Literasi Perawat ~ Ada 4 golongan perawat Indonesia yang tidak peduli dengan apa yang terjadi di periode 5 tahun ke depan di era Kabinet Jokowi Jilid II, tahun 2019-2024 ini. Pertama, perawat yang merangkap pengusaha; kedua, perawat yang berada di zona nyaman; yang ketiga senior yang sudah mapan; dan yang keempat perawat frustrasi. Empat golongan perawat ini tidak peduli terhadap apa yang terjadi pada perawat dan keperawatan sepanjang tidak mengusik kepentingannya. Correct me if I am wrong.
Sebaliknya, ada 3 golongan perawat yang berharap perubahan di era 5 tahun ke depan ini. Mereka adalah: pertama, perawat yang belum dapat kerja; kedua, perawat yang sudah kerja tapi tidak memperoleh gaji layak, serta yang ketiga, perawat yang memiliki kepedulian terhadap nasib profesinya.
Dari tujuh golongan tersebut, yang paling getol ingin ada perubahan terhadap nasib perawat adalah bagian terakhir. Yaitu perawat yang memiliki kepedulian terhadap nasib profesinya. Kepedulian ini cakupannya agak luas, antara lain masalah konsil keperawatan, Ukom dan STR yang belum clear sistemnya, pendidikan yang standardnya belum menginternasional, spesialisasi yang masih tradisional, pelatihan yang kurang tertata, pekerjaan dan sistem penggajian yang jauh di bawah harapan profesional.
Tujuh persoalan ini tidak gampang memperoleh perhatian dari pejabat. Hanya orang-orang tertentu dari kalangan perawat sendiri yang kredible yang mampu mengangkat isyu ini ke permukaan. Siapa mereka? Bisa dari akademisi, aktivis organisasi, perawat lepas, serta mahasiswa yang gabung dalam himpunan mahasiswa, baik tingkat Diploma maupun Sarjana Keperawatan. Suara mereka inilah yang diharapkan nyampai ke telinga pejabat baru di Kementrian Kesehatan RI periode 2029-2024 mendatang.
Apakah Menteri Kesehatan selama periode tersebut akan mendengarkan suara Perawat Indonesia?
Menteri Kesehatan yang baru, dokter Terawan, Direktur RSPAD di Jakarta, dikenal dengan Metode Cuci Otak, jebolan UGM dan spesialisasi Radilogi Unair serta S3 di Unhas. Beliau memulai karirnya di Gatot Subroto sejak 2015. Sebelumnya menjadi tim dokter kepresidenan di tahun 2009. Pernah menjabat sebagai ketua World Internatioal Committee of Military Mdicine, juga Ketua ASEAN Association of Radiology.
Tidak ada catatan seberapa dekat beliau dengan perawat. Itu artinya, untuk sementara, jangan berharap banyak kepada orang yang tidak pernah dekat dengan perawat. Walaupun tidak boleh berprasangka negative untuk saat ini.
Sebelum diminta gabung dengan Istana kemarin, dokter Terawan, yang nama lengkapnya Terawan Agus Putranto, pernah ada ‘konflik’ dengan IDI. Teorinya dianggap janggal dan Terawan Theory ini diklaim meragukan.
Anyway, terlepas dari ‘kasus’ ini, nyatanya dokter yang metodenya disebut-sebut sudah dipratikan di sejumlah rumah sakit di Jerman, mampu lolos masuk dalam daftar Menteri Kabinet Jokowi Jilid II.
Menurut Liputan 6, dokter yang terkenal dengan Terawan Theory ini, mengantongi 5 fakta. Pertama, sembuhkan 40 ribu orang dengan metode cuci otak. Kedua, dipecat IDI. Ketiga, dokter yang sederhana. Keempat, dokter yang cerdas. Kelima, memperoleh sejumlah penghargaan di antaraya MURI dan Digital Substraction Angiogram (DSA) terbanyak.
Seorang Menkes, dengan latar belakang profesi kedokteran, mengayomi sedikitnya 23 jenis profesi kesehatan di bawah naungannya, dipastikan super sibuk. Belum lagi ngurusin 260 juta kesehatan penduduk Indonesia, program Pemerintah dan swasta terkait kesehatan, tidak terkecuali WHO (badan kesehatan dunia). Kegiatan ini sudah tentu menyita waktu, tenaga, fikiran serta dana dari Kemenkes.
Sejauh sistem profesi kita masih seperti ini, yang namanya pimpinan tertinggi profesi keperawatan saja kita tidak punya, jadi, kecil sekali hanya karena ingin tahu nasib perawat Indonesia, sang Menteri memanggil Ketua PPNI. Kecuali, jika secara structural, kita punya Pimpinan Tertinggi Perawat di tingkat pusat, di bawah Menkes, yang mampu mewakili suara perawat Indonesia.
Artinya, di periode 2019-2024 ini tidak banyak terjadi perubahan pada perawat Indonesia. Periode 2019-2024 jumlah perawat makin membludak, STR juga berlimpah diprint, tetapi pekerjaan dan gajinya tidak banyak berubah. Yang ingin kerja di luar negeri juga tidak seberapa. Do you believe it?
Mari kita tunggu jam tayangannya.
Penulis : Syaifoel Hardy
Post a Comment for "Nasib Perawat di Bawah Menkes Baru Era Jokowi Jilid II"