, prosedur pemeriksaan klinik dan jenis
penalataksanaannya
4)
Menilai
hubungan antara berbagai tahap dalam proses pelayanan untuk dan mengkoordinasikannya
agar dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat
5)
Memberikan
pedoman kepada seluruh staf rumah sakit untuk melihat dan mengerti mengenai
variasi yang timbul dalam proses pelayanan
6)
Menyediakan
kerangka kerja untuk mengumpulkan data dari proses pelayanan sehingga penyedia
layanan dapat mempelajari seberapa sering dan mengapa pasien tidak mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan standar selama perawatan
7)
Menurunkan
beban dokumentasi dokter dan pasien
8)
Meningkatkan
kepuasan pasien dengan memberikan edukasi mengenai rencana perawatan pasien
Manfaat yang didapatkan dengan adanya clinical pathway antara lain (Wright
& Hill, 2003) adalah :
1)
Dapat
menggabungkan pedoman klinis ke dalam suatu dokumen resmi sehingga dapat bertindak
sebagai pengingat bagi profesional kesehatan
2)
Menggarisbawahi
standar yang tegas yang akan dijumpai dalam pathway pelayanan pasien yang dapat
diperiksa secara mudah dari dokumen yang ada
3)
Bersifat
multidisiplin sehingga dapat meningkatkan komunikasi antar profesi yang berbeda
sehingga dapat menghilangkan duplikasi yang tidak diperlukan dari dokumen informasi
yang tersimpan
4)
Dapat
mengurangi variasi dalam pelayanan klinis
5)
Dapat
meningkatkan dokumentasi dalam riwayat kesehatan
Clinical
pathways
Sebagai Alat Kendali Mutu Pelayanan Kesehatan
Efektifitas dari penggunaan clinical pathways sebagai salah satu
alat kendali mutu masih dalam perdebatan. Namun demikian di Amerika Serikat
hampir 80% RS menggunakan clinical
pathways untuk beberapa indikator. Terdapat berbagai penelitian mengenai
efektifitas clinical pathways namun
hasilnya masih tidak konsisten karena berbagai bias penelitian. Beberapa
penelitian yang menunjukan efektifitas clinical
pathways adalah sebagai berikut:
1)
Menghemat
penggunaan sarana, meningkatkan luaran klinis, meningkatkan kepuasan pasien,
dan praktisi klinis, serta menurunkan biaya perawatan (Tokarsky dan McLaughlin,
1995)
2)
Penurunan
length of stay dan penurunan biaya perawatan (Evans, 1999)
3)
Memfasilitasi
early discharge, meningkatkan indeks kualitas hidup (Feagan, 2001)
4)
Menurunnya
length of stay, meningkatnya clinical outcome, meningkatkan economic outcome,
mengurangi tindakan yang tidak diperlukan (Darer, Pronovost, Bass, 2002)
Efektifitas clinical pathways tersebut baru dapat diperoleh jika pathway disusun berdasarkan strategi yang
dikendalikan oleh pemimpin (leader driven‐strategy), sebab jika tidak akan mengalami
berbagai hambatan seperti (Guinane, 1997): Anggota tim yang menjalankan pathway hanya sedikit, hal ini timbul
karena pathway belum dianggap sebagai
suatu yang penting bagi organisasi; Masing‐masing bagian akan menyusun pathwaynya
sendiri, sehingga hasilnya tidak akan optimal, hal ini timbul jika pemimpin
tidak mempertimbangkan pathway dan perencanaan multidisiplin; Pathway tidak
menjadi bagian dalam pelayanan klinis sehari‐hari, ini terutama terjadi jika
pembuatan pathway tidak dipikirkan dengan sungguh‐sungguh, termasuk cara dokumentasinya,
maka pathway hanya akan menjadi beban tambahan dalam proses pelayanan.
Berdasarkan hal ini maka RS yang akan
menggunakan clinical pathways sebagai
alat kendali mutu harus benar‐benar merencanakan, menyusun,
menerapkan dan mengevaluasi clinical
pathways secara sistematis.
Clinical
patways merupakan
salah satu alat manajemen penyakit yang banyak dipakai dan telah berkembang
pesat dalam 15 tahun terakhir ini, terutama sejak banyaknya laporan penelitian
(meski masih diperdebatkan) yang menunjukan bahwa clinical pathway memiliki potensi dalam mengurangi variasi
pelayanan yang tidak perlu sehingga dapat meningkatkan outcome klinik dan juga penghematan
pemakaian sumber daya (finansial). Dengan demikian clinical pathway
dimungkinkan mampu meningkatkan mutu dan efisensi pelayanan klinis di rumah
sakit
BAB II
RUANG LINGKUP
1.
Pembentukan tim Penasehat
2.
Identifikasi pemain utama
3.
Kunjungan Lapangan
4.
Pencarian Literatur
5.
Customer Focus Group
6.
Pedoman Praktek
7.
Analisis Casemix
8.
Desain
9.
Pengukuran proses dan outcome
10. Pengembangan
Paket Pendidikan dan Pelaksanaanya
BAB III
TATA LAKSANA
Framework untuk Pengembangan
Clinical pathway
Proses
penyusunan dan penggunaan clinical
pathway
Berbagai proses dapat dilakukan untuk menyusun clinical pathway, salah satunya terdiri
dari beberapa tahap sebagai berikut:
1. Langkah
pertama dalam pengembangan clinical
pathway adalah menyusun pihak penasihat multidiscilinary. Atau membentuk
tim penyusun clinical pathway yang
terdiri dari staf multidisiplin dari semua tingkat dan jenis pelayanan. Bila
diperlukan tim dapat mencari dukungan dari konsultan atau institusi diluar RS
seperti organisasi profesi sebagai narasumber. Tim bertugas untuk menentukan
dan melaksanakan langkah-langkah penyusunan clinical
pathway. Agenda pertemuan pertama
umumnya adalah untuk mengidentifikasi peran narasumber dan tim penyusun,
memilih kasus/kelompok pasien, megidentifikasi key players, menetapkan
time-frame, membuat rencana site visit
dan studi literatur dan menyusun agenda pertemuan berikut.
Kriteria
dalam memilih kasus/kelompok pasien seharusnya meliputi kondisi klinik yang
sering terjadi atau berbiaya tinggi, yang diminati oleh para staf klinik, atau
yang dalam praktek sehari-hari memiliki banyak variasi dan berpengaruh kepada
outcome pasien.
1.1. Fungsi utama pihak penasehat clinical pathaway
adalah:
·
Melakukan semua skema
langkah-langkah dalam kerangka kerja untuk pengembangan pathway.
·
Memberi informasi kembali ke
tim profesi masing-masing berkenaan dengan pengembangan clinical pathway. Bagaimanapun, pihak ini mungkin memutuskan untuk
merekomendasikan penyusunan tim kerja untuk fungsi pelaksana.
· Menyusun rekomendasi suatu istilah dan garis
kewenangan, pertanggungjawaban dan pelaporan.
· Mengidentifikasi pemain utama (pelanggan) suatu
pathway
· Mengawasi kinerja dan merekomendasikan tim kerja.
· Memberikan informasi kembali kepada tim profesi
masing-masing dalam pengembangan pathway.
· Untuk menyusun metode-metode untuk mengkomunikasikan
pengembangan tim mereka kepada semua staf (diusulkan pada halaman berikutnya)
1.2. Keanggotaan pihak penasehat seharusnya melibatkan
perwakilan dari:
a.
Semua disiplin termasuk yang
ada dalam pathway,
b.
Semua level dari struktur
organsisasi,
c.
Semua pekerja shift, Perempuan
dan laki-laki.
1.3. Pertemuan pertama pihak penasehat seharusnya diatur
dan difasilitasi dengan baik. Hal tersebut bertujuan untuk:
· Menyusun referensi istilah dan garis
pertanggungjawaban untuk pihak penasehat (dan tim kerja)
· Mengidentifikasi pemain utama dalam pathway
· Mengidentifikasi jangka waktu untuk pengembangan
pathway
· Menyeleksi orang-orang penting untuk:
a.
Site visite
b.
Pencarian literatur.
c.
Menyusun rencana untuk
pertemuan selanjutnya.
Point penting / tips:
□
Koordinator program penyusunan CP. Mengidentifikasi seseorang untuk menjadi koordinator,
orang yang diharapkan melakukan pathway di tempatnya pertama kali mungkin menjadi pemimpin tim yang baik.
□
Fasilitator independen.
Orang
yang independen mungkin ditugaskan untuk memfasilitasi pertemuan awal, untuk
mengijinkan semua anggota tim, termasuk koordinator untuk berpartisipasi.
□
Tim leader. Memberikan kewenangan dengan tepat untuk
orang ini (tim leader)
□
Notulensi kegiatan. Menerbitkan catatan notulensi semua
rapat sesegera mungkin setelah rapat, contoh:
·
Notulensi
di buku komunikasi bangsal/departemen
·
Notulensi
akhir yang tempel di dinding atau papan pengumuman.
·
Diedarkan
□
Mempunyai
agenda untuk mencatat semua pertemuan
□
Hasil pertemuan. Menyimpan laporan ringkas
pertemuan
□
Rencana tindak lanjut. Mengharapkan beberapa kegitan dari
pertemuan
□
Check & re-check. Jangan mengakhiri pertemuan tanpa
menunjukkan lembar tindakan (action sheet) dan Cek tindakan yang telah diambil
□
Sikap: antusias dan positif
2. Identifikasi
key players/pemain utama untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam
penanganan kasus atau kelompok pasien yang telah ditetapkan dan untuk
merencanakan focus group dengan key-players bersama dengan pelanggan internal
dan eksternal.
a.
Kegiatan terbaik dengan
melakukan teknik “brainstorming” contohnya tim menuliskan agar setiap orang
mengetahui keterlibatannya dalam pathway, pemain utama antara lain: Perawat,
Dokter, Psikoterapi, Ahli diet,
ahli patologi, Pekerja sosial, petugas farmasi, Pasien (termasuk yang lalu dan
sekarang). Beberapa pathway memberikan kelebihan fasilitas perawatan akut.
Dalam keadaan ini, pelanggan yang fasilitas perawatan akut yang akan datang harus juga dilibatkan. Daftar mungkin sangat
panjang. (tidak masalah)
b.
Pelanggan tersebut harus dikelompokkan.
Ada 2 sistem pengelompokan yang berbeda:
1) Kelompok yang memiliki fokus kepada pelayanan
tertentu (Customer focus groups), seperti :
· Kelompok perawat
· Kelompok rumah sakit yang tergabung dalam kesehatan
· Kelompok staf junior dan senior
· Jika dirasakan bahwa kemungkinan terjadi
perselisihan antara 2 kelompok, maka jangan tempatkan mereka dalam kelompok
yang sama
2) Kelompok yang terkait dengan tingkat kebutuhan pendidikan, contoh: unit pelayanan
intensif neonatal, unit stroke.
3. Site visit /
kunjungan lapangan di RS yang bersangkutan untuk mengenal praktik yang sekarang
berlangsung, menilai sistem pelayanan yang ada, dan memperkuat alasan mengapa clinical pathway perlu disusun. Jika
diperlukan site visit internal perlu dilanjutkan dengan site visit eksternal /
kunjungan ke institusi lain yang memberikan pelayanan/pengobatan yang sama setelah
sebelumnya melakukan identifikasi partner benchmarking. Hal ini juga diperlukan
untuk menangkap/mengembangkan ide dan review dengan pemain utama untuk topik
tersebut.
Metode:
Mengidentifikasi institusi yang excellent dalam
pelayanan/pengobatan dengan kondisi tertentu.
Berkunjung dan menemukan apa yang mereka lakukan dan
mengapa
Menulis laporan dan membuat rekomendasi untuk
kesimpulan dalam pathway
Sebaiknya kunjungan
kelapangan menggunakan sebuah format untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan,
sehingga informasi yang sama dapat dikumpulkan dari masing-masing tempat oleh
beberapa orang yang melakukan kunjungan
Walaupun ideal, sebenarnya
kunjungan ke tempat lain membutuhkan waktu. Proses ini dapat dilakukan melalui
telepon dan kuisoner, tetapi sejauh ini
kurang efektif dan mungkin mengalami keterlambatan dalam pengumpulan data.
4. Studi
literatur (Literatur Search) untuk
menggali pertanyaan klinis yang perlu dijawab dalam pengambilan keputusan
klinis dan untuk menilai tingkat dan kekuatan evidens. Apakah sudah ada PNPK
atau EBM terbaru. Studi ini sebaiknya menghasilkan laporan dan rekomendasi
tertulis.
Pencarian literatur
merupakan hal yang sangat penting jika anda ingin mengidentifikasi best
practice dari internasional untuk kondisi tertentu.
•
Untuk efisiensi waktu, maka
sebaiknya secara khusus tunjuk satu atau dua orang untuk melakukan tugas ini.
•
Tim memutuskan kata kunci
yang akan dicari
•
Membagikan artikel yang
didapat kepada seluruh tim. Untuk membuat keputusan mana yang akan dipakai maka
sebaiknya semua tim telah membaca semua artikel
•
Menyusun review artikel
dengan memasukkan judul artikel, penulis, nama jurnal, volume, halaman,
tanggal, ringkasan isi dan rekomendasi untuk kesimpulan dalam pathway.
5. Hold Customer Focus Groups. Untuk menjamin bahwa pathway menggambarkan kebutuhan
seluruh pelanggan (internal dan eksternal) maka anda harus menanyakan kepada
mereka apa yang mereka butuhkan. Salah satu cara adalah dengan customer focus
group. Diskusi kelompok terarah
untuk mengenal kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal) dan menyesuaikan
dengan kemampuan RS dalam memenuhi kebutuhan tersebut serta mengenal
kesenjangan antara harapan pelanggan dan pelayanan yang diterima. Lebih lanjut
untuk memberi masukan dalam pengembangan indikator mutu pelayanan klinis dan
kepuasan pelanggan serta pengukuran dan monitoring
Sebelum mengadakan customer focus group: susun
draft surat undangan untuk semua pelanggan
Ukuran ideal customer focus group adalah 6-8 orang, namun anda seharusnya
mengundang sekitar 30 orang untuk masing-masing grup untuk meningkatkan
kehadiran ini. Kehadiran ini akan semakin baik jika anda dapat memfollow up
undangan melalui telepon. Ini memberikan tanda bahwa kegiatan
ini sangat penting.
Menempatkan fasilitator dan seorang notulen untuk masing-masing grup.
•
Fasilitator mungkin sama
orangnya untuk masing-masing grup atau itu mungkin berubah. Selain itu, tujuan
untuk grup harus disusun dengan baik.
•
Fasilitator dan notulen
seharusnya anggota tim kerja sebab customer focus group menyediakan instrumen
yang tidak ternilai nilainya untuk memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Banyak yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini dapat mempunyai pemahaman
yang lebih besar
Aturan Focus Group:
1)
Semua
partisipan mempunyai kesempatan berbicara
2)
Setiap
partisipan tidak harus berbicara pada saat yang bersamaan dengan yang lain.
3)
Setiap
partisipan seharusnya mengatakan apa yang mereka pikirkan, bukan yang mereka
pikir orang lain ingin mendengar.
4)
Tidak
ada jawaban yang benar dan salah.
5)
Berbicara
untuk dirimu sendiri tidak atas nama orang lain
Tips:
□
Cepat dan fokus: Berusaha melaksanakan pada semua grup dalam waktu yang relatif pendek,
misal 2 minggu, dan memelihara sebuah “fokus” pada pekerjaan yang dilakukan
sekarang
□
Responsif : Menggambarkan beberapa langkah tindakan pertama kali, dan melakukan hal
tersebut secepat mungkin setelah customer focus group. Peningkatan kepuasan
konsumen dapat mereka lihat bahwa waktu mereka tidak banyak terbuang
□
Aturan simpel : Menyusun beberapa aturan yang sangat simpel sebelum memulai. Ini membuat
pelaksanaan customer focus group menjadi lebih mudah untuk memelihara
pengendalian, terutama dengan grup besar.
□
Memulai dengan pertanyaan
mudah, positif dan umum, seperti
·
Apakah hal terbaik yang anda
suka mengenai pengobatan yang anda terima ketika menjadi pasien di rumah sakit
yang mempunyai prosedur untuk anda?
·
Sebagai dokter mengakui
pasien ini di bangsal, apakah anda suka dengan pelayanan yang sekarang ini
diberikan?
·
Melanjutkan dengan 4-5
pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi, seperti: Apa yang anda tidak suka
dengan pelayanannya? Apa anda suka perubahan? anda suka menerima informasi
seperti apa? bagaimana anda akan menyukai informasi yang diberikan?
□
Menyediakan beberapa makanan
dan minuman (contoh: kopi, teh, biskuit), sebelum permulaan grup
diskusi-memfasilitasi pembicaraan ini
Tindak
lanjut :
¨ Kesimpulan: Pelanggan akan membuat beberapa saran untuk
peningkatan ketentuan pelayanan, beberapa hal dari itu akan dapat dimasukkan dalam pathway, lalu membuat daftar rekomendasi untuk
kesimpulan pathway.
¨ Susun
laporan : Menulis laporan sesuai
masing-masing grup termasuk rangkupan dari masalah utama
¨ Rencana
tindak lanjut : Menulis daftar tindakan yang
mungkin dilakukan segera.
¨ Survey
kepuasan pelanggan: Merencanakan menyusun
kuisoner untuk pelanggan yang didasarkan pada informasi dari pelanggan yang
telah menerima anda berhubungan dengan harapan pelanggan. Ini seharusnya dapat
digunakan untuk menyusun dasar kepuasan pelanggan terutama untuk pelaksanaan
pathway.
Patient
Pathways:
¨ Selama customer focus group dengan pasien, kebutuhan
patient pathways seharusnya telah mulai disusun karena akan ada beberapa
variasi diantara grup pasien.
¨ Dapat dalam
bentuk booklet atau format matrix. Patient
pathways dalam bentuk booklet atau format matrix hanya salah satu metode
memberikan informasi kepada pasien mengenai path dan hasil yang diharapkan.
Metode lain termasuk lembar informasi dan video, dll.
¨ Ditulis
dalam bahasa awam. Patient pathway mungkin akan
berdiri sendiri, atau mungkin digunakan dengan bentuk lain dari pendidikan
pasien. Harus ditulis dalam bahasa yang dipahami oleh pasien dan dievaluasi
untuk ini oleh kelompok pasien.
¨ Diberikan
sesegera mungkin, misalnya saat pre-admission.
¨ Keuntungan:
Mengurangi kecemasan
pasien.
Kepedulian keluarga pasien
terhadap proses
Keterlibatan pasien dan
keluarga meningkat
Kepedulian semua pihak
mengenai tanggal kepulangan (discharge)
6. Develop practice guidelines. Susun
panduan praktek klinik mengacu pada PNPK (bila ada) dengan
mempertimbangkan hasil site visit, hasil
studi literatur (berbasis evidens), dan hasil focus group discussion. Panduan
praktek klinik ini perlu disusun dalam bentuk alur pelayanan untuk diketahui
juga oleh pasien.
□
Panduan praktek klinik dapat ditulis dalam beberapa
hal yang berbeda dengan tingkat rincian/ketelitian yang bervariasi. Contoh:
a. Dengan flow
chart atau algoritme untuk menunjukkan dimana
keputusan klinis dibuat point form
b. Dalam
folmulir yang berbentuk grafik
c. Dalam format
prosedur atau protokol
d. Beberapa format dapat diterima jika itu mengidentifikasi
secara ringkas bagaimana institusi mengelola aspek pelayanan tertentu.
□
Komponen rinci mengenai clinical pathway. Contoh:
e. Jika pathway menyatakan bahwa pengobatan tertentu
diindikasikan pada waktu tertentu, pedoman praktek akan memulai bagaimana
pengobatan atau intervensi yang lain seharusnya dibentuk.
f. Jika pathway menyatakan bahwa pada hari ke dua harus
menilai fungsi paru-paru, pedoman praktek akan menjelaskan secara jelas
bagaimana menilai fungsi paru-paru.
7. Analisis
Casemix / Analisis bauran kasus dilakukan untuk menyediakan informasi penting
baik pada pre dan post penerapan pathway, meliputi: length of stay, biaya per
kasus, obat-obatan yang digunakan, tes diagnosis yang dilakukan, intervensi
yang dilakukan, praktisi klinis yang terlibat dan komplikasi.
·
Salah satu dasar
pengembangan clinical pathway adalah
terkait dengan usaha untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan proses
dalam menyediakan pelayanan untuk pasien dengan kelompok diagnosis atau DRG
tertentu.
·
Analisis riwayat klnis
melalui kelompok casemix atau DRG akan memberikan informasi penting untuk
analisis setelah dan sebelum pathway.
·
Anda akan membutuhkan
catatan beberapa informasi antara lain: Length of Stay (termasuk LOS di unit spesialis spt
ICU), Biaya per kasus, Obat yang digunakan, Test patologi yang diminta, Tenaga
kesehatan yang terlibat, Komplikasi
·
Penting untuk mengumpulkan
data yang akan memberikan anda data adanya peningkatan yang dapat diukur.
Menentukan apa yang anda perlukan untuk meningkatan pengembangan dan
implementasi pathway dan mengumpulkan informasi pre-pathway yang relevan serta
evaluasi manfaat pathway atau kelemahannya yang kemungkinan ada.
8. Desain Pathway: Clinical
pathway adalah matrik yang menempatkan setiap intervensi pada suatu sumbu
dan waktu pada sumbu yang lain
a.
Mengidentifikasi semua
intervensi yang seharusnya terjadi, dimana isi intervensi didasarkan pada
pedoman praktek (practice guidelines) dan permintaan pelanggan. Intervensi
dituliskan pada setiap sisi halaman yang terdiri dari: Penilain, Pengobatan,
Perencanaan pemulangan (discharge), Kebutuhan tertentu.
b.
Memutuskan interval waktu
yang tepat untuk digunakan, seperti jam, hari, minggu, tergantung waktu yang
diperlukan untuk intervensi. Interval ini mungkin berubah sebagai perkembangan
pathway, contoh. Untuk admisi jangka panjang seperti kasus CVA anda mungkin
dapat menetapkan intervensi harian untuk minggu pertama, lalu mingguan,
kemudian setelah itu untuk 4-5 minggu.
c.
Pathway seharusnya
memungkinkan untuk mencatat semua variansi dari pathway dan semua tindakan yang
diambil untuk mengatasi variansi ini.
d.
Untuk memudahkan berbagai
sub kelompok “pekerja” menggabungkan pathway, maka perlu bahwa mereka mengenal
semua latar belakang pekerjaan “pekerja” lain melalui dokumen: Pedoman praktek
(practice guidelines); Kunjungan lapangan; Customer focus groups, dll.
e.
Setelah pathway dikumpulkan,
perlu ada diskusi yang mendetail berkenaan dengan isi setiap sel
Penilaian |
Medis : ahli bedah, dokter anaestesi
|
Perawat : berbagai macam perawat |
|
Perkumpulan Kesehatan: Radiologi, Physio (contoh. Mobilitas) Farmasi penata diet, dll |
|
Pengobatan |
Medis Perawatan : perawatan luka,
perawatan umum, ilmu kesehatan Farmasi |
Perencanaan Pemulangan (discharge) |
Penilaian Penilaian tujuan pemulangan Pendidikan pasien Pendidikan untuk perawatan Pemberian informasi |
Keinginan khusus |
Sosial Pribadi Medis (contoh. Berhubungan dengan
kondisi medis yang lain) |
Mendisain dokumentasi clinical pathway dengan memperhatikan format clinical pathway (apakah free form, checklist atau prompt), ukuran
kertas, tepi dan perforasi untuk filling.
Umumnya terdiri dari:
a.
Header (identitas pasien, tanggal penyusunan clinical pathway dan tanggal revisi,
orientasi)
b.
Aksis vertikal yang berupa: tindakan/intervensi yang
dilakukan mulai dari kajian (medis, keperawatan, penunjang medis),
terapi/intervensi (medis/keperawatan, penunjang medis, farmasi), rencana
discharge (kajian, konferensi kasus, kajian tujuan discharge, pendidikan
pasien, rujukan, tukar menukar informasi) dan kebutuhan khusus (sosial,
personal, medis)
c.
Aksis horisontal: waktu (dengan interval dapat jam,
minggu, bulan)
d.
Ruang untuk pencatatan adanya variasi dari pathway
e.
Ruang untuk pembubuhan tandatangan petugas pada tiap
intervensi yang dilakukan.
Perlu
diperhatikan bahwa penyusunan dokumentasi ini perlu mendapatkan ratifikasi/pengesahan
oleh Bidang RMIK untuk melihat kesesuaian dengan dokumentasi lain.
9.
Menetapkan sistem pengukuran proses dan outcome. Contoh
ukuran-ukuran proses antara lain pengukuran fungsi tubuh dan mobilitas, tingkat
kesadaran, temperatur, tekanan darah, fungsi paru, skala kesehatan pasien
(wellness indicator).
□
Kriteria untuk pengumpulan data
□
Pengukuran seharusnya dikumpulkan secara mudah dan
dibuatkan grafik oleh staf pelaksana
Proses
pengukuran:
□
Pengukuran
fungsi atau mobilitas
□
Tingkat
kesadaran
□
Temperatur
□
Tekanan
darah
□
Jumlah
sputum
□
Fungsi
paru-paru
□
Subjective
Wellness Indicator (perasaan)
10.
Pengembangan Paket
Pendidikan dan Pelaksanaanya
□
Tingkat pendidikan yang dibutuhkan akan berubah
sesuai dengan tingkat keterlibatannya.
□
Clinical pathway adalah metode pendokumentasian
pelayanan yang valid dan sah. Jika pathway dipahami secara benar dan
diisi secara benar, maka hal itu tidak dipandang sebagai membuat catatan dalam
catatan perkembangan pasien.
Penerapan
clinical pathway
□
Clinical pathway akan dijadikan bagian integral dari catatan rekam medis pasien
dan mempunyai potensi untuk menggantikan rencana pelayanan keperawatan dan formulir
pendokumentasian lain, contoh disiplin individu.
□
Anggota tim pengobatan yang
telah ditunjuk (ditentukan oleh tim tersebut) seharusnya membuat
pertanggungjawaban mengenai clinical
pathway awal pasien dengan tepat.
□
Clinical pathway akan seringkali butuh untuk dirubah oleh tim pengobatan untuk menetapkan
apa yang cocok dengan kebutuhan pasien.
□
Semua klinisi harus menandai
intervensi mereka.
□
Pendelegasian oleh staf
seharusnya disajikan dalam bentuk pathway.
Clinical pathway yang baru disusun perlu diuji coba dahulu
yang meliputi penilaian secara periodik kelengkapan pengisian data, kemudian
diikuti dengan pelatihan kepada para staff untuk menggunakannya.
Lebih lanjut juga diperlukan analisa variasi dan
menelusuri mengapa praktek di lapangan berbeda dari yang direkomendasikan dalam
clinical pathway. Hasil analisa digunakan untuk:
mengidentifikasikan variasi umum, memberi signal kepada staf akan adanya pasien
yang tidak mencapai perkembangan yang diharapkan, memperbaiki clinical pathway dengan menyetujui
perubahan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang dapat diteliti lebih
lanjut. Hasil analisis variasi dapat
menetapkan jenis variasi yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah untuk
kemudian menetapkan solusi bagi variasi yang dapat dicegah (variasi yang tidak
dapat dicegah dapat berasal dari penyakit penyerta yang menyebabkan pelayanan
menjadi kompleks bagi seorang individu).
Idealnya seluruh staf yang terlibat dalam pelayanan
pasien dengan kondisi tertentu yang terpilih dalam clinical pathway didorong untuk:
1.
Mengikuti clinical
pathway
2.
Melengkapi dokumen clinical pathway, memberi tanda setiap elemen kunci dari pelayanan
yang diberikan sesuai apa yang dilakukan
3.
Merasa bebas menentukan pelayanan yang berbeda dari
clionical pathway dengan memberikan justifikasi dan menulisnya dalam formulir
variasi
4.
Melakukan tindakan yang tepat pada saat clinical pathway menunjukkan adanya
perkembangan pasien yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (lebih baik atau
kurang baik)
5.
Memastikan bahwa pasien mengerti mengenai alur
pelayanan yang terkait dengan mereka dan memberikan akses kepada clinical pathway.
Format Clinical pathway
Logo RSB |
Clinical pathways (sebutkan nama
diagnosis/tindakan) |
Nomor CP: Tanggal berlaku:
Nomor revisi: |
|||||||
Nama pasien Tanggal lahir pasien Nomor rekam medic Catatan khusus |
:_____________________________________________________ :_____________________________________________________ :_____________________________________________________ :_____________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ |
||||||||
Aspek Pelayanan |
Hari 1 |
Hari 2 |
Hari 3 |
dst |
|||||
1.
Penilaian dan Pemantauan Medis |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
2.
Penilaian dan Pemantauan Keperawatan |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
3.
PemeriksaanPenunjangmedik
(lab, radiologi, dsb) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
4.
Tatalaksana Medis |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
5.
Tatalaksana Keperawatan |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
6.
Medikasi
(Obat-obatan, cairan IV, tranfusi, dsb) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
7.
Nutrisi
(enteral, parenteral, diet, pembatasan carian, makanan tambahan, dsb) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
8.
Kegiatan
(aktifitas, toileting, pencegahan jatuh) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
9.
Konsultasi dan komunikasi tim
(rujuk ke spesialis atau
unit lain, jadwal konfrensi tim) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
11.
Konseling psikososial (kepastian dan kenyamanan bagi pasien/keluarga) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
12.
Pendidikan dan komunikasi dengan pasien/keluarga (obat, diet, penggunaan alat, rehabilitasi, dsb) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
13.
Rencana
discharge (penilaian outcome pasien
yang harus dicapai sebelum pemulangan) |
|
|
|
|
|||||
a.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
b.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
c.
... |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
[ ] |
|||||
|
|
|
|
|
|||||
|
|||||||||
Variasi pelayanan yang diberikan |
Tanggal |
Alasan |
Tanda-tangan |
||||||
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
||||||
Tanggal masuk |
|
Tanggal keluar |
|
|
|
|
|
DiagnosaUtama |
|
Kode ICD 10 |
|
DiagnosaPenyerta |
|
Kode ICD 10 |
|
Komplikasi |
|
Kode ICD 10 |
|
|
|
|
|
TindakanUtama |
|
Kode ICD 9
CM |
|
Tindakan
Lain |
|
Kode ICD 9
CM |
|
PetunjukPengisian
1.
2.
3.
4.
....
|
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Kebijakan
yang terkait à Kebijakan Asesmen Pasien, Kebijakan Pelayanan
Pasien, Kebijakan DPJP
2. Panduan dan SPO PPK,
3. SPO Penyusunan CP,
4. SPO Pengisian CP
5.
Formulir yang
terkait : Formulir CP, Formulir
audit klinik
6.
Laporan
pelaksanaan audit klinis 3 bulanan
Post a Comment for "Panduan Clinical Pathway Standar Kemenkes 2022"