A.
Pengertian Keperawatan Gerontik
Keperawatan Gerontik adalah Praktek
perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987).
Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari
tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan
status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
B.
Fungsi Perawat Gerontik
Menurut Eliopoulous tahun 2005,
fungsi perawat gerontologi adalah:
1.
Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2.
Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3.
Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati
hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama).
4.
Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong
kualitas pelayanan).
5.
Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan serta
mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6.
Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan).
7.
Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya).
8.
Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9.
Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan
harapan).
10.
Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
11.
Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan
restoratif dan rehabilitatif).
12.
Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan).
13.
Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner (
Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan
perawatan secara menyeluruh).
14.
Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15.
Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16.
Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other
(Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17.
Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (Mengenal
dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja).
18.
Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
19.
Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
C.
Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik
adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk
pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia.
Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik
dan holistik.
D.
Pengertian Lansia
Lansia adalah
tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiapindividu (http://www.scribd.com/doc/54276751/2/Pengertian-Lansia).
Usia lanjut adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan dalam hidup
(Isawi, 2002)
E.
Batasan Lanjut Usia
DEPKES RI membagi Lansia sebagai
berikut:
1.
Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2.
Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3.
Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1.
Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2.
Usia Tua : 75 - 89 tahun
3.
Usia sangat lanjut : > 90 tahun
Prof. DR. Ny.
Sumiati Ahmad Muhammad:
1. Masa setengah
umur : 45-60 th
- Masa lansia / senium : 65 th ke atas
Dra. Ny. Josmasdani dengan 4 fase:
1. Fase iuventus :
25-40 th
2. Fase verilitas
: 40-50 th
3. Fase frasenium
: 55-65 th
4. Fase senium :
65-tutup usia
UU no.13 tahun 1998:
Lansia pada seseorang berusia 60 tahun ke atas
Usia digolongkan atas 3:
- Usia biologis
Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak
lahirnya berada dalam keadaan hidup
- Usia psikologis
menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian pada situasi yang dihadapinya
- Usia sosial
usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan /
diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
F.
Tipologi Lansia
Tipe lansia
yang paling menonjol :
1.
Tipe arif dan
bijaksana: lansia yang kaya akan hikmah pengalaman
2.
Tipe mandiri:
lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru
3.
Tipe tidak
puas: lansia menentang terjadinya proses penuaan
4.
Tipe pasrah:
selalu menerima dan menunggu nasib baik
5.
Tipe bingung:
lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan akan mengasingkan diri
G.
Mitos Lansia
1.
Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
a. Sering ditemui
stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme
dan kemunduran
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa
silam
e. Merindukan masa
lalu
f. Kembali ke masa
kanak-kanak
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia
dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4. Mitos semilitas
Lansia
dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
5. Mitos tidak jatuh
cinta
Lansia tidak
lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah berkurang
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan
bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidak
produktifan
Lansia
dipandang sebagai usia tidak produktif
H.
Teori Proses Menua
1.
Biologi
a.
Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses
menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan
berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya
maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh
hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori
itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya
yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya
proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA
sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel
tersebut.
b.
Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan
dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan
Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut
akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
fungsi sel secara perlahan.
c.
Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat
perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini
akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan
tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari
Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto
antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono,
1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga
sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif
dari Nuryati, 1994)
d.
Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat
interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat
berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen
(H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang
dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,
kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e.
Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress
menyebaban sel tubuh rusak.
f.
Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam
jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel
jaringan.
2.
Teori Sosiologi
a.
Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.
b.
Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya
suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
c.
Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan
dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d.
Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
3.
Teori Psikologis
a.
Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang
sempurna.
b.
Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
c.
Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada
tingkat maksimumnya.
d.
Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan
sesuai dengan usianya.
4.
Penuaan Primer : perubahan pada
tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA
tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen,
sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein
maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
5.
Penuaan Skunder : proses penuaan
akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
I.
Faktor yang mempengaruhi proses menua
Faktor faktor yang mempengaruhi
penuaan
1.
Hereditas atau ketuaan genetic
2.
Nutrisi atau makanan
3.
Status kesehatan
4.
Pengalaman hidup
5.
Lingkungan
6.
Stres
J.
Perubahan yang terjadi pada lansia
Secara umum perubahan proses
fisiologis proses menua adalah:
1.
Perubahan Mikro
a.
Berkurangnya cairan dalam sel
b.
Berkurangnya besarnya sel
c.
Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro
a.
Mengecilnya mandibula
b.
Menipisnya discus intervertebralis
c.
Erosi permukaan sendi-sendi
d.
Osteoporosis
e.
Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak
tetapi kemampuannya menurun)
f.
Emphysema Pulmonum
g.
Presbyopi
h.
Arterosklerosis
i.
Manopause pada wanita
j.
Demintia senilis
k.
Kulit tidak elastic
l.
Rambut memutih
Perubahan fisiologis pada lansia:
1.
Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai
kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a.
Sistem pernafasan pada lansia.
1)
Otot pernafasan kaku dan kehilangan
kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat
dan dangkal.
2)
Penurunan aktivitas silia
menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan
sekret.
3)
Penurunan aktivitas paru (
mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk
keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4)
Alveoli semakin melebar dan
jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya
prose difusi.
5)
Penurunan oksigen (O2) Arteri
menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak
terangkut semua kejaringan.
6)
CO2 pada arteri tidak berganti
sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi
racun pada tubuh sendiri.
7)
Kemampuan batuk berkurang, sehingga
pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga
potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem
persyarafan.
1)
Cepatnya menurunkan hubungan
persyarafan.
2)
Lambat dalam merespon dan waktu
untuk berfikir.
3)
Mengecilnya syaraf panca indera.
4)
Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1)
Penglihatan
a)
Kornea lebih berbentuk skeris.
b)
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c)
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d)
Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e)
Hilangnya daya akomodasi.
f)
Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g)
Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2)
Pendengaran.
a)
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 %
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b)
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c)
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3)
Pengecap dan penghidu.
a)
Menurunnya kemampuan pengecap.
b)
Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4)
Peraba.
a)
Kemunduran dalam merasakan sakit.
b)
Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan
cardiovaskuler pada usia lanjut.
1)
Katub jantung menebal dan menjadi
kaku.
2)
Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3)
Kehilangan elastisitas pembuluh
darah
4)
Kurangnya efektifitasnya pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke
berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (
mengakibatkan pusing mendadak ).
5)
Tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e.
Sistem genito urinaria.
1)
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi
atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo
menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ;
BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2)
Vesika urinaria / kandung kemih,
Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3)
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai
oleh pria usia diatas 65 tahun.
4)
Atropi vulva.
5)
Vagina, Selaput menjadi kering,
elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6)
Daya sexual, Frekwensi sexsual
intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati
berjalan terus.
f.
Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1)
Produksi hampir semua hormon
menurun.
2)
Fungsi paratiroid dan sekesinya tak
berubah.
3)
Pituitary, Pertumbuhan hormon ada
tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi
dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4)
Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR
turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5)
Menurunnya produksi aldosteron.
6)
Menurunnya sekresi hormon bonads :
progesteron, estrogen, testosteron.
7)
Defisiensi hormonall dapat
menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam
mengatasi tekanan jiwa (stess).
g. Perubahan
sistem pencernaan pada usia lanjut.
1)
Kehilangan gigi, Penyebab utama
adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2)
Indera pengecap menurun, Adanya
iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %),
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin,
asam & pahit.
3)
Esofagus melebar.
4)
Lambung, rasa lapar menurun
(sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun.
5)
Peristaltik lemah & biasanya
timbul konstipasi.
6)
Fungsi absorbsi melemah ( daya
absorbsi terganggu ).
7)
Liver ( hati ), Makin mengecil &
menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
h. Sistem
muskuloskeletal.
1)
Tulang kehilangan densikusnya Ù
rapuh.
2)
Resiko terjadi fraktur.
3)
Kyphosis.
4)
Persendian besar & menjadi kaku.
5)
Pada wanita lansia > resiko
fraktur.
6)
Pinggang, lutut & jari
pergelangan tangan terbatas.
7)
Pada diskus intervertebralis menipis
dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). Gerakan volunter Ù gerakan
berlawanan. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan,
tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus. Gerakan sekutu
Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan
ketangkasan otot volunter.
g. Perubahan
sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan
jaringan lemak
2) Kulit kering & kurang elastis karena
menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak
bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan
temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik
bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang
meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit
juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki
menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut
menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut
wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat
kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.
h. Perubahan
sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a)
Selaput lendir vagina menurun/kering.
b)
Menciutnya ovarium dan uterus.
c)
Atropi payudara.
d)
Testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
e)
Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai
kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik,
Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ
kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù
tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk
kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan
3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang
lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani
sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya,
yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui
bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa
harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan
pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan
cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman
sex.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
adalah :
a.
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b.
Kesehatan umum
c.
Tingkat pendidikan
d.
Keturunan (herediter)
e.
Lingkungan
f.
Gangguan saraf panca indra, timbul
kebutaan dan ketulian
g.
Gangguan konsep diri akibat
kehilangan jabatan
h.
Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan
hubungan dengan teman dan family
i.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan
fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri
j.
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh
karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
k.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
l.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
3. Perubahan
Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan
Zentner,1970)
Seorang lansia sering kali sulit dipahami, terutama dari
perubahan-perubahan emosi yang ditunjukkan. Sering kali mereka bertindak
seperti anak kecil kembali. Mereka terkadang menuntut perhatian berlebih dan
meminta sesuatu yang membingungkan.
Tentunya hal-hal itu tak lepas dari perubahan fisik yang
mereka alami serta kesadaran akan banyak hal yang hilang dan tak bisa melakukan
banyak kegiatan seperti ketika mereka muda dulu. Gejala depresi cukup kerap
terjadi pada mereka yang berusia lanjut.
Sering kali orang-orang sekitar bahkan dokter memahami ini
sebagai suatu kewajaran. Para manula seolah ditekankan bahwa mereka memang
memiliki sebuah penyakit yang tak bisa disembuhkan, yakni gejala depresi itu
sendiri. Untuk tingkat ekstrem, keinginan untuk bunuh diri bahkan bisa tebersit
di benak mereka.
Yang Berubah di Usia Senja
a.
Penurunan daya ingat
Mereka yang lanjut usia biasanya mengalami gangguan ingatan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Timothy Salthouse PhD dari University of
Virginia, setiap manusia pasti akan mengalami perubahan ingatan. Penurunan ini
mulai dialami pada usia 20 tahun, namun belum signifikan. "Perubahan
signhfikan terjadi ketika menginjak usia 40 tahun," ungkapnya.
Menurut penelitian dari Black Dog Institute, penurunan daya
ingat merupakan gejala umum demensia. Dan pikun itu sendiri juga menjadi
indikasi dari demensia. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk
menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi
pada otak. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk
menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut
menjadi tidak terkendali.
b. Agorafobia
Para orang tua kerap merasakan kecemasan, panik, dan gelisah
di sebuah lingkungan, itulah agorafobia. Manula biasanya merasa ketakutan jika
ditinggal sendirian di dalam rumah.
c.
Takut terhadap kematian
Ketakutan yang tidak normal terhadap kematian atau disebut
juga necrophobia sering dialami lansia. Gejalanya termasuk sesak napas, napas
cepat, denyut jantung tidak teratur, berkeringat, mulut kering dan gemetar,
merasa sakit dan gelisah, ketidakstabilan psikologis. Si penderita mungkin
merasa fobia ini sepanjang waktu, atau hanya ketika sesuatu memicu rasa takut,
seperti melihat nisan, pertemuan dekat dengan hewan mati atau pemakaman teman
atau orang yang dicintai.
d. Keinginan
mudah berubah
Mereka yang lanjut usia terkadang memiliki banyak kemauan.
Mereka terkadang ingin berpergian, namun juga seketika itu tak ingin ke
mana-mana. Jika keinginan tak terpenuhi, mereka bisa merasa sedih atau marah.
e. Sensitif
dan kekanak-kanakan
Penurunan kemampuan indera yang dimiliki, mulai dari
pelihatan, pendengaran, dan lainnya serta perubahan inteligensia dan kognitif
juga berpengaruh pada tingkat sensitivitas pada emosi. Bagaimanapun, perubahan
yang dialami tubuh dapat berdampak terhadap mental. Karena penurunan-penurunan
inilah, terkadang mereka kerap bertingkah seperti anak kecil yang ingin
dimanja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Levenson
seperti dilansir dari news center Berkeley, para manula memiliki tingkat
sensitif yang lebih tinggi. Penelitian ini melibatkan 144 orang dewasa sehat
pada rentang umur 20, 40, dan 60. Mereka menonton Film 21 Grams dan The Champ,
kemudian dimonitori denyut jantung, tekanan darah, keringat, dan pola nafas.
Mereka yang usia lanjut, lebih mudah peka pada adegan-adegan dalam film yang
menyedihkan ketimbang mereka yang lebih muda. Temuan ini dapat dilihat dalam
jurnal yang bdrjudul Social Cognitive and Aff ective Neuroscience.
a.
Penyakit fisik
Manusia lanjut usia tentunya memiliki kondisi tubuh yang
tidak sesehat sewaktu ia muda dulu, bisa jadi mereka tengah mengidap
penyakit-penyakit tertentu yang bisa membuat mereka merasa tertekan. Ditambah
otak yang mereka miliki sudah tak bekerja maksimal lagi seperti sebelumnya.
Bagi mereka yang mengidap penyakit serius, rentan mengalami depresi.
b. Isolasi
sosial dan rasa kesepian
Kebanyakan mereka yang usia lanjut hidup sendiri. Anak-anak
mereka tumbuh besar dan sudah memiliki keluarga dan tinggal di tempat lain
bersama keluarganya. Belum lagi hubungan dengan teman sesama. Kurang optimalnya
fungsi fisik membuat mereka juga menjauh dari lingkungan sosial karena tak lagi
bisa berpartisipasi aktif di kalangan masyarakat setempat. Rasa kesepian juga
semakin mendera ketika teman-teman terdekat atau pasangan hidup sudah lebih
dulu meninggal. berbagai sumber/arm/R-4
K.
Trend dan issue keperawatan gerontik
1. Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari
angka harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6
tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5
tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert
Committae on Health of the Erderly:
Di Indonesia akan diperkirakan
beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun
2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang
berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.
Pada tahun 2020 diperkirakan
meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi
penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat
hasil yang mengejutkan yaitu:
a. 62,3% lansia di Indonesia masih
berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
b.
59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
c.
53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga.
d.
Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2.
Fenomena Permasalahan Pada Lansia
a.
Permasalahan Umum
1)
Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2)
Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3)
Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4)
Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5)
Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan
Khusus
1)
Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental
maupun sosial.
2)
Berkurangnya integrasi sosial usila.
3)
Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4)
Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
5)
Bertbahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistic.
6)
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.
c.
Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1)
Penurunan fisik
2)
Perubahan mental
3)
Perubahan-perubahan Psikososial
d. Karakteristik
Penyakit pada Lansia:
1)
Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2)
Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3)
Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4)
Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5)
Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6)
Sering terjadi penyakit iatrogenic
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota
(Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
a.
Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat
(69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
b.
Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit
kepala (51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun
(30,08%),mual/perut perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas
(21,28%).
c.
Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan
jantung (6,45%).
L.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia
Penampilan penyakit pada lanjut usia
(lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada
lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit
dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. WASPADA Online
Penampilan penyakit pada lanjut usia
(lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada
lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit
dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan
yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane
dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang
bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual
impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of
vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity
(gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit
buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity
(tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan),
insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di
atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa
saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan
perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Kesehatan
1.
Kurang bergerak:
gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2.
Instabilitas:
penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit
maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti
obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari
terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena
air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
3.
Beser: beser
buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan
yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan
masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun
sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun
keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun
sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut.
Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi
keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga
berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan
beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak
tadi.
4.
Gangguan intelektual:
merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun
atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami
dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini
meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan
interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual
lainnya.
5.
Infeksi:
merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain
sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal
meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat
penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit
sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat
berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman
akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
6.
Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua semua pancaindera
berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan
kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7.
Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi,
seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat,
kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya,
pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada
konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan
yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus
disertai rasa sakit pada daerah perut.
8.
Depresi: perubahan
status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta
perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi
pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita
dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun
terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali
dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
Fejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering
menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban,
cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan
berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian,
kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan
orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh
diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul
depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti
sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan
lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
9.
Kurang gizi:
kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih
makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena
gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada
pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi
kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme,
obat-obatan dan lain-lain.
10.
Tidak punya uang:
dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang
secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan
atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit
tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak,
mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
11.
Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih
banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu
yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
12.
Gangguan tidur:
dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan
dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin
maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan
pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.
Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati
makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering
dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur.
tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika
terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi
hari.
13.
Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah
satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang
walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat
pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita
(menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat,
keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
14.
Impotensi: merupakan
ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk
melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3
bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa
penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata
52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %,
disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada
lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses
menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat
pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan. (Siburian, 2009).
M.
Penyakit yang sering terjadi pada lansia
Nina Kemala
Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan
di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap
muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari
immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence
(inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan
tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Selain
gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif
yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteo Artritis (OA)
OA
adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA
merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi
risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis
merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang
berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan
kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe
II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi
vitamin D.
c. Hipertensi
d. Hipertensi
merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani,
hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
e. Diabetes Mellitus
Sekitar
50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih
tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi
diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200
mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola
makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM.
Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa
gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat
badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
f. Dimensia
Merupakan
kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya
ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan
sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada
usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh
darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor
risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita
dan individu dengan pendidikan rendah.
g. Penyakit jantung koroner
Penyempitan
pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala
umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
h. Kanker
Kanker
merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang
berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi
menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa
tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal
(kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit
jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker
terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I
Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2.
Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes.
Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8.
Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
_______(2009) Konsep Keperawatan Gerontik, http://www.scribd.com/doc/54276751/2/Pengertian-Lansia
_______(2010) Keperawatan Gerontik
http://duniakreasinyanova.blogspot.com/2009/03/keperawatan-gerontik.html?zx=6d31635b4755f3ea
Rona, 2012, Perubahan Psikologis Lansia
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/86097
Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari
Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Nugroho, Wahjudi SKM. 1995. Perawatan Lanjut Usia.
Jakarta : EGC
Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator
keperawatan komunitas, fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Post a Comment for "Konsep Dasar Keperawatan Gerontik"