Sejarah perkembangan manusia tidak terlepas dari catatan-catatan
kecil berupa tulisan yang berdasarkan pikiran, rasa dan karsa dimiliki
manusianya, sebagaimana kontes zaman. Pada zaman purba manusia menulis
dibongkahan batu, seiring proses kemajuan pemikiran manusia dapat
menciptakan suatu yang sesuai kebutuhan zaman, seperti manusia dapat
menciptakan kertas, maka manusia menuangkan tulisan dalam kertas serta
media massa. Dan manusia dapat menciptakan telekomunikasi, maka manusia
dapat menuangkan isi pikiran, rasa, dan karsa di media elektronik dan
media sosial.
Menulis adalah sesuatu yang dianggap penting, luar biasa, dan unik
dalam proses kehidupan yang dilaluinya serta mencatat nilai-nilai yang
sakral dan protes kepada realitas social yang menutup ruang profesi
keperawatan hidup dalam kesejahteraan yang bertentangan dengan hati
nurani perawat, sebagaimana yang terjadi dan tertulis didalam sejarah
peradaban dunia keperawatan. Selain itu, menulis mengundang nilai
perlawanan terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran, bahkan mengungkap
kemunafikan serta mengajak untuk kembali kepada kebaikan dan kebenaran.
Hal demikian, dilakukan oleh para penggiat literasi yang berkecimpung dalam satu bingkai komunitas Perawat (KOMPER) Blogger. Perawat menulis dapat dikatakan sebagai profesi yang berpartisipasi dalam menuangkan isi pikiran, rasa dan karsa yang disertai data dan fakta terhadap kondisi rekam jejak profesi keperawatan yang retak dan jauh dari yang di cita-citakan bersama, di antaranya gaji yang rendah dengan beban kerja yang berat, prosedur Ujian Kompetensi yang menjadi kegelisahan dan keresahan calon perawat, serta lamanya proses pembuatan Surat Tanda Registrasi (STR) dan tidak adanya konsil keperawatan sesuai amanah UU No.38 Tahun 2014, Pasal 63, tertulis bahwa, “Konsil Keperawatan dibentuk paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.”
Masalah tersebut berada dalam area konseptual, hampir tidak ada
elemen gerakan yang mampu melahirkan konsep baru yang bisa dipertaruhkan
kualitasnya dalam ranah analisa sosial dan bervisi jangka panjang,
konsep tanpa aksi memang tidak pernah melahirkan perubahan namun gerakan
yang tidak memiliki landasan konseptual matang justru berpotensi
menjadikan rekayasa sosial terkatung-katung di tengah jalan. Faktor
utama terjadinya kemiskinan konseptual adalah karena budaya menulis dari
kalangan perawat sebagai basis penyangga konseptual mengalami degradasi
yang sangat tajam, bahkan kita hanya menjumpai jejak duka yang menjadi
problem terbesar yang dihadapi oleh profesi keperawatan dari dulu hingga
sekarang sepertinya perawat belum juga hidup dalam kesejateraan dan
belum ada gerakan yang mampu melahirkan revolusi peradaban kejayaan
perawat akibat minimnya perawat yang giat akan budaya menulis, sebagai
salah satu bentuk aksi pembelaan terhadap kesenjangan sosial yang
terjadi pada profesi keperawatan dan perawat menulis dapat juga
memberikan kontribusi berupa informasi-informasi keperawatan terbaru
sesuai dengan perkembangan jaman yang kian lama mengalami metamorphosis,
sehingga ilmu semakin lama semakin berkembang. Itulah pentingnya
perawat untuk mengasah diri terjung langsung dalam dunia penulisan
karena sangat berguna bagi public khususnya profesi keperawatan.
Belajar dari Tokoh Penulis Nasional
Pergerakan nasional Indonesia, seperti bapak Cokroaminoto melawan
pemerintahan kolonial Belanda dengan tulisan-tulisan di koran Bendera.
Dan Soekarno juga melakukan hal yang sama dengan menulis “Indonesia
Menggugat” serta membacanya di depan pengadilan kolonial Belanda di
Bandung. Selain itu, Sjahrir menuliskan”Perjuangan Kita” sebagai upaya
melawan penjajahan kolonial Belanda dan Fasisme Jepang saat itu. Di sisi
lain, menulis untuk menyampaikan kritik dan meluruskan pemahaman,
seperti dilakukan Muhammad Natsir menulis “Islam dan Akal Merdeka” untuk
tulisan Soekarno, “Islam Sotoloyo”. Di lain pihak, Manusia menulis
untuk kepentingan serta pertarungan Ideologi, seperti dilakukan oleh
Masyumi dan PKI.
Sikap dan tindakan yang dilakukan oleh para fouding father diatas
tiada lain hanya persatuan pendapat untuk kepentingan bersama. Itu
seharusnya mampu menyadarkan perawat untuk menghidupkan budaya menulis
perawat, sebagai bentuk aksi kita. Tuntut kedaulatan profesi
keperawatan yang telah lama hilang rebut kekuasaan dari komplotan para
penakut, satukan barisan dan kekuatan demi kemajuan profesi ini.
Bangkitkan gerakan budaya menulis di dunia keperawatan sebagai bentuk
luapan aspirasi dan keluhan kita.
Menghidupkan budaya menulis bukan berarti ingin menggiring manusia
pada wilayah keasyikan intelektual akan tetapi hal ini dimaksudkan
sebagai modal awal ketika meletakkan landasan kokoh sebagai luapa
aspirasi kita terhadap problem yang melanda profesi keperawatan.
Pengkondisian budaya menulis perawat akan melahirkan intelektual
literasi, yakni tipe intelektual yang tidak sporadis dalam memandang
setiap wacana sosial yang muncul, ia mampu melakukan analisa secara
mendalam terhadap setiap masalah sosial yang ada. Dalam lanskap yang
lebih universal, mereka inilah yang diharapkan mampu menjadi
ideolog-ideolog baru dalam ranah pembangkit api revolusi gerakan profesi
keperawatan. Kesadaran kita akan urgensi restorasi intelektual menulis
mesti berasal dari sebuah pengakuan objektif tentang hilangnya budaya
menulis bagi profesi keperawatan, profesi perawat bukan halnya selalu
konsen dalam dunia pelayanan dan perawatan tapi juga harus memiliki jiwa
literasi. Jadikan contoh para penggiat literasi menyuarakan aspirasi
dengan nada kritisnya dalam dunia penulisan.
Membenahi keperawatan dalam budaya literasi merupakan salah satu
gerakan yang mampu merubah profesi keperawatan menjadi lebih baik. kita
tidak perlu malu mengakui bahwa budaya menulis telah habis ditelan waktu
sehingga butuh merekonstruksi dari awal, kesadaran semacam ini menjadi
hal penting karena ia bisa bertindak sebagai entry point dalam
menguatkan pondasi gerakan yang semakin rapuh, sebaliknya, pengingkaran
terhadap masalah tersebut justru akan melapangkan jalan bagi
terbentuknya rekayasa sosial prematur sekaligus membawa kita pada sebuah
kesadaran palsu, dalam artian terdapat usaha secara sistematis untuk
memungkiri realitas yang sebenarnya dengan membangun imaji berseberangan
dengan realitas sosial lalu menganggapnya sebagai realitas murni, ini
merupakan sebuah bentuk kemunafikan intelektual.
Mengawali usaha kebangkitan perawat menulis maka hendaknya komponen
yang sadar tidak perlu menunggu jumlah yang banyak guna memulai mega
proyek ini karena kenberhasilan tidak tergantung pada jumlah yang
banyak.
Dalam posisi ini penting memfungsionalkan komunitas kreatif sebagai penyangga keberhasilan proyek literasi, komunitas kreatif yang coba ditarik dalam konteks ini adalah sekelompok yang giat akan dunia menulis, siapakah mereka? DR. Ns. Firman Tel (Suara Perawat), Ns. Nugraha Fauzi (Creativeat21.com), Ns. Anton Wijaya (Media Ners), Ns. Martoni Calveyn (Perawat Peduli Indonesia), Ns. Tirta Riawan(Entrepreneur), Ns. Abu Zahra, dan saya sendiri Ns. Iwansyah (Suara Literasi Perawat Indonesia).
Mereka ini memiliki kepekaan tinggi dan merasa terpanggil untuk
melakukan kerja-kerja kreatif dalam rangka merestorasi budaya menulis.
Komunitas kreatif (Komper.Id) menjadi penting diketengahkan karena
setiap perubahan baik dalam skala mikro maupun makro selalu diawali oleh
segelintir perawat yang memang mampu menangkap permasalahan mendasar
dalam dunia keperawatan, mereka inilah yang konsen menyebarkan informasi
seputar keperawatan, propaganda dan provokasi kritis untuk menggerakkan
batin kita supaya jangan tinggal diam melihat profesi perawat yang
mengalami banyak problem. Jikalau hal tersebut dilaksanakan, maka dapat
mencerminkan kemajuan dan kualitas dalam dunia keperawatan.
Jangan lupa, semua itu terangkum dalam satu kata: NIAT! Tanpa niat,
anda ibarat tubuh tanpa ruh: MATI! Kehilangan niat menulis berarti
kehilangan semangat untuk berkarya. Jika anda masih memiliki niat,
Syukurlah. Artinya dunia membuka lebar-lebar untuk kesuksesan anda. Ayo
jadikan dunia menulis sebagai bagian dari kehidupan Anda!
Penulis: Iwansyah
Post a Comment for "Perawat Menulis Sebagai Langkah Kemajuan Dunia Keperawatan"