Literasiperawat.com ~ Dibawah ini penulis akan menjelaskan tentang proses penyembuhan luka antara lain:
𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐛𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐏𝐫𝐢𝐦𝐞𝐫 (𝐩𝐞𝐫𝐩𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐦)
- 𝗙𝗮𝘀𝗲 𝗜, 𝗿𝗲𝘀𝗽𝗼𝗻 𝗶𝗻𝗳𝗹𝗮𝗺𝗮𝘀𝗶 (𝟭 – 𝟱 𝗵𝗮𝗿𝗶 )
- Terjadi eksudasi cairan plasma yang mengandung protein, sel-sel darah merah, fibrin, dan antibodi pada luka.
- Eskoriasi terbentuk di permukaan luka untuk menutupi cairan eksudat tadi dengan tujuan mencegah invasi bakteri.
- Inflamasi mengakibatkan migrasi lekosit ke daerah luka menyebabkan edema, nyeri, demam, dan kemerahan di sekitar luka.
- Lekosit melakukan aktifitas fagosit jaringan rusak, mikroorganisme dan benda asing.
- Monosit dan sum-sum tulang bermigasi ke arah luka dan berubah menjadi makrofag, memfagosit sisa jaringan rusak dan menghasilkan enzim proteolitik.
- Sel-sel basah dan pinggir luka pada kulit bermigrasi ke bekas insisi untuk menutup permukaan luka.
- Fibroblast yang berada di jaringan ikat yang lebih dalam mulai memperbaiki jaringan non-epitel.
- Selama fase inflamasi akut, jaringan tidak memperoleh kekuatan daya regang, tetapi tergantung pada bahan penutup yang mengikatnya.
- 𝗙𝗮𝘀𝗲 𝗜𝗜, 𝗺𝗶𝗴𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗽𝗿𝗼𝗹𝗶𝗳𝗲𝗿𝗮𝘀𝗶 (𝟱 – 𝟭𝟰 𝗵𝗮𝗿𝗶)
- Fibroblast bermigrasi ke arah luka dan membentuk kollagen dan fibrin, fibronektin (protein ekstraseluler yang membantu sel melekat dengan matriks) sehinga fase ini disebut juga fase fibroplasia.
- Fibroblast mengandung myofibroblast yang dapat berkontraksi dan menyebabkan tarikan pada tepi luka.
- Hari kelima, timbunan kolagen dengan cepat meningkatkan kekuatan daya regang luka.
- Protein plasma membantu aktifitas seluler untuk mensintesa jaringan fibrous selama stadium penyembuhan ini.
- Kolagen ditempatkan juga pada jaringan ikat yang rusak lainnya.
- Rekanalisasi limpatik, neovaskularisasi, dan terbentuknya jaringan granulasi, serta bertambahnya jumlah kapiler bertujuan untuk memelihara fibroblast. Beberapa keadaan ini tampak pada stadium akhir penyembuhan.
- Pada fase ini, serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk menyesuaikan diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai hingga 25 % kekuatan jaringan normal.
- 𝗙𝗮𝘀𝗲 𝗜𝗜𝗜, 𝗺𝗮𝘁𝘂𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗿𝗲𝗺𝗼𝗱𝗲𝗹𝗶𝗻𝗴 (𝗵𝗮𝗿𝗶 𝗸𝗲-𝟭𝟰 𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝘆𝗲𝗺𝗯𝘂𝗵𝗮𝗻 𝘁𝗼𝘁𝗮𝗹)
- Tidak ada perbedaan yang jelas antara fase II dan fase III.
- Penyembuhan mulai dengan cepat selama fase ini kemudian berkurang secara progresif.
- Kulit mendapatkan kembali daya regangnya sekitar 70 % samapi 90 %.
- Kandungan kolagen tetap, tetapi kekuatan daya regangnya bertambah karena susunan dan “cross-linked” serabut kolagen.
- Timbunan jaringan ikat fibrous mengakibatkan terbentuknya jaringan parut.
- Pada penyembuhan yang normal, kontraksi luka terbentuk selama beberapa minggu atau berbulan-bulan.
- Densitas kolagen meningkat, susunan pembuluh darah berkurang, dan bertambahnya jaringan parut yang lebih muda.
𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐛𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫 (𝐩𝐞𝐫𝐬𝐞𝐤𝐮𝐧𝐝𝐮𝐦)
- Kalau luka gagal sembuh dengan penyembuhan primer.
- Disebabkan oleh infeksi, trauma berat, kehilangan jaringan, atau pengelolaan jaringan tidak tepat.
- Luka dibiarkan terbuka yang memungkinkan untuk sembuh mulai dan lapisan dalam menuju ke permukaan.
- Jaringan granulasi yang mengandung myofibroblast berkontraksi menutup luka.
- Proses penyembuhan luka berlangsung lambat.
- Jaringan granulasi dan jaringan parut pada umumnya terbentuk (jadi jaringan granulasi tersebut harus dingkat agar tidak mengganggu proses epitelisasi).
𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐛𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐬𝐢𝐞𝐫 (𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐮𝐦)
- Seperti halnya dengan penutupan primer yang terlambat, penyembuhan pertertium terjadi karena kedua permukaan jaringan granulasi tumbuh bersama-sama.
- Merupakan cara penyembuhan yang aman untuk luka terkontaminasi (luka kotor, luka trauma yang terinfeksi akibat hilangnya jaringan yang luas dan tingginya resiko terjadi infeksi).
- Perlu dibersihkan jaringan yang rusak dan membiarkannya agar tetap terbuka.
- Biasanya penutupan luka dilakukan 5 hari setelah mengalami perlukaan.
Post a Comment for "Fase Penyembuhan Luka Pasca Sunat"