Perawat Berhati Malaikat


Aku bukan Malaikat Bersayap Hanya mahluk biasa berbalutkan baju putih bersih.
Baju yang tak selalu seputih hati ini.
Tapi kala menapak hari, ku berdoa meniat berbinar bersih.

Pada sapa dan senyum orang-orang penuh harap dan hormat,
berdiri ku percaya diri menggenggam harap, bersekutu ku pada buku penuh hikmat.

Pada mereka yang merebah lemas, tersemayam jutaan hikmah tersirat.

Ku terngiang gubahan Abbas Asisi dalam kitabnya; ‘Bagaimana Menyentuh Hati’:
‘Profesi yang berandil besar dalam menggugah peradaban adalah Perawat,
yang telah teramat memantik gairah lesu tak ber-asa, meredup terbebani rumus, hafalan, phrasat, dan maneuver.

Tapi..sekali lagi ku putuskan tuk mencintainya, atas nama Tuhan-ku, bangsa, dan keluargaku.

Aku masih di sini, menunggu di dingin lorong-lorong sunyi.
Pada pagi dan malam hari. Yang sekali waktu terjejali orang-orang berkuyup darah atau bayi kurang gizi.
Miris. Basah hati memaknai. Dan ku tekad tiap denyut nadi tersiap tuk mengabdi.

Riuh riang pasien bersibuk di kerumitan asuransi,
berbaur pekik tangis dan ribuan komplain menggelayut tiap hari
Meramaikan kesunyian hati letih yang menuntut tersibuki

Pada apa ku berharap? .. Untuk Siapa aku bekerja?
Berjibaku tergenang darah, nanah, dan kotoran manusia.
Semua mengundang tegang di jiwa, dan ratusan umpatan tak sengaja.

Dalam penat ku bergeming, pada hati yang menggelinding tak berarah

Gerimis pedih hatiku tak sederas para pesakit yang merajuk pasrah
Dari mereka ku belajar mengenal Tuhan dan hujan karunia yang terlupa

Aku ingin hidup sederhana, hingga sempat ku maknai bait demi bait karunia
Hingga sempat ku tadah tetes demi tetes hikmah peristiwa..
Tapi ku terguyur tuntutan doa dan harap mereka

Dari sini ku belajar, dari jasad sakit yang mungkin jiwanya lebih sehat dari ku,
untuk lebih jeli mensyukuri-Mu.. untuk lebih tangguh menyabari taqdir-Mu
Bahwa syukur ku adalah ikhlas ku berbagi nikmat-Mu..bahwa sabar ku adalah pembunuh dosa-dosaku. Selamanya selalu begitu.

Di sela sunyi tafakur hati, sesekali terselip tanya;
bila tiba waktu mulut ku terbisu, bila tiba kala tangan dan kaki ku fasih bicara,
apa hendak yang kan mereka persaksikan tentang laku ku?, tentang ilmu yang kadang ku amali dengan caci dan cerca, sombong dan menggagah.

Terisak ku teringat pertanyaan Daud Alaihissalam kepada-Mu;
‘Ya Allah siapakah yang menciptakan penyakit?’. Kau jawab; ‘Aku’,
‘Siapakah yang menciptakan kesembuhan?’ telisik Daud. Kau jawab; ‘Aku’.
Lalu Daud menggugat; ‘Lantas apa peran seorang Perawat?'.
Penuh hikmah Engkau jelaskan; ‘Lewat tangannya lah kesembuhan dari Ku tersampaikan?’.

Tuhan..Malu ku pada-Mu. Sesal ku memilu pada semua yang tersia itu.
Pada mereka yang merintih lirih menitip harap pada ku.
Juga pada ilmu- amal yang sempat ku sandar pada materi dan puji semu.

Lagi..ku terhidupkan dari mati ku.
Bermetaforalah jiwa baru. Terobati khazanah-Mu.
Kembali ku kenakan baju dan celana putih itu. Menyingsing letih berkancing haru.
Langkah ku murni menjemput taqdir luhur ku. Memulih mereka yang mengajariku..
‘hidup ku untuk-Mu, apalagi mati ku..’.
Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Perawat Berhati Malaikat"