Di ruang operasi
di bawah lampu sorot
di samping segala perabot,
terbaring seorang perawat yang hamil tua.
di bawah lampu sorot
di samping segala perabot,
terbaring seorang perawat yang hamil tua.
Dia membius dirinya sendiri,
menyayat perutnya sendiri,
melihat segala isi perutnya sendiri,
melihat anaknya sendiri
terhubung pusarnya dengan plasenta.
menyayat perutnya sendiri,
melihat segala isi perutnya sendiri,
melihat anaknya sendiri
terhubung pusarnya dengan plasenta.
Tangannya merogoh isi perut
mengambil anaknya
menepuknya
hingga tangis membahana,
tetes air mata mengalir di pipinya.
mengambil anaknya
menepuknya
hingga tangis membahana,
tetes air mata mengalir di pipinya.
“Anakku…”
Dia meletakkan anak itu di dadanya
sembari menjahit perut yang menganga.
Anak itu menghisap payudara.
Dia meletakkan anak itu di dadanya
sembari menjahit perut yang menganga.
Anak itu menghisap payudara.
Setelah operasinya usai,
dia berganti berkunjung ke rumahku.
Dia menyaksikan
aku tengah membelah kepala
membelah dada
menyatukan isi dalam keduanya
dan meletakkannya pada selembar kertas.
Dan terciptalah puisiku ini untuknya.
“Anakku…”
Aku meletakkan puisi itu di dekat bayinya.
dia berganti berkunjung ke rumahku.
Dia menyaksikan
aku tengah membelah kepala
membelah dada
menyatukan isi dalam keduanya
dan meletakkannya pada selembar kertas.
Dan terciptalah puisiku ini untuknya.
“Anakku…”
Aku meletakkan puisi itu di dekat bayinya.
Post a Comment for "Sajak Perjuangan Dibalik Ruang Operasi"