Dalam
memberikan obat kepada klien, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
Interpretasikan
dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
Perawat
bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang tepat terhadap order obat
yang diberikan. Saat order obat yang dituliskan tidak dapat terbaca, maka dapat
terjadi misinterpretasi terhadap order obat yang harus diberikan. Segera
klarifikasikan kepada pemberi resep atau tim medis yang menulis resep bila
terdapat ketidakjelasan tulisan atau istilah yang digunakan, apalagi bila cara
dan frekuensi pemberian tidak tercantum.
Lakukan evaluasi untuk melihat apakah jumlah dan cara pemberian yang diresepkan aman untuk dilakukan pada klien. Ketahui dengan pasti atau lihat kembali dosis yang diberikan, cara pemberian, kontraindikasi, dan efek samping yang mungkin terjadi sebelum memberikan obat. Bila perawat tidak yakin dengan cara pemberian atau dosis yang diinginkan, tanyakan langsung pada tim medis karena perawat berhak dan bertanggung jawab langsung atas keselamatan klien.
Lakukan evaluasi untuk melihat apakah jumlah dan cara pemberian yang diresepkan aman untuk dilakukan pada klien. Ketahui dengan pasti atau lihat kembali dosis yang diberikan, cara pemberian, kontraindikasi, dan efek samping yang mungkin terjadi sebelum memberikan obat. Bila perawat tidak yakin dengan cara pemberian atau dosis yang diinginkan, tanyakan langsung pada tim medis karena perawat berhak dan bertanggung jawab langsung atas keselamatan klien.
Hitung
dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep
Permintaan
dosis obat biasanya ditulis dalam angka-angka matematika, begitupula dengan
sediaan obat yang ada. Perawat harus dapat menghitung dosis obat yang akan
diberikan pada klien, walaupun pada beberapa obat sangat berbeda antara sediaan
obat dengan dosis obat yang akan diberikan. Bila dosis obat yang diinginkan
sama dengan dosisi obat yang tersedia, gunakan rumus berikut untuk menghitung
dosis obat :
Contoh 1:
Bp. R membutuhkan 400 mg
antibiotic sesuai dengan resep yang ada, tablet antibiotic yang tersedia
adalah 200 mg. Berapa tablet antibiotic yang perawat harus berikan pada Bp. R
?
|
Jawab :
|
200
mg = 400 mg
1
X&&& tablet
Contoh 2 :
Ibu S, 65 tahun, harus diberikan
obat antiaritmia (digoksin) sebanyak 0,25 mg per intra vena (IV). Pada vial /
kemasan obat tersebut tertulis 0,125 mg = 1 cc. Berapa cc
digoksin yang harus perawat berikan untuk Ibu S ?
|
Jawab :
Dosis digoksin yang harus Ibu S
terima = X cc.
0,125 mg = 0,25 mg
1 cc X 0,125X = 0,25 X = 2 cc |
Menghitung dosis pada anak
Dosis
obat yang diberikan pada anak-anak dihitung berdasarkan berat badan anak atau
luas permukaan tubuh anak. Kebanyakan obat-obat tersebur diproduksi khusus
untuk anak sehingga tidak dihitung dengan cara yang sama pada orang dewasa.
Perhatikan ukuran dan laju metabolisme pada anak, kaena hal ini sangat
berpengaruh pada reaksi terapi obat yang diharapkan. Observasi selalu respon
yang terjadi sehingga dosis yang diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi
anak.
Contoh :
|
An.
P, 2 tahun, membutuhkan paracetamol untuk menurukan panas tubuhnya.Berat
badan (BB) An. P 10 kg. Dalam kemasan obat tercantum dosis untuk anak adalah
10 mg/KgBB.
Jawab: Misalkan Anak. P membutuhkan = a mg Paracetamol.
Maka
a= 10 mg X 10 Kg = 100 mg
|
Gunakan
prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
Setelah
memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan
akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar, yaitu :
PRINSIP
5 BENAR PENGOBATAN :
|
Benar Klien
Benar
klien berarti bahwa obat yang diberikan memang benar dan sudah dipastikan harus
diberikan kepada klien yang bersangkutan. Kesalahan identifikasi klien dapat
terjadi jika terdapat 2 orang klien dengan nama yang sama atau mirip berada
pada satu ruangan atau unit. Untuk menghindari kesalahan pemberian, cocokkan
selalu nama klien pada papan nama di tempat tidur klien dengan catatan rekam
medik
Benar Obat
Benar
yang kedua adalah benar obat, yang berarti obat yang diberikan adalah obat yang
memeng diminta untuk diberikan kepada klien tersebut sesuai dengan dosis yang
diinginkan tim medis. Kesalahan pemberian obat dapat terjadi ketika dalam
situasi :
- Farmasist atau apoteker salah memberikan obat dengan obat yang hamper sama dengan obat yang dipesankan
- Apoteker atau perawat salah memberikan obat yang mempunyai nama / merk sama dengan obat yang dimaksud
- Tim medis atau pemberi resep salah menuliskan obat atau obat tersebut tidak sesuai dengan klien
- Perawat memberikan obat yang tidak dipersiapkan oleh perawat sendiri
- Perawat salah mengidentifikasi obat
Untuk
mengurangi kesalahan pemberian obat dapat digunakan sistem “dosis obat per
unit”, yaitu pemberian obat yang telah dipersiapkan dan diberikan label oleh
perawat atau apoteker yang bersangkutan., memeriksa kembali label obat yang
akan diberikan dengan catatan pemberian obat, mengetahui nama generic atau merk
dagang obat serta manfaat obat tersebut diberikan kepada klien, dan
mendengarkan dengan teliti komentar klien tentang obat yang diberikan, misalnya
“ ini tidak seperti obat yang kemarin saya minum.”
Bila mendengar hal demikian, segera tarik obat yang akan diberikan dan cocokkan dengan catatan pemberian obat atau order obat.
Bila mendengar hal demikian, segera tarik obat yang akan diberikan dan cocokkan dengan catatan pemberian obat atau order obat.
Benar Dosis Obat
Benar dosis obat berarti obat yang diberikan memang dosis yang diinginkan oleh tim medis dan dosis tersebut telah sesuai untuk klien. Kesalahan dosis obat dapat terjadi bila tim medis memberikan obat yang tidak sesuai dengan klien, apoteker salah mengeluarkan jumlah obat, perawat salah memberikan dosis obat, perawat atau asisten perawat salah menuliskan kembali obat-obatan yang diresepkan oleh tim medis.
Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Lakukan pengecekkan ulang terhadap dosis obat yang diberikan bila :
- Klien mengatakan bahwa dosis obat berubah dari biasanya
- Beberapa obat harus diberikan dalam waktu yang bersamaan
- Dosis obat yang diinginkan dalam jumlah yang besar
- Jumlah sediaan obat yang tersedia dari apoteker tidak sesuai dengan dosis obat yang harus diberikan kepada klien
Benar
Waktu Pemberian
Benar yang keempat adalah benar waktu pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan frekuensi dan waktu yang sudah ditetapkan. Pembeagian obat yang dilakukan secara rutin sangant bervariasi pada setiap institusi, misalnya : untuk pemberian obat pagi, diberikan pada pukul 07.30, 08.00, atau 09.00. Atau waktu pemberian obat dibuat berdasarkan frekuensi, misalnya : untuk obat yang diberikan 4 kali sehari; waktu yang digunakan adalah pukul 09.00, 13.00, 17.00, dan 21.00, atau beberapa institusi menetapkan 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00.
Masalah ketepatan waktu juga sangat berbeda pada beberapa institusi, misalnya ada institusi yang menganggap pemberian obat setengah jam sampai 1 jam sebelum atau sesudah waktu yang seharusnya sebagai “tepat waktu”. Banyak factor yang mempengaruhi sebuah institusi dalam menetapkan waktu pemberian obat, diantaranya adalah :
- Obat akan lebih efektif bila diberikan selama 1 hari
- Obat yang memiliki reaksi terhadap makanan sebaiknya diberikan sebelum makan diberikan
- Obat yang berefek mengiritasi lambung harus diberikan bersamaan dengan waktu makan
Benar
Cara Pemberian
Benar yang terakhir adalah benar cara pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan pesanan medis dan cara tersebut aman dan sesuai untuk klien.
Tim medis dalam menuliskan resep atau instruksi harus menjelaskan cara pemberian obat dengan spesifik. Bila cara pemberian dinilai kurang tidak atau kurang cocok dengan kondisi klien, segera lakukan klarifikasi dengan tim medis atau pemberi instruksi tersebut.
Untuk memastikan obat diberikan melalui cara yang sesuai, perawat harus mengetahui cara pemberian obat yang biasa digunakan dan cara pemberian obat yang aman bila harus sesuai dengan instruksi yang diberikan. Lakukan validasi ulang terhadap obat sebelum melakukan pemberian obat.
Dokumentasikan pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.
Pendokumentasian pemberian obat termasuk didalamnya adalah waktu, cara, dosis, dan area pemberian (intradermal, SC, atau IM). Dokumentasi yang detail dibutuhkan bila ternyata perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu seperti biasanya, harus tercantum alasan mengapa perawat tidak memberikan obat dengan cara semestinya, misalnya ada perubahan cara pemberian dari IM ke PO, sehingga klien tidak perlu diinjeksi.
Pemakaian beberapa obat seperti insulin atau heparin dicatat dalam lembar tersendiri, sehingga dapat dimonitor regimen pengobatan yang diberikan kepada klien baik oleh tim medis maupun perawat. Setiap melakukan injeksi terhadap klien, sebaiknya didokumentasikan dengan jelas area yang diinjeksi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari penusukkan atau injeksi pada area yang sama untuk beberapa kali sehingga dapat merugikan atau membahayakan klien.
Perawat bertanggung jawab melakukan dokumentasi efek terapi dan non terapi dari pengobatan yang diberikan. Misalnya, pada pemberian obat opiate atau sejenis morfin, dokumentasikan jumlah / dosis yang diberikan pada catatan klien. Bila klien mengalami reaksi alergi setelah pemberian obat, dokumentasikan reaksi yang timbul dan onset / waktu kejadian tersebut.
- contoh untuk pasien laki-laki usia lima tahun pada penggunaan dosis
- contoh untuk pasien laki-laki usia lima tahun pada penggunaan dosis diazepam
- contoh untuk pasien bayi usia 2 minggu dan untuk penggunaan captopril
Nah ini adalah
rumus-rumus dosis yang biasa digunakan oleh apoteker atau farmasis untuk
menghitung dosis obat yang diperlukan dalam hal ini adalah dosis anak-anak dan
bayi klo untuk dosis yang lain, insyaallah akan aku tulis lain kali klo ada
kesempatan dan ada yang reques ya hahaha. Mungkin temen-teman ada yang
bertanya-tanya kok ada yang dikurangi-dikurangi dalam contoh perhitungannya??
Dosis obat itu tidak selamanya kaku atau fix itu bersifat relatif maka dosis
yang aku ambil dicontoh itu adalah dosis yang merupakan range atau kisaran
dimana obat-obat tersebut masih memiliki efek maksimal tanpa menimbulkan efek
toksik atau efek racun jadi mungkin saja antara pasien 1 dengan pasien yang
lainnya bisa memunculkan respon yang berbeda misal pasien A dia sudah bisa
menimbulkan efek pada dosis 0,5mg akan tetapi hal ini mungkin akan berbeda pada
pasien B yang akan menimbulkan efek pada dosis 1mg hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor yg menyebabkannya berbeda. Untuk dosis dewasa ini bisa dicari di
buku-buku spesialite obat atau di farmakope Indonesia III dan II. Apabila pada
resep tidak didapatkan data berupa berat badan pasien maka temen-temen bisa
mencari hubungan antara berat badan dan usia ideal yang ada di ISO sehingga
bisa dihitung dosisnya.
Gimana untuk obat atau multivitamin yang memiliki
beberapa komponen yang ada didalamnya. Contohnya misal pasien berusia10 tahun
menerima exelase yang berisi Amylase, sanactase 50 mg, protease 60 mg, lipase
20 mg, meicelase 50 mg, pancreatin 167.74 mg gmn caranya?? Apakah perlu
dihitung satu per satu?? Ya klo mau sih ndak apa2 tapi itu akan membuang waktu
bukan begondrong?? Langsung ja masukin kedalam rumus
Karena dosis yang diresepkan adalah ½ capsul maka
dosis tersebut tidak melebihi dosis maksimal yang diperbolehkan
Nah selanjutnya bagaiman menghitung dosis pada obat yang berupa campuran?? Disini perlu dipisahkan antara kombinasi 2 obat yang sama-sama memiliki efek terapi dan yang salah satu tidak memiliki efek terapi. Nah lo kok ada obat yang tidak memiliki efek terapi?? Begini contohnya adalah co-amoxiclav yang berisi amoxicicilin dan asam clavulanat yang memiliki perbandingan 4:1 dimana kekuatan sediaan amoxicillin sebesar 500 mg maka asam clavulanatnya memiliki kekuatan sediaan 125 mg. disini fungsi dari asam clavulanat adalah membentengi amoxicicilin supaya tidak dirusak oleh enzim beta-laktamase yang dimiliki oleh bakteri yang sudah kebal terhadap amoxicillin. Begini perhitungannya, karena yang memiliki efek sebagai antibakteri adalah amoxicillin maka dosis yang digunakan adalah 500mg bukan 625mg.
Kalau obat tersebut merupakan kombinasi seperti bactim yang merupakan kombinasi dari sulfamethoxazole dan trimetoprime yang memiliki perbandingan 5:1 ini untuk menghitung dosisnya bisa dihitung 1 per 1 komponennya atau klo mau lebih ringkas lagi bisa menggunakan cara seperti cara menghitung dosis exelase diatas.
So cukup simple kan?? Pertanyaan selanjutnya apabila dosis-dosis tersebut bermasalah seperti dosis kurang ataupun dosis berlebih maka yang harus dilakukan oleh apotekernya adalah konfirmasi ke dokter untuk memberikan informasi ke dokter kalau dosis obat untuk pasien tersebut ada masalah dan sebagai apoteker kita juga harus bisa memberikan alternative saran kepada dokter dan tidak memaksakkan pendapat kita kepada rekan sejawat kita tersebut. Nah disinilah pentingnya ilmu atau keterampilan komunikasi buat seorang apoteker hehehe. Aku juga masih belajar gimana caranya supaya dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak saling menyinggung sejawat tersebut.
Contoh
:
Obat Ampicillin 1 vial berisi 1000 mg/1 g obat
kering diencerkan/dioplos dengan 4 cc pelarut/air steril, hal ini berarti
bahwa :
Kita harus menghitung dulu berapa 1 cc jika diencerkan ke dalam 4 cc
Jawabanya…
Kita harus menghitung dulu berapa 1 cc jika diencerkan ke dalam 4 cc
Jawabanya…
Ingat
mg=cc,
( jadi satuan tak perlu disamakan langsung aja ga pake rumit cukup pake simple)
1000 mg/4 cc = 250 mg ……………………………….. (1)
jadi 1 cc obat yang telah diencerkan mengandung 250 mg obat
( jadi satuan tak perlu disamakan langsung aja ga pake rumit cukup pake simple)
1000 mg/4 cc = 250 mg ……………………………….. (1)
jadi 1 cc obat yang telah diencerkan mengandung 250 mg obat
Pertanyaan kedua adalah untuk menukan hasil intinya
Kan ada tu… kadang dokter memberikan petunjuk dosis pemberiannya 3 x 1 grm atau 3 x 1 ampul. Jika sudah seperti itu, berati bukan maslaha karena tinggal memberikan semuanya.
Tapi….
berhubung dalam soal adalah jika pemberian obat jika pasien diberikan
dosis 3 x 500 mg?? Hayooo?
Ini
dia!!
Untuk mengambilnya ga semuanya lho… ingat 3 x 500 mg
Dilihat
lagi …
1
ampul ada 1000 mg à dalam soal dibutuhkan 500mg.
Hasilnya..
500
mg/250 mg (1cc yang telah diencerkan 4cc) = 2 cc …………………………… (2)
Jadi
pakenya spuit 3 cc ya…. karena dalam sekali pemberian diberikan 2cc
Obat Penicillin-G Procain (PP) 1 vial berisi 3 g (3.000.000 units) obat kering diencerkan/dioplos dengan 10 cc pelarut/air steril
Obat Penicillin-G Procain (PP) 1 vial berisi 3 g (3.000.000 units) obat kering diencerkan/dioplos dengan 10 cc pelarut/air steril
Jangan
bingung dulu dengan angka ya…
Penicillin-G Procain setiap 1 cc obat mengandung 300.000 unit
Penicillin-G Procain setiap 1 cc obat mengandung 300.000 unit
Jadi…
jika dioplos 10 cc menjadi(3.000.000 unit/10 cc =300.000 unit)
Jika
kita bertanya denagn memaki spuit 5cc maka berapa ahsilnya?? Bila
menggunakan spuit 5 cc (1 cc = 5 strip)
berarti
tiap 1 strip = 60.000 unit(300.000 unit/5 strip)…………………………… (1)
Bila pasien mendapatkan dosis 2 x 900.000 unit, berapa unit yang harus diambil?
Bila pasien mendapatkan dosis 2 x 900.000 unit, berapa unit yang harus diambil?
900.000
unit/300.000 (hasil enceren 1 cc penicillin-G Procain) unit = 3 cc diberikan 2
kali dalam sehari diberikan dengan interval/jarak pemberian setiap 12
jam (24 jam/2 = 12 jam) secara IM.
Bila
pasien mendapatkan dosis 1.000.000 units (1 g) berarti obat
diencerkan dengan 9 cc pelarut sehingga lebih mudah pembagiannya.
(3.000.000 units/9 cc, sehingga setiap 3 cc berisi 1.000.000 units)
Rumus Menghitung Syringe Pump
Rumus Menghitung Syringe Pump
Untuk
lebih jelasnya langsung ke contoh aja
Pasien Ny. P (48 tahun) memiliki BB= 80 kg, dengan diagnosa shock hipovolemik membutuhkan terapi dobutamin 12,5 mikro gr/kg/mnt. Berapa dosis yang diberikan jika 1 ampul dopamin mengandung 250 mg dan diencerkan 50 cc dalam hitungan menitnya
Pasien Ny. P (48 tahun) memiliki BB= 80 kg, dengan diagnosa shock hipovolemik membutuhkan terapi dobutamin 12,5 mikro gr/kg/mnt. Berapa dosis yang diberikan jika 1 ampul dopamin mengandung 250 mg dan diencerkan 50 cc dalam hitungan menitnya
Dijawab
pertahap
ampul adalah 250 mg maka diubah dulu sama menjadi sesuai kebutuhan yaitu diubah ke mikro gram
ampul adalah 250 mg maka diubah dulu sama menjadi sesuai kebutuhan yaitu diubah ke mikro gram
250
mg= 250.000 mikro gram ……………… (1)
Jika
dioplos 50 cc, berapa 1 cc nya??
=250.000/50=
5.000 mikro gram/cc ……………… (2)
Rumus dosis syringe pump!
Rumus dosis syringe pump!
Dosis
x BB x jam (mnt)
Dari
soal di satuan ada 12,5 mikro gr/kg/mnt.
Untuk
menit 1 jam= 60 menit
=
12,5 x 80 x 60 ……………………………………………. (3)
=
60.000 mikro/jam
Jadi kecepatan yang diberikan
Jadi kecepatan yang diberikan
=60.000/5.000=
12 ………………………………………… (4)
Berikan vasokontriksi (non adrenalin) dengan dosis 0,1 mikro gram/kgBB/mnt pada bapak Agus (56 tahun) dengan diagnosa Infark Miokard Akut dengan BB=60 kg. Berapa dosis yang harus diberikan yang 1 ampul vasokontriksi mengandung 4mg/1cc jika diencerkan 40 cc?
1 ampul mengandung 4 mg, dalam soal mikro gram jadi diubah
Berikan vasokontriksi (non adrenalin) dengan dosis 0,1 mikro gram/kgBB/mnt pada bapak Agus (56 tahun) dengan diagnosa Infark Miokard Akut dengan BB=60 kg. Berapa dosis yang harus diberikan yang 1 ampul vasokontriksi mengandung 4mg/1cc jika diencerkan 40 cc?
1 ampul mengandung 4 mg, dalam soal mikro gram jadi diubah
4mg=
4000 mikro gram per 1 ccnya ……………….. (1)
Diencerkan
40 cc jadi 4000/40= 100 ……………….. (2)
Dosis syringe pump
Dosis syringe pump
Dosis
x BB x jam (mnt)
=0,1
x 60 x 60 = 360 ………………………….. (3)
Jadi kecepatan yang diberikan
Jadi kecepatan yang diberikan
360/100=
3.6 cc……………………………… (4)
Penulis: Iwansyah
Founder Suara Literasi Perawat Indonesia
Post a Comment for "Cara Mudah Belajar Peresepan Obat"