BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
yang sangat rawan bencana. Lempengan tektonik yang membentang di kepulauan
Indonesia sering mangalami kegiatan sistemik yang menyebabkan Indonesia sebagai
daerah yang sangat rentan terhadap gempa bumi, banjir, tanah longsor dan
tsunami serta berbagai jenis bencana lainnya. Berdasarkan data Departemen
Sosial, Indonesia mengalami kejadian bencana alam rata-rata 2,75 kali per hari.
Di lihat dari data ASEAN beberapa negara di Tepian Samudera Hindia. Salah satu
bencana alam yaitu tsunami telah mengorbankan lebih dari 300.000 jiwa di
sepanjang pantai. Negara-negara yang terkena dampak tsunami ini adalah
Indonesia, India, Thailand dan Srilanka. Korban meninggal atau hilang dari
Indonesia diperkirakan ada 160.000 jiwa. (Agus F, 2010;38)
Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pendataan dampak berbagai
bencana alam di tanah air. Jika menilik dari jumlah korban jiwa, Data Informasi
dan Humas BNPB dampak bencana pada tahun 2014 jauh lebih banyak dibanding tahun
sebelumnya. selama 2013 ada 1.387 kejadian bencana dengan 825 jiwa tewas,
24.121 jiwa luka-luka. Sedangkan untuk pengungsi, jumlahnya mencapai 3,58 juta
jiwa. Tahun lalu, 86 ribu lebih rumah rusak, di tahun 2014, dampak bencana
alamnya berpotensi lebih "ngeri" dibanding sebelumnya. Sebab, pada tahun 2014 saja, ada 372 kejadian bencana
di Indonesia. Jumlah orang yang tewas pun sudah mencapai 245 jiwa tewas. Belum
genap dua bulan saja jumlah pengungsi sudah mencapai 1,6 juta jiwa. Sedangkan
rumah yang rusak tercatat 9.400 unit.(Biro pusat statistikk, 2014)
Provinsi
Sulawesi Selatan merupakan wilayah dengan potensi bencana yang cukup tinggi.
Menurut Indeks Rawan Bencana Indonesia yang diterbitkan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ancaman
bencana seperti banjir, gempa bumi, kebakaran pemukiman, kekeringan, cuaca
ekstrim, longsor, abrasi, gagal teknologi, konflik sosial, epidemi dan wabah
penyakit (Pramudiarta, 2011). Pada tahun 2014 PMI Makassar melansir data jumlah bencana alam di
Sulawesi Selatan dan Barat mencapai 49 kasus. Beberapa kasus yang terjadi di
antaranya adalah bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa, banjir di Kabupaten
Bone dan di Kabupaten Pinrang. 2011
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan menerima
128 laporan bencana alam yang didominasi oleh bencana banjir dan bencana sosial,
seperti kebakaran (Antanews, 2011;76).
Makassar bukanlah sebuah kota yang
bebas bencana, namun adalah sebuah kota yang sangat rawan terhadap bencana.
Selain banjir dan kebakaran serta konflik sosial yang sering melanda kota
makassar, sekarang ini Makassar juga mendapat ancaman dari bencana gempa bumi,
tsunami. Hal ini karena adanya ancaman lempengan di bawah bumi yang setiap saat
dapat bergerak dan dapat mengakibatkan gempa serta tsunami. Khususnya sekarang
yang paling menjadi perhatian adalah akibat dari pemanasan global. makassar merupakan
salah kota yang dipinggir pantai yang akan menjadi korban utama dari dampak
pemanasan global. Banjir, air pasang, abrasi pantai, kebakaran, naiknya suhu
serta mewabahnya penyakit akan menjadi ancaman yang serius di masa datang.
Menuntut adanya perhatian Palang Merah
Indonesia untuk mengambil tindakan nyata tentang perlunya upaya-upaya
kesiapsiagaan penanganan bencana/upaya penurunan resiko, pelayanan kesehatan
dan sosial serta pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan masyarakat luas,
khususnya kelompok masyarakat rentan. Palang Merah Indonesia yang mempunyai
tugas untuk membantu pemerintah dalam Penanganan Bencana, perlu di siapkan
perencanaan dalam penanganan bencana khususnya kesiapsiagaan bencana.(Muandar
Haris,2010;26)
Palang Merah Indonesia tidak berpihak
pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia
dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek
korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.
Dalam melaksanakan program bantuan, PMI
mengantur beberapa prinsip bantuan antara lain: Darurat Seperti peranan
Perhimpunan Nasional Palang Merah di negara-negara lain, bantuan penanggulangan
bencana yang diberikan kepada korban bencana bersifat darurat dan bersifat komplimen/tambahan
untuk membantu pemerintah dalam meringankan penderitaan korban bencana
(auxiliary to the government), Langsung Bantuan PMI harus diberikan secara
langsung oleh tenaga PMI kepada korban bencana, tanpa perantara, sehingga dapat
langsung dirasakan oleh para korban. Beridentitas Palang Merah Untuk memudahkan
pengenalan, pengendalian. .(Muandar Haris,2010;46)
Berdasarkan data dari survei
pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Sekretariat PMI Kota Makassar pada
tanggal 6 maret 2015, bahwa populasi petugas PMI yang berada di kota Makassar
berjumlah 35 orang dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang dan petugas
PMI yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang. olehnya itu penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran PMI Cabang
Makassar Dalam Penaggulangan Bencana Alam Di Makassar”.
Untuk mendapatkan kelanjutan dari SKRIPSI tersebut silahkan downloadDengan cara Klik DISINI
Post a Comment for "SKRIPSI: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran PMI Cabang Makassar Dalam Penaggulangan Bencana Alam"