Sering saya tegaskan ketika saya menjadi
narasumber dibeberapa kegiatan kemahasiswaan bahwa perawat itu ibarat
lilin yang menerangi kegelapan tapi membakar dirinya sendiri bukan
seperti matahari yang menerangi kegelapan dan tidak membakar dirinya.
Perawat adalah profesi yang berhati mulia. Dibalik putihnya seragam
perawat disitulah tersimpan kesucian hati seolah-olah mengatakan :'saya
siap melayanimu (pasien) kapan saja agar engkau bisa tersenyum.
Salah
satu contoh tokoh keperawatan dunia,: dahulu Seorang Florent
Ninghtingale hanya bermodalkan kejernihan hati, ketulusan cinta kepada
sesama walau tdk berbekal pengetahuan yg cukup tentang kesehatan. dia
hanya seorang putri bangsawan sang pembawa lentera kehidupan. dialah
PERAWAT MALAIKAT TAK BERSAYAP yg mengikuti nalurinya merawat korban
perang. Tidak menyangka bahwa tindakannya kelak menjadi sebuah profesi
besar, profesi yg ditakdirkan lahir dari rahim penuh CINTA.
Dan tidak
kalahnya seorang perawat muslim Rufaidah Al-Asalmiya seorang perawat
pertama muslim pada saat terjadi peperangan antara kaum muslim dan kaum
kafir Quraisy, Dalam peperangan, baik dalam keadaan menang atau kalah,
selalu ada korban berjatuhan. Di sinilah Siti Rufaidah merawat
orang-orang terluka dalam perang. Ia membangun tenda di sekitar masjid
Nabawi buat merawat kaum muslimin. Selain merawat orang lain, Rufaidah
Al-Aslamiya juga mengajarkan ilmu keperawatan kepada para perempuan agar
dapat membantu merawat orang sakit atau orang terluka dalam perang.
Bahkan sebagai perawat, ia meminta izin kepada Rasulullah agar ia dan
rekan lainnya dapat ikut serta di garis belakang peperangan. Rufaidah
Al-aslamiya juga ikut aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,
seperti peduli terhadap kaum muslim miskin, anak-anak terlantar. Ia juga
mengajarkan ilmu dia miliki kepada orang lain selain ilmu keperawatan.
Sosok Rufaidah Al-Aslamiya sebagai tokoh perawat Islam memiliki
kepribadian sangat luhur dan memiliki sifat empati, sehingga dalam
memberikan pelayanan kesehatan sangat baik. Dua tokoh dunia ini ibarat
malaikat tak bersayap. Ada suatu kemiripan atau kalau boleh dikatakan
sama antara Pencinta Tuhan dengan Perawat, karena manusia adalah wakil
Tuhan atau kalau ditafsirkan ke dalam bahasa sufi : manusia adalah
tajalli atau manifestasi dari Tuhan, sedangkan perawat adalah pencinta
sesama manusia. Jadi Perawat adalah profesi yang sangat sufistik
religius.
Seperti yang saya katakan pada paragraf
pertama bahwa perawat itu ibarat lilin yang menerangi kegelapan tapi
membakar dirinya. Ya seperti halnya kisah dua tokoh dunia keperawatan
dunia Florent Ninghtingale dan Rufaidah Al-Aslamiya. Memiliki jiwa
sosial dengan mengedepankan tugas professionalnya dengan tidak
memikirkan segala tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri demi
kesembuhan pasien yang dirawat. Begitu pula yang terjadi sekarang ini
dengan melihat banyak kisah perawat bertujuan membantu pasien melainkan
dituduh melakukan mallpraktek diantaranya: seorang mantri yang bertugas
sebagai kepala puskesmas pembantu di pedalaman kalimantan dijatuhi
pidana karena membuat resep obat daftar G.Pidana dijatuhkan karena
bersalah melakukan praktik selayaknya dokter. Berusaha membantu
menyelamatkan nyawa pasien (Emergency) ujung-ujungnya merugikan diri
sendiri dan dituduh melakukan mallpraktik. Dan muncul baru-baru
kemarin perawat Mutia terjadi mallpraktik dan dijadikan tersangka pada
kasus transfusi darah. Dan masih banyak kisah-kisah perawat lainnya
yang dituduh melakukan mallpraktik. Terkadang kita lupa, bahwa kita
menolong orang lain dan merugikan diri sendiri.
Perawat bukan malaikat bersayap yang
diciptakan tuhan tanpa salah. perawat hanya malaikat tak bersayap yang
tak lepas dari noda. Tapi berusaha untuk berproses menjadi lebih baik
dan terus memperbaiki diri. Memberi pelayanan yang terbaik. Berharap
jasa yang perawat lakukan terpancar seputih baju yang dikenakan. Tidak
ada kata lelah menghadapi orang sakit tak semudah menghadapi orang yang
sehat. Sisi psikologis tentu sangat berperan, kesabaran yang ekstra
harus dimainkan. Belum lagi menghadapi keluarga pasien yang sudah tentu
beraneka karakter, memang harus memiliki kemampuan khusus. Semua tak
mudah dan terkadang kesabaran itu harus teruji dan goyah. Maafkan bila
kami tak bisa terseyum 24 jam. Kami perawat hanya butuh hargai keringat
kami bukan membuat kami masuk dalam jeruji besimu. Kebaikan akan dibalas
dengan kebaikan dan keburukan akan dibalas dengan keburukan. Tiada
sedikit rasa sesal akan profesi. ingin kami katakan pada dunia bahwa
kami bangga menjadi seorang perawat meski kami bukan malaikat yang
bersayap. Tapi kami, bisa menjadi malaikat tak bersayap.
Tulisan ini
saya tutup dengan Puisi:
FLORENCE NIGHTINGALESeorang wanita berseragam putih melangkah bergegasDi tangannya menggenggam pelita yang menyala terangMenuju suatu tempat yang jauhDi sana menunggu orang yang sedang kesakitanSigap dia bertindakDiberikannya si sakit obat-obatan penghilang sakitnyaSekejap kemudian si sakit telah sembuh dari deritanyaNightingaleBetapa berat tugas yang kau embanSiang malam kau bekerjaMeninggalkan keluargaDemi kesembuhan orang-orang sakitYang membutuhkan pertolongannyaKau jaga merekadengan setulus hati dan penuh kasih sayangKehadiranmu amat dinantiKarena kau selalu bekerja sepenuh hatiWahai Yang Maha Rahman dan RahiimBerikan kekuatan untuknyaAgar senantiasa bekerja dengan tulus dan ikhlasMembantu orang – orang yang lemah
Post a Comment for "Perawat Adalah Malaikat Tak Bersayap"