Tugas : Kelompok
MK : Keperawatan Anak II
Dosen : HJ. Rasnin Palari, SKM, S.Kep, M.kes
DI
SUSUN
OLEH
KELOMPOK II:
1.
Iwansyah (10.2033)
2.
Kasmi ( 10.2034)
3.
Magdalena
4.
Muh. Saipul (10.2037)
5.
Nasrullah Hasbi (10.2038)
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GUNUNG
SARI MAKASSAR
2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini biarpun masih ada beberapa kekurangan.
Makalah yang berjudul “……………………………………” ini adalah sabagai tugas kelompok untuk
memenuhi mata kuliah keperawatan komunitas dan semoga dengan kehadiran makalah
ini dapat memberikan wawasan yang baru bagi teman-teman maupun dosen yang
membacanya dan berguna bagi semua pihak.
Penulis,
22 maret 2013
KELOMPOK
II
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR
ISI.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan................................................................................................
1.
Tujuan
mum.................................................................................
2. Tujuan khusus...............................................................................
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
BBLR.............................................................................
B. Etiologi.............................................................................................
C. Penyakit Penyerta Pada BBLR........................................................
D. Manifestasi
Klinik............................................................................
E. Pemeriksaan
Penunjang....................................................................
F. Komplikasi.......................................................................................
G. Penatalaksanaan
Medis....................................................................
H. Pencegahan
BBLR...........................................................................
I. Resiko
BBLR...................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian.........................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................
C. Intervensi Keparawatan....................................................................
D. Iplemenrasi Keperawatan.................................................................
E. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................
B.
Saran..................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kongres
Kedokteran Perinatologi Eropa Ke-2, 1970, mendefinisikan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat badan lahir £ 2500 gr dan mengalami masa gestasi
yang diperpendek maupun pertumbuhan intra uterus kurang dari yang diharapkan
(Rosa M. Sacharin, 1996).
Berat
Badan Lahir Rendah tergolong bayi yang mempunyai resiko tinggi untuk kesakitan
dan kematian karena BBLR mempunyai masalah terjadi gangguan pertumbuhan dan
pematangan (maturitas) organ yang dapat
menimbulkan kematian.
Angka
kejadian (insidens) BBLR di negara berkembang seperti di Inggris dikatakan
sekitar 7 % dari seluruh kelahiran. Terdapat variasi yang bermakna dalam
insidens diseluruh negeri dan pada distrik yang berbeda, angka lebih tinggi di
kota industri besar (Rosa M. Sacharin, 1996). Sedangkan di Indonesia masih
merupakan masalah yang perlu diperhatikan, karena di Indonesia angka
kejadiannya masih tinggi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari tahun ke tahun
tidak banyak berubah sekitar 22 % -
26,4 %.
Berkenaan
dengan itu upaya pemerintah menurunkan IMR tersebut maka pencegahan dan
pengelolaan BBLR sangat penting. Dengan penanganan yang lebih baik dan
pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan BBLR, diharapkan angka kematian
dan kesakitan dapat ditekan.
Peran
serta perawat dalam pencegahan BBLR dengan meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janin yang dikandung, maka perlu dilakukan deteksi dini melalui pemantauan Ante Natal Care dan pengelolaan
BBLR dengan penanganan dan pengetahuan yang memadai dengan menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan.
Berdasarkan
fenomena diatas kelompok tertarik untuk mengangkat masalah asuhan keperawatan
pada neonatus dengan BBLR di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
B. TUJUAN
- Tujuan Umum
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada dengan BBLR.
- Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
pengertian BBLR
b. Mengetahui
etiologi/penyebab bayi BBLR
c.
Mengetahui
penyakit
penyerta pada BBLR
d. Mengetahui manifestasi klinik dari bayi BBLR
e.
Melakukan
pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR
f. Mengetahui komplikasi yang timbul pada
bayi BBLR
g.
Penatalaksanaan medis pada bayi BBLR
h.
Mengetahui pencegahan pada bayi BBLR
i.
Mengetahui resiko dari BBLR
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang
berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat
badan pada kehamilan khusus apapun sangat berfariasi dan harus digambarkan pada
grafik presentil.
Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan
besar untuk umur kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan
untuk umur krhamilan. Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan untuk
umur kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gr pada saat lahir di
namakan berat badan lahir rendah.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi
berat badan lahir rendah di bedakan:
Ø Bayi berat
lahir rendah , berat lahir 1500 – 2500 gram
Ø Bayi berat
lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
Ø Bayi berat
lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram
B. ETIOLOGI
Bayi berat lahir
rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga cukup bulan ( dismatur ).
·
PREMATUR
MURNI
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK.
Faktor
Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau BBLR adalah :
1. Faktor Ibu
-
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
- Gizi
saat hamil kurang
-
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
- Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
-
Penyakit
menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
-
Perdarahan
antepartum, kelainan uterus, Hidramnion
-
Faktor pekerja terlalu berat
-
Primigravida
-
Ibu muda
(<20 tahun)
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil
seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan
ganda., anomali congenital.
4. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang
melelahkan, merokok
5. Faktor yang masih belum
diketahui.
Karakteristik yang dapat ditemukan
pada prematur murni adalah :
1. Berat badan
kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm.
2. Gerakan
kurang aktif otot masih hipotonis
3. Umur
kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Kepala lebih
besar dari badan rambut tipis dan halus
5. Tulang
tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga
sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan
payudara tidak ada dan puting susu kecil
8. Pernapasan
belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
9. Kulit tipis
dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan.
10. Lemak
subkutan kurang
11. Genetalia
belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
12. Reflek
menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena
daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan
sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) .
·
DISMATUR
Dismatur
(IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
.
Menurut
Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang
lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi
yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang
sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena
retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan
terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan
ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan
lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan
kurus dan lebih panjang.
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur :
1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal
kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus yang berat, toksemia,
hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit paru
kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alcohol.
2. Faktor utery
dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat
yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang
satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat
bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo
virus, herpez, sifillis).
4.
Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui
C. PENYAKIT PENYERTA
PADA BBLR
a.
Bayi kurang bulan murni (Prematur)
- Aspirasi pneumonia
- Perdarahan Intra
Ventrikuler
- Hiperbilirubinemia
- Gangguan pernafasan
idiopatik
b.
Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
- Aspirasi mekonium
diikuti dengan Pneumotorak
- Hb meningkat akibat
hipoksia kronis
- Hipoglikemi
- Asfiksia,
perdarahan paru masif, hipotermi, infeksi
D.
MANIFESTASI KLINIK
a.
Bayi kurang bulan murni (Prematur)
-
BB <
2500 gr, PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, kepala > badan
-
Kulit
tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar
-
Genetalia
imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
-
Tangis
lemah, tonus otot leher lemah.
-
Reflek
moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
-
Bila lapar
menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari hal ini
-
Tidak
tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial
-
Nafas
belum teratur
-
Pembuluh
darah kulit diperut terlihat banyak
-
Jaringan
mamae belum sempurna, putting susu belumterbentuk dengan baik
b.
Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Dibagi dalam 3 stadium :
1. Kurus
relatif lebih panjang,
2. Kulit tipis dan
3. Kering.
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
2. Tes
kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
3. Darah
rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto
dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
5. USG
kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi
pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1. Hipotermia
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan
dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat
nafas
6. Paten duktus
arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan
intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10.Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
ü Gangguan
perkembangan
ü Gangguan
pertumbuhan
ü Gangguan
penglihatan (Retinopati)
ü Gangguan
pendengaran
ü Penyakit
paru kronis
ü Kenaikan
angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
ü Kenaikan
frekuensi kelainan bawaan
G.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
- Medikamentosa,
Pemberian
vitamin K1 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu). - Diatetik,
Bayi
prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa
atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet.
Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk
menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet
atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama: Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima
jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan
nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. - Suportif, Hal utama yang perlu dilakukan
adalah mempertahankan suhu tubuh normal : Gunakan
salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat
sesuai petunjuk.
* Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
* Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk
penatalaksanaan suportif ini adalah :
*
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
* Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
* Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
* Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
* Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia).
* Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
* Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
* Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
* Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
H.
PENCEGAHAN BBLR
Pada
kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1.
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
2.
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3.
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang
terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status
ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
I. RESIKO BBLR
BBLR umumnya kerap mengalami gangguan. Apalagi bila perawatan di tahun
pertama kelahirannya kurang baik. Ini dapat berdampak hingga bayi itu tumbuh
menjadi besar. Berikut beberapa resiko yang mungkin muncul.
1. Lemah dan mudah
kedinginan karena lapisan lemak bawah kulitnya sangat tipis.
2. Mudah letih,
karena sering tersedak waktu menyusui dan malas mengisap. BBLR harus minum ASI
lebih sering supaya beratnya menjadi normal.
3. Mudah terkena
penyakit
4. Mudah terkena
gangguan pernafasan
5. Bila terkena
penyakit beresiko fatal
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
Data subyektif
terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir
jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (TalbottLaura A, 1997 : 6).
a. Riwayat
kesehatan
Riwayat
antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:
ü Keadaan ibu
selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan
paru.
ü Kehamilan
dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
ü Pemeriksaan
kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
ü Hari pertama
hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
Riwayat natal komplikasi
persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi
baru lahir. Yang perlu dikaji :
ü Kala I :
perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
ü Kala II : Persalinan
dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang
dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b
. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
ü Agar score bayi
baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6)
asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
ü Berat badan
lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
ü Adanya kelainan
kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
c. Pola nutrisi
Yang perlu
dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah
aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau
personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral :
ü Bayi BBLR <
1500 gram menggunakan D5%
ü Bayi BBLR >
1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral :
ü BB < 1250
gram = 24 kali per 24 jam
ü BB 1250-<
2000 gram = 12 kali per 24 jam
ü BB > 2000
gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
ü Hari ke 1 =
50-60 cc/kg BB/hari
ü Hari ke 2 = 90
cc/kg BB/hari
ü Hari ke 3 = 120
cc/kg BB/hari
ü Hari ke 4 = 150
cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai
180 – 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar
Wahidiyat, 1991 :1).
d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
ü BAB :
frekwensi, jumlah, konsistensi.
ü BAK :
frekwensi, jumlah
e. Latar belakang sosial
budaya
ü Kebudayaan yang
berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan
tertentu terutama jenis psikotropika.
ü Kebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
f. Hubungan
psikologis
Sebaiknya
segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi
bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif.
2.
Data Obyektif
Data obyektif
adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995).
a. Keadaan umum
Pada neonatus
dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila
menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat
dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda
Vital
Neonatus post
asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37
°C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal
antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering
pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A,
1996 : 87).
Pemeriksaan
fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan
pasien (Effendi Nasrul, 1995).
c. Kulit
Warna kulit
tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanugo dan verniks.
d. Kepala
Kemungkinan
ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau
cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
e. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
f. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
g. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada
lendir atau tidak.
h. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya
kelainan.
i.
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher
nenoatus pendek.
j.
Thorax
Bentuk
simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
k. Abdomen
Bentuk
silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak
teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran
bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
l.
Umbilikus
Tali pusat
layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada
tali pusat.
m. Genitalia
Pada neonatus
aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
n. Anus
Perhatiakan
adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
o. Ekstremitas
Warna biru,
gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
p. Refleks
Pada neonatus
preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 :
109-356).
3. Data
Penunjang
Data penunjang
pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal
yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA
> 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1. Gangguan
pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang belum optimal.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
- Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh neonatus.
- Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis.
- Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang belum sempurna, ketuban meconial.
- Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Perawatan
|
Tujuan dan Kriteria
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan pertukaran gas b/d produksi
surfactan yang belum optimal.
|
Kebutuhan O2
bayi terpenuhi
Kriteria:
· Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
· Pernafasan teratur.
· Tidak cyanosis.
· Wajah dan seluruh tubuh.
|
1.Letakkan bayi terlentang dengan
alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan
meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3
cm.
|
1. 1. Memberi rasa
nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
|
· Berwarn kemerahan (pink variable).
· Gas darah normal
· PH = 7,35 – 7,45
· PCO2 = 35 mm Hg
· PO2 = 50 – 90 mmHg
|
2.2 2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
|
2. Jalan nafas
harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas
yang sempurna.
|
||
3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap
4 jam.
|
3. 3. Deteksi dini adanya kelainan.
|
|||
3.
4. Kolaborasi dengan team medis dalam
pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.
|
4. 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia.
|
|||
2.
|
Resiko
terjadinya hipotermi b/d lapisan lemak pada kulit yang masih tipis.
|
Tidak terjadi
hipotermia ,
Kriteria :
·
Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C.
·
Akral hangat
·
Warna seluruh tubuh kemerahan
|
. 1. Letakkan bayi
terlentang diatas pemancar panas (infant warmer
|
1. 1. Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga
meletakkan bayi menjadi hangat.
|
2.Singkirkan
kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas tubuh,
letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
|
. 2. Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
|
|||
3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
|
. 3. Perubahan
suhu tubuh bayi dapat menentukan
tingkat hipotermia.
|
|||
|
4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian
Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
|
4. Mencegah terjadinya hipoglikemia.
|
||
3.
|
Resiko
gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
|
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria :
·
Bayi dapat minum pespeen / personde
dengan baik.
|
1.
Lakukan observasi BAB dan BAK
jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
|
1. Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan
/ perawatan yang tepat.
|
·
Berat badan tidak turun lebih dari
10%.
·
Retensi tidak ada.
|
2. Monitor
turgor dan mukosa mulut.
|
2. Menentukan
derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.
|
||
3. Monitor intake dan out put.
|
3.Mengetahui
keseimbangan cairan tubuh (balance).
|
|||
4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
|
4. Kebutuhan
nutrisi terpenuhi secara adekuat.
|
|||
5. Lakukan
control berat badan setiap hari.
|
5. Penambahan
dan penurunan berat badan dapat di
monitor.
|
|||
|
6. Lakukan
control berat badan setiap hari.
|
6. Penambahan
dan penurunan berat badan dapat di
monitor.
|
||
4.
|
Resiko terjadinya
infeksi
|
Selama
perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi),
Kriteria :
|
1. Lakukan
teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan.
|
1. Pada bayi
baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah.
|
· Tidak ada
tanda-tanda infeksi.
· Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
|
2. Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
|
2. Mencegah
penyebaran infeksi nosokomial.
|
||
3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi
(kamar bayi).
|
3. Mencegah
masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.
|
|||
4. Lakukan perawatan
tali pusat dengan triple dye 2
kali sehari.
|
4. Mencegah
terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur,
desinfektan.
|
|||
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
|
5. Mengurangi
media untuk pertumbuhan kuman.
|
|||
6. Observasi
tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal.
|
6. Deteksi
dini adanya kelainan.
|
|||
7. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
|
7. Mencegah
terjadinya penularan infeksi.
|
|||
8. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian
antibiotik.
|
8. Mencegah
infeksi dari pneumonia.
|
|||
|
9 Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan DL,
CRP.
|
9. Sebagai
pemeriksaan penunjang.
|
||
5.
|
Resiko
terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat.
|
Tidak
terjadi hipoglikemia selama masa
perawatan,
Kriteria :
·
Akral hangat
·
Tidak cyanosis
·
Tidak apnea
·
Suhu normal (36,5°C -37,5°C).
|
1. Berikan
nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.
|
1. Mencega
pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk pemantauan intake dan out put.
|
·
Distrostik normal
(> 40 mg).
|
2. beri
selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan
|
2. Menjaga
kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan
sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.
|
||
3. Observasi
gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi).
|
3. Deteksi
dini adanya kelainan.
|
|||
|
4. Kolaborasi
dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostik.
|
4. Untuk
mencegah terjadinya hipoglikemia lebih
lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.
|
||
6.
|
Gangguan
hubungan interpersonal antara bayi dan
ibu sehubungan dengan perawatan intensif.
|
Terjadinya
hubungan batin antara bayi dan ibu,
|
1. para ibu /
keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
|
1. Ibu
mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan
ibu/keluarga.
|
Kriteria:
·
Ibu dapat segera menggendong dan
meneteki bayi.
|
2. Bantu
orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
|
2. Membantu
memecah-kan permasalahan yang dihadapi.
|
||
|
·
Bayi segera pulang dan ibu dapat
merawat bayinya sendiri.
|
3. Orientasi
ibu pada lingkungan rumah sakit.
|
3.Ketidaktahuan
memperbesar stressor.
|
|
4. Tunjukkan
bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).
|
4. Menjalin
kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.
|
|||
5. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan
bayi memungkinkan.
|
5. Rawat
gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi
diperbolehkan pulang.
|
|||
D.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI, 1995).
E.
EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI, 1995).
Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan
keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria
evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil
bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria
evaluasi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah
membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada neonatus dengan BBLR, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dalam
melakukan pengkajian pada neonatus dengan BBLR ditekankan pada ditekankan pada
adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi.
- Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan tempat praktek yakni di ruang neonatus sehingga kurang maksimal.
- Dalam melakukan pengkajian dan implementasi keperawatan, perawat harus benar-benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi neonatus mengingat bayi BBLR terjadi imaturitas organ.
- Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi.
B. SARAN-SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri
untuk memberikan saran sebagai berikut:
1.
Dalam
memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan status klien.
- Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin hubungan saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan masalah keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
- Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus Bronchitis alergia diruang neonatus hendaknya perawat meningkatkan pengetahuan tentang masalah BBLR.
- Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan neonatus dengan BBLR perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti, cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang memadai.
DAFTAR
PUSTAKA
semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/11/08/askep-bblr/
Setyowati T.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa
data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id.
Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember 2007].
World Health
Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal
fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html.
Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
http://buiten-zorg.blogspot.com/2008/07/askep-bayi-bblr.html
Post a Comment for "ASKEP BBLR"