BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Robert W. Fogel mengatakan bahwa antara sepertiga dari pertumbuhan ekonomi Inggris dalam 200 tahun
terakhir dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi makanan populasinya. Eksistensi
dampak dari kesehatan pada pertumbuhan ekonomi dengan besaran yang mirip juga telah
diverifikasi dalam periode waktu dan negara yang berbeda,
Pembangunan ekonomi sangan erat
dengan masalah kesehatan karena pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya tidak sehat dan
sakit-sakitan. Undang-undang
Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam istilah instrumental, kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, kesehatan akan mereduksi kerugian produksi
karena penyakit pada pekerja, dan meningkatkan produktivitas orang dewasa
sebagai hasil dari perbaikan nutrisi, juga mengurangi tingkat ketidakhadiran
dan meningkatkan kemampuan belajar pada sekolah anak-anak. Kesehatan juga
memungkinkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat digunakan keseluruhan
atau sebagian jika sakit.
Kemudian juga, memungkinkan penggunaan alokasi anggaran keuangan kesehatan
untuk hal lain jika tidak terjadi kesakitan.
Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh pembangunan ekonomi terhadap
derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di
Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa
yang akan datang.
B.
Rumusan Masalah
Dari
penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
pada makalah ini adalah:
1.
Pengertian
pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan.?
2.
Tinjauan Masalah kesehatan dari segi ekonomi
kesehatan.?
3.
Dampak
pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat ?
4.
Arah dan strategi pembangunan kesehatan ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penilisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui
Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan
2. Mengetahui
Masalah kesehatan dari segi ekonomi kesehatan
3. Mengetahui
dampak pembangunan ekonomi terhadap
Derajat Kesehatan Masyarakat
4. Mengetahui
Arah dan strategi pembangunan kesehatan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional, adapaun tujuan
nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni: ”Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”.
Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan,
berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu
negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic
growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis
moneter dan berkembang menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis lainnya
yang berpengaruh pada multi kehidupan salah satunya adalah kesehatan. Dampak
dari krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut, penyebabnya adalah karena
terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang sekitar 49,5 juta
jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini
hidup di bawah garis kemiskinan.
Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh krisis
moneter atau krisis ekonomi tersebut terhadap derajat kesehatan masyarakat dan
kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan
penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan datang. Uraian
tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap derajat kesehatan
masyarakat lebih diutamakan pada status gizi serta perilaku kesehatan
masyarakat. Sedangkan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis
ekonomi terhadap kinerja pelayanan kesehatan masyarakat lebih dititik beratkan
pada kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Bidan di Desa serta terhadap kinerja Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu).
B.
Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi
kesehatan
Masalah kesehatan dapat ditinjau
dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya jumlahnya terbatas,
sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi persaingan
untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan kesehatan.
Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam bidang kesehatan
inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.
Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers
(1991:64) mengatakan bahwa persoalan penerapan kriteria ekonomi dan keuangan
pada sektor kesehatan benar-benar sukar karena hakekat pelayanan yang perlu
disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup atau mati manusia. Konsekuensinya,
setiap usaha untuk memotong pembiayaan kesehatan akan menghadapi tantangan yang
tidak kecil dari banyak pihak. Pemerintah bertanggung jawab dalam
merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan akan
dilakukan pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan melalui
pencegahan penyakit (preventive), peningkatan kesehatan (promotive), pengobatan
penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Pemerintah juga
memberikan hak yang sama kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
dan kebebasan untuk menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan.
Pelayanan kesehatan sebagai alat
penyembuhan (curative) penekanannya pada perawatan manusia yang sedang sakit
dengan tujuan untuk menghindarkannya dari kematian dan mengurangi
penderitaannya. Penekanan semacam ini telah direfleksikan dalam bentuk
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, yang secara fundamental merupakan
tempat di mana orang memerlukan perawatan serta terlihat juga dari cara latihan
bagi tenaga-tenaga perawat kesehatan dan sikap masyarakat pada umumnya.
Penekanan ini juga terlihat dari besarnya pengeluaran pemerintah bagi pelayanan
kesehatan. (Conyers, 1991:65-66)
Pembangunan ekonomi yang
berorientasi pada pertumbuhan akibat dari dampak globalisasi ternyata tidak
dapat diterapkan secara optimal pada negara berkembang dan menyebabkan negara
tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang membesar. Pertumbuhan
ekonomi justru tidak mampu mewujudkan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya
diperlukan revisi agenda pembangunan, yakni pembangunan sosial yang bertujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan.
Dalam bahasa Inggris kata ”Health”
mempunyai dua pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu ”sehat” atau
”kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi keadaan dari subyek, misalnya anak
sehat, orang sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan
tentang sifat dari subyek, misalkan kesehatan manusia, kesehatan masyarakat,
kesehatan individu dan sebagainya. Sehat dalam pengertian kondisi mempunyai
batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan seseorang yang
dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan
sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat
Masalah kesehatan penduduk meningkat
sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit
degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi
sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit
mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan
tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi.
Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem
diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia lanjut
sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian. Faktor sosial yang diduga
merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan
kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar.
Conyers (1991:64) mengatakan bahwa
bidang kesehatan memiliki masalah yang dapat menaikkan pembiayaan pelayanan
kesehatan baik dengan latar belakang sosial maupun ekonomi. Sudut pandang
sosial, suatu kenaikan biaya di bidang kesehatan seharusnya bisa membantu
meringankan penderitaan manusia karena penyakit dan dalam beberapa hal dapat
juga menyelamatkan nyawa; sedangkan sudut pandang ekonomi, masih memperdebatkan
bahwa kemajuan kesehatan akan menaikkan produktifitas tenaga kerja.
Margaret Stacey (1977) dalam Santoso
(2010) mengidentifikasi tiga dimensi konsep kesehatan yaitu 1) Kesehatan yang
bertumpu pada konsep kesehatan individu atau kesehatan masyarakat; 2) Konsep
kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau kesejahteraan; 3) Kesehatan yang
bertumpu pada konsep promotif dan preventif.
Ketiga konsep tersebut dikembangkan
di Indonesia, hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan yang menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat perlu didukung oleh tersedianya berbagai macam fasilitas kesehatan
yang memadai, seperti sarana fasilitas kesehatan yang representatif, dan murah
yang aksesnya mudah dicapai sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.
Masyarakat yang sehat tentunya akan dapat melakukan aktifitas dengan kondisi yang
prima sehingga produktifitasnya pun dapat terjaga.
Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan
esensial akan menyebabkan penurunan secara bermakna beban penyakit di
negara-negara berkembang. Perkiraan terbaik dari pengaruh pelayanan kesehatan adalah
menurunnya angka kematian total di negara-negara berkembang akibat penyakit
infeksi menular dan kesehatan ibu yang rendah sekitar 8 juta per tahun pada
tahun 2015, yang hal ini berasosiasi dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs.
Perkiraan penurunan angka kematian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Angka Kematian Dibawah Usia 60
Tahun, Dibandingkan Ada Tidaknya Intervensi, Tahun 1998–2020
1998
|
2010
|
2020
|
|||
Tahun
Dasar
|
Tanpa
Intervensi
|
Dengan
Intervensi
|
Tanpa
Intervensi
|
Dengan
Intervensi
|
|
Grup
1
|
13,956,996
|
13,255,530
|
5,155,625
|
12,671,000
|
4,593,479
|
Infeksi
dan kurang gizi
|
9,073,059
|
8,903,935
|
2,849,259
|
8,763,000
|
2,804,160
|
Gangguan
Kesehatan Ibu
|
491,185
|
360,720
|
203,645
|
252,000
|
87,400
|
Infeksi
Saluran Nafas
|
2,101,802
|
2,175,873
|
718,038
|
2,080,000
|
686,400
|
Gangguan
Kesehatan
Perinatal
|
2,101,802
|
1,815,001
|
1,384,682
|
1,576,000
|
1,015,519
|
Sumber: WHO-SEAR, 2002
Jika terjadi
peningkatan status kesehatan yaitu meningkatnya angka harapan hidup di
negara-negara berpendapatan rendah sebesar 0.5 tahun selama 19 tahun,
katakanlah dari 59 tahun menjadi 68 tahun, maka pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat mencapai sekitar 0.5% per tahun.
C. Pengaruh Pembangunan Ekonomi
terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat
Laporan Komisi, menganalisis
berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan dengan pembangunan ekonomi yang
dapat diterangkan melalui berbagai
mekanisme dan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan
diuraikan pembahasan terhadap enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan
dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih
intervensi untuk kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai Status Kesehatan
Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk
Pelayanan Kesehatan
1. Kesehatan dan Pembangunan.
Pada
tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah
dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga
kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih
produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama
terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari
angkatan kerja masih bekerja secara
manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita
anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja
laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai
kemampuan belajar lebih baik dan akan
tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat,
pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan
keluarga yang tidak sehat.
Pada
tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input)
penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan
ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan
berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat
didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan
penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama
revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan
pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an
dan tahun 1960-an.
Informasi
yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh Prof.
Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori
untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap
pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris.
Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup,
Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30%
terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti
makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan
pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai
pertumbuhan berkelanjutan jika
dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya.
Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan
dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994. Pengelompokan
negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan angka kematian
bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965). Tabel
tersebut menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka kematian bayi yang
rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode tertentu.
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 ( Didasarkan atas
Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965)
Angka
Kematian
Bayi
(AKB),1965
|
AKB
<
50
|
AKB
50-100
|
AKB
100-150
|
AKB > 150
|
Tahun
Dasar Pendapatan, 1965
GDP
< US$ 750
GDP
US$ 750-1500
GDP
US$ 1500-3000
GDP
US$ 3000-6000
GDP
> US$ 6000
|
-
-
5.9
2.8
1.9
|
3.7
3.4
1.8
1.7
-0.5
|
1.0
1.1
1.1
0.3
-
|
0.1
-0.7
2.5
-
-
|
Sumber: WHO-SEAR, 2002
Terdapat
korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10%
dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya
tetap. Dengan demikian, perbedaan
tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi
(77 tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun)
adalah sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan
terakumulasi terus menerus.
Peningkatan
kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah
penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat,
sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan
tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih
baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian
secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih
tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk
menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian,
tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peranan
kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan dalam Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram
tersebut dapat dilihat, pembangunan ekonomi disatu fihak, merupakan fungsi dari
kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik, dan
penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber daya manusia,
teknologi, dan modal perusahaan) dilain fihak. Kesehatan mempunyai peranan
ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan
melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk
terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika
dan Asia Selatan. Beban berat yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh
gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan
dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru
yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari
setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika
dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat
diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis jika
dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomimakro dan politik
pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria
menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar
satu persen atau lebih setiap tahunnya.
- Kesehatan dan Kemiskinan
Berbagai
indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah jika
dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa
angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan
pendapatan, seperti terlihat dalam Tabel 2 dibawah ini. Studi lain
dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan kesehatan antara kelompok
penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara tertentu. Sebagai
contoh, tingkat kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki
diperkirakan empat kali lebih besar
dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil terkaya. Dengan demikian
kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria dan kekurangan
gizi secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi
kemiskinan.
Komitmen
global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan dalam
Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). Tujuan
pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak
sebesar dua pertiganya pada tahun 2015
dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar
tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan
prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan
pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada umumnya
dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan
antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang
kesehatan.
Tabel Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian,
Menurut Tingkat Kemajuan Pembangunan Negara (1995-2000)
Tingkat
Pembangunan Negara
|
Penduduk
(1999)
Juta
|
Rata-rata
Pendapatan Tahunan (US$)
|
Angka
Harapan Hidup (Tahun)
|
Angka
Kematian Bayi (Per-1000)
|
Angka
Kematian Anak Balita (Per-1000)
|
Sangat Terbelakang
|
643
|
296
|
51
|
100
|
159
|
Pendapatan Rendah
|
1777
|
538
|
59
|
80
|
120
|
Pendapatan Menengah-Bawah
|
2094
|
1200
|
70
|
35
|
39
|
Pendapatan Menengah-Atas
|
573
|
4900
|
71
|
26
|
35
|
Pendapatan Tinggi
|
891
|
25730
|
78
|
6
|
6
|
Sub-Sahara Afrika
|
642
|
500
|
51
|
92
|
151
|
Sumber: Human Development Report
2001, Table 8, and CMH Calculation using World Development Indicators of the
World Bank
Beberapa alasan
meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah: Pertama,
penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses
terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk
miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena
terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan untuk
menghadapi serangan penyakit.
Konsekuensi
ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga merupakan bencana jika untuk biaya
penyembuhannya mengharuskan menjual aset yang mereka miliki atau berhutang. Hal
ini akan menyebabkan keluarga jatuh kedalam kemiskinan, dan jika tidak bisa
keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat kesejahteraan seluruh anggota
keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan penyakit yang tidak fatal dalam
kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang merugikan selama siklus hidup
berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal sebagai kunci dari pembangunan, tetapi
masih belum dihargai betapa pentingnya kesehatan anak dalam pencapaian hasil
pendidikan. Kesehatan yang buruk secara langsung menurunkan potensi kognitif
dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit dapat
memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan, menurunnya angka harapan
hidup, dan menurunya kesejahteraan psikologis.
- Memilih Intervensi Untuk Kesehatan Yang Lebih
Baik
Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang
berkembang, ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan sangat
terbatas, oleh karena itu pemilihan alternatif intervensi kesehatan yang cost-effective
menjadi penting. Pada tahun 1978, melalui Deklarasi Alma Ata tujuan
kesehatan bagi semua telah disetujui oleh seluruh negara anggota
Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health
Organization-WHO). Beberapa kesepakatan dalam deklarasi tersebut adalah
komitmen negara-negara anggota terhadap keadilan kesehatan, lebih memfokuskan
pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan peningkatan (promotive)
dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative),
meningkatkan kerjasama lintas sektoral, dan meningkatkan partisipasi
masyarakat.
Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat
diwujudkan. Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah lebih banyak
mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan kesehatan pengobatan. Hal ini
menyebabkan terjadinya inefisiensi alokasi, penggunaan teknologi yang tidak
tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya sedikit negara yang sukses mencapai kesehatan
yang adil dan berhasil menjalin
kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat dengan baik.
- Menilai
Status Kesehatan Penduduk
Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan
menggunakan berbagai indikator yang secara garis besar dibagi dalam dua
kelompok. Kelompok pertama, berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian
yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah angka kematian kasar (Crude Death
Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR).
Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah dikatakan
mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok
penduduk yang angka CDR dan IMR nya tinggi.
Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang
memperlihatkan jumlah orang yang menderita kecacatan akibat penyakit tertentu.
Contohnya adalah jumlah penderita AIDS, Tuberkulosis (TB), Polio, dan sakit
mental.
Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang
mempunyai jumlah penderita AIDS atau TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat
jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah penderita penyakit
tersebut lebih banyak.
Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak
menjelaskan kepada kita kapan kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana
tingkat parahnya penyakit, dan berapa lama mereka menderita. Masyarakat
pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua
kelompok indikator tersebut digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY ( Disability Adjusted Life Years ) untuk
mengukur dengan lebih baik status kesehatan penduduk. DALY menggambarkan jumlah
tahun untuk hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan kecacatan.
Satu DALY didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang untuk hidup sehat akibat
dari kematian dan kecacatan. Penggunaan DALY dapat digunakan untuk
membandingkan kesehatan penduduk dari waktu ke waktu atau membandingkan antara
satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lain dengan lebih mudah dan
sederhana. Kesimpulannya, DALY mengukur beban yang ditimbulkan oleh penyakit
yang diakibatkan oleh kematian dan atau kecacatan yang harus ditanggung oleh
masyarakat. Penggunaan indikator DALY dapat dianalogikan dengan penggunaan
indikator HDI (Human Development Index) yang dikembangkan oleh UNDP yang
merupakan indikator komposit dari kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan.
- Peningkatan
Biaya Kesehatan
Analisis perkiraan biaya untuk meningkatkan cakupan
intervensi pelayanan kesehatan yang esensial telah dilakukan terhadap 49
kegiatan prioritas di 89 negara miskin. Intervensi ini telah diidentifikasi
sebagai kunci keberhasilan untuk menangani keadaan kesehatan bagi penduduk
miskin. Perluasan kegiatan ini didasarkan atas tingkat cakupan yang akan
dicapai pada tahun 2007 dan 2015 dengan data dasar tahun 2002.
Analisa biaya direncanakan untuk memperkirakan tambahan
biaya yang diperlukan untuk perluasan pelayanan yang didasarkan atas kondisi
saat ini. Biaya yang diperlukan untuk memperluas kegiatan pelayanan kesehatan
dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel Peningkatan Biaya Intervensi
Kesehatan
Total Pengeluaran
Kesehatan
|
Biaya Inkremental
|
||||
2002
(Tahun dasar)
|
2007
|
2015
|
2007
|
2015
|
|
Semua Negara
|
106.1
(3.7%)
|
162.8
(4.5%)
|
200.3 (3.9%)
|
25
(0.7%)
|
46
(0.9%)
|
Asia Selatan
|
36.0
(4.9%)
|
51.4
(5.7%)
|
59.8
(4.8%)
|
7
(0.8%)
|
11
(0.9)
|
Catatan:
Biaya dalam Juta US$, Angka dalam kurung adalah % dari GNP, Berdasarkan 8
Negara Asia Selatan
- Menghilangkan
Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah
memerlukan upaya khusus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama untuk
menerapkan sistem DDK dan dukungan manajemen sangat diperlukan. Komisi menilai
secara detil berbagai hambatan non-finansial yang harus diatasi, (lihat Tabel ). Terdapat lima katagori
hambatan yaitu sebagai berikut: (1) pada tingkat keluarga dan masyarakat, (2)
tingkat pelayanan kesehatan, (3) tingkat kebijakan sektor kesehatan dan
manajemen strategik, (4) isu kebijakan publik, dan (5) karakteristik
lingkungan.
Tabel
Katagorisasi Hambatan
Tingkat
|
Hambatan
|
Keluarga
dan Masyarakat
|
Terbatasnya
permintaan untuk intervensi yang efektif
Hambatan
untuk menggunakan intervensi yang efektif : fisik, biaya, sosial.
|
Pelayanan
Kesehatan
|
Kurangnya
dan tidak meratanya distribusi tenaga profesional kesehatan;
Lemahnya
bimbingan teknis, manajemen, dan supervisi;
Tidak
cukupnya alokasi obat dan alat kesehatan;
Terbatasnya
peralatan dan infrastrutur (termasuk laboratorium dan komunikasi) dan
rendahnya aksesibilitas pelayanan kesehatan.
|
Kebijakan
Sektor Kesehatan dan Manajemen Strategik
|
Lemahnya
dan tersentralisasinya sistem perencanaan dan manajemen;
Lemahnya
kebijakan obat dan peralatan kesehatan;
Tidak
memadainya regulasi kefarmasian dan sektor swasta dan praktek industri;
Kurangnya
kerjasama dan kemitraan dibidang kesehatan antara pemerintah dan masyarakat
sipil;
Kurangnya
insentif untuk menggunakan input secara efisien dan tanggapan terhadap
kebutuhan pengguna;
Ketergantungan
terhadap biaya dari donor sehingga mengurangi fleksibilitas dan rasa
memiliki, kebijakan donor bertentangan dengan kebijakan negara.
|
Kebijakan
Publik Antar Sektor
|
Birokrasi
pemerintahan
Terbatasnya
ketersediaan infrastruktur komunikasi dan transportasi
|
Karakteristik
Lingkungan
|
Korupsi,
pemerintahan yang lemah, lemahnya hukum;
Ketidak
stabilan politik dan keamanan;
Prioritas
yang rendah bagi sektor sosial;
Rendahnya
akuntabilitas publik;
Terbatasnya
kebebasan press.
|
Keadaan
iklim dan geografik sebagai peredisposisi timbulnya penyakit;
Keadaan
fisik yang menghambat palayanan kesehatan
|
D. Pengertian
Pembangunan Kesehatan
Pembangunan
kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat,
swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus
diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar,
mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat
mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang
cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat
berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan
sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan mewujudkan
jaminan kesehatan masyarakat semesta
E.
Arah
Pembangunan Kesehatan
- Pembangunan
kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
- pelayanan
kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan
secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada
penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di
perkotaan mapun di pedesaan
- profesionalisme,
desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan
memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini.
- Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui
program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat,
pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, Informasi
dan manajemen yang handal.
- Pengadaan
dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan
- Tenaga
yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki
semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin,
kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh
etika profesi.
- Meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan
pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi
sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
- melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana
dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
- Mengembangkan
sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh
tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan
kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan
dan pekerja.
- Membangun
ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaann
terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta
mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
- Membangun
apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat
martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
- anak-anak
terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja
yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Meningkatkan
kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka
kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.
- Memberantas
secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan
terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen,
pengedar dan pemakai
F.
Tujuan
Pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku
dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari
pembangunan kesehatan yaitu :
5. Pengembangan
keluarga sehat sejahtera
G.
Kebijakan
Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan
melandaskan pada memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai
berikut:
- Peningkatan
Kerjasama Lintas Sektor.
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan
kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal yang utama dan karena itu
perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-masalah
kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala.
Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan
kesehatan.
- Penigkatan perilaku,
Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.
Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu
ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan,
sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep
pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.
- Peningkatan Kesehatan
Lingkungan.
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan
pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
berwawasan kesehatan.
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta
tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air
yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan
sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi
lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin
hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat
menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan
berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dini
usia muda serta pembakuan standar lingkungan.
- Peningkatan Upaya Kesehatanya.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui
pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus –menerus diupayakan.
Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis
ekonomi, upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping
tetap mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam
mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari
keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup
produktif. Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan
untuk penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan
ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan
kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil,
melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan
rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular
dan wabah yang cenderung meningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja
yang tinggi, melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk
perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain
yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman terutama
bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.
- Peningkatan Sumber Daya
Kesehatan
Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan
kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan
terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara
dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga
kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan
kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu
kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga berbagai negara di
luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan
mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta
diserasikan secara bertahap.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan
kesehatan melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin
tersekenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan
harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai upaya bersama antar
masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan
kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan
atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang
memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui system
JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula
asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi
kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian.
Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah
secara swadana.
- Peningkatan Kebijakan dan
Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan
terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor
kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program
kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri.
Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan
pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik
untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut
didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan
kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut
dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan
sebagai bagian dari pengembangan administrasi mder. Organisasi Departemen
Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi,
perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.
Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan
upaya kesehatan kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan
manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam
perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan
manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang
sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh
tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu diupayakan
peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari anggaran Pendapatan dan
Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah.
- Peningkatan
Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan
terus dikembangkan secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya
kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu
memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program
kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan
melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian
pentig dari pembangunan kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan
pengembangan obat asli Indonesia, pemberatasan penyakit dan perbaikan
lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan
swasta. Setra meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan
yang terbatas. Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk
mengembangkan gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang
ada.
- Peningkatan Lingkungan Sosial
Budaya.
Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan
lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial
dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga
dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak
negatif dari globalisasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Pembangunan ekonomi adalah
suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negaraPembangunan
kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
- Dampak Pembangunan Ekonomi
dapat mempengaruhi derajat derajat kesehatan masyarakat. adalah pertama,
kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga,
memilih intervensi untuk kesehatan yang lebih
baik, keempat Menilai Status
Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk
Pelayanan Kesehatan
- Adapun
arah pembangunan kesehatan antara lain Pembangunan kesehatan adalah bagian
integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara bermutu, adil dan
merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin,
anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di
pedesaan
- Tujuan
pembangunan kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
- Kebijakan
pembangunan kesehatan antara lain Penigkatan perilaku, Pemberdayaan
Masyarakat dan Kemitraan Swasta.
B.
Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik maupun saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
file:///H:/makalah-ikmkelompok-2.html
Post a Comment for "Pengaruh Pembangunan Ekonomi Terhadap Peningkatan Derajat Kesehatan"