Ilustrasi |
Inspirasi Kita
Semua..!!!
“Semua Mimpimu Akan Terwujud
Asalkan Kamu Punya Keberania
Untuk Mengejarnya”
~Walt Disney
Kisah
di bawah ini adalah pengalaman seorang perawat yang sangat penuh kerja keras
untuk berkarya sebagai perawat di Amerika. Kisah suksesnya dapat menjadi
inspirasi bagi perawat-perawat yang mengidam-idamkan untuk dapat sukses sebagai
perawat Indonesia di Amerika. Gajinya yang melimpah dan keahlian yang akan
terasah dengan matang. Arif Indiarto, adalah sosok yang kali ini berbagi kisah
perjuangannya menuju Amerika. Semoga dari kisah yang dipaparkan ini menjadi
inspirasi bagi kita semua untuk tetap optimis dan terus berjuang meraih
kesuksesan seperti apa yang di ceritakan di bawah ini.
Awal kisah
Menjadi
seorang perawat (Pak mantri) di sebuah desa kecil di daerah Kabupaten Rembang
itu sebuah impian yang harapkan oleh ibu saya sejak saya kecil.Dengan harapan
saya bisa membantu orang-orang sakit di kampung. Itulah doa mulia dari seorang
ibu yang di kabulkan oleh sang Maha Pencipta yang sesuai pepatah surga ada di
telapak kaki ibu. Singkat cerita, setelah saya tamat dari SMA tahun 1999 saya
mendaftarkan UMPTN, STPDN, and Akper Depkes Semarang (yang sekarang berubah
menjadi Politeknik Kemenkes Semarang). Ayah menganjurkan saya untuk memfokuskan
tes di STPDN, tapi ibu saya menganjurkan untuk masuk Akper.
Alhamdulillah
saya di terima UMPTN di Universitas Brawijaya, dan Akper Depkes Semarang. STPDN
tidak saya lanjutkan karena beberapa alasan salah satunya adalah masalah dana
yang cukup besar saat itu. Setelah berdiskusi dengan ayah dan ibu, akhirnya
saya menuruti anjuran ibu. Ketika menginjakkan kaki pertama saya di kampus
Akper Depkes Semarang, saya berdo’a semoga kelak saya bisa membahagiakan orang
tua saya.
Semester
demi semester saya selesaikan dengan nilai yang cukup memuaskan.Selama saya
menjadi menjadi mahasiswa yang praktek di RS Karyadi Semarang, saya pergunakan
waktu saya sebaik-baiknya untuk belajar klinik dari perawat-perawat di RS,
sempat tiap hari libur saya datang ke RS untuk bertanya kepada clinical
instruktur (CI) tentang hal-hal yang kurang saya pahami, dan praktek
di lapangan. Alhamdulillah, dengan bantuan perawat ruangan yang sering
mengajarkan tentang skill keperawatan, saya merasa lebih siap kalo suatu saat
saya bekerja di RS. Dan saya juga aktif belajar research dan kegiatan Lansia
dengan Bu Suharsi yang waktu itu aktif di organisasi di PPNI Jateng.
Setelah
ujian akhir, saya mencoba ikut lomba pembuatan logo Poltekkes Semarang yang di
bantuan teman dari UNDIP, dan alhamdulillah saya mendapatkan juara. Sampai
sekarang logo Poltekkes itu di pakai oleh seluruh Dosen, staff, mahasiswa, dan
bahkan ijazah-ijazah yang di keluarkan oleh Poltekkes Semarang. Tidak hanya
itu, jika seorang hamba mensyukuri nikmat-Nya, niscaya Allah melipat gandakan
nikmat itu. Sebelum saya wisuda, dan bahkan ijazah Akper saya belum keluar,
dengan bantuan Direktuk Poltekkes Semarang (Bpk Ilham Setyo Budi) untuk
mengeluarkan Surat Keterangan Lulus, saya memberanikan diri untuk melamar kerja
ke sebuah Rumah Sakit besar di Jakarta yang merupakan satu-satunya Pusat
Jantung Nasional di Indonesia, RS Jantung Harapan Kita. Dan, alhamdulillah saya
di nyatakan lolos tes tulis dengan nilai tertinggi.
Mulai bekerja
Selanjutnya
saya lolos tes kesehatan, psikotes, dan wawancara, sampe akhirnya saya di
terima sebagai perawat di RS jantung Harapan Kita. Untuk menjadi perawat di RS
Jantung Harapan Kita, ternyata saya harus lulus kursus Kardiovaskuler Dasar
(Kursus KD) selama 3 bulan. Tiga bulan selesai, dan saya mulai bekerja di Ruang
Intermediate Medical selama hampir 3 tahun. Selama saya bekerja di RS Jantung,
saya mendengar bahwa banyak senior-senior saya yang bekerja RN di Amerika.
Sejak itulah saya bermimpi untuk bekerja RN di USA. Saya memasang foto di kamar
kos saya di jakarta dengan nama di bawahnya, Arif Indiarto, RN. Setiap melihat
foto dan nama itu, niat saya semakin kuat untuk menggapainya. Insya Allah, kalo
ada niat pasti ada jalan. Itulah slogan yang selalu aku pakai.
Hari
demi hari saya lalui, bekerja dan kursus bahasa inggris selama 1,5 tahun di
Intersource Jakarta. Sampai teman-teman saya bertanya “Apa kamu nggak capek,
habis kerja langsung berangkat kursus?”, dan saya bilang ke mereka, tidak ada
keberhasilan tanpa adanya usaha, biaya, dan kerja keras. Setelah tiga tahun
bekerja di ruangan IW medical, saya di pindah ke Ruang Bedah jantung.
Saya
tidak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah, karena saya tidak harus
sering-sering jaga malam dan memandikan 4 pasien tiap hari. Belum ada satu
tahun saya bekerja di Ruang OK, ada pengumuman dari Puspronakes Jakarta, kalo
ada pengiriman perawat Indonesia untuk traning dan ujian RN di Amerika. Saya di
nyatakan lolos tes tulis dan wawancara dari pihak user Amerika.
Ada
12 perawat yang di nyatakan berangkat ke USA waktu itu (Desember 2005). Dan
kami semua mengurus visa ke US embassy. Saya sempat kecewa dan menangis saat
itu, karena hanya saya yang tidak mendapatkan visa waktu itu. Padahal Saya
sudah bilang ke orang tua untuk datang ke jakarta sebelum saya berangkat ke
Amerika, dan saya sudah bilang ke kepala ruangan dan teman-teman kalo saya mau
meninggalkan RS Jantung.
Saya
ambil hikmahnya waktu itu, mungkin ini belum waktu yang tepat untuk
meninggalkan orang tua. Ibu saya menangis, seolah beliau tidak rela kalo saya
harus pergi ke Amerika dan mengkhawatirkan saya akan terpengaruh budaya barat.
Hampir tiga bulan saya memastikan dan menceritakan teman-teman yang sudah
berangkat duluan kalo Amerika tidak seperti yang Ibu duga. Akhirnya ibu saya
mengijinkan untuk berangkat setelah mendengar cerita dari teman-teman saya kalo
di Amerika juga ada masjid. Saya mendapatkan F1 Visa dari Amerika setelah
hampir dua bulan menunggu.
Akhirnya berangkat ke
Amerika
Saya
berangkat ke Amerika bulan Maret 2006 yang hanya diantarkan Bapak, Mas sepupu
saya, dan temen-temen dekat di Jakarta. Saya bilang ke Ibu supaya tidak usah
datang ke Jakarta, karena saya tidak akan kuat meliht air mata ibu saat
berpamitan. Setibanya saya di Houston, saya di jemput oleh teman-teman saya
yang sudah berangkat duluan. Saya dan teman-teman tinggal di asrama mahasiswa
selama hampir 6 bulan di Houston Baptist University. Selama 6 bulan kami
belajar bahasa Inggris, tiap hari makanan kami adalahGrammar, Vocabulary,
Writing, Listening, and Speaking. Setelah itu kami harus ujian TOEFL IBT or
IELTS dengan minimal score untuk IBTwith speaking 27),
dan IELTS 6.5 (with speaking 7 ). Setelah saya lulus IELTS, kami
mengikuti program selanjutnya untuk NCLEX RN preparation di Kaplan hampir
selama 8 bulan.
Selama
saya kursus NCLEX RN, saya sempat bekerja di Chinese restaurant sebagai waiter,
dan saya juga bekerja sebagai kasir di Fastfood restaurant. Saya
merasa malu kepada orang tua kalo saya harus meminta bantuan selama saya
pendidikan di Amerika, maka saya putuskan untuk bekerja guna membiayai kursus
saya dan bisa menghidupi saya. Setiap weekend saya bekerja sampai jam 12 malam
guna mencukupi kebutuhan hidup supaya bisa bertahan di Amerika. Saya merasa
untuk meraih cita-cita dan bekerja sebagai RN di Amerika, inilah jalan yang
harus saya lalui, tidak ada keberhasilan tanpa jerih payah. Setelah hampir 8
bulan saya belajar keperawatan dasar, anak, jiwa, medikal bedah, emergency,
critical care, dan maternitas, tiba saatnya saya ujian NCLEX RN.
Lulus ujian RN
Saya
mendapatkan banyak soal tentang kardiovascular yang notabene saya sudah sedikit
mendalami dari pada soal-soal tentang keperawatan dasar, maternitas, jiwa, anak,
medical bedah, emergency, dan critical care. Satu hari
setelah ujian saya membuka internet untuk melihat hasil ujian NCLEX RN dan
hasilnya “PASS”. Saya langsung sujud syukur dan telpon ke ibu saya
kalo saya lolos.Ibuku menangis bahagia mendengar berita itu.Selesai sudah semua
ujianku, serasa telor sudah pecah di atas kepala ini, hati gembira dan rasanya
plong.
Suatu
hari, ada Job Fair di sebuah RS di Houston, sebut saja “Memorial
Hermann Hospital”, yang waktu itu membutuhkan RN dengan pengalaman
CVOR (Cardiovascular Operating Room). Karena saya punya pengalaman
hampir satu tahun di CVOR, mereka langsung interview saya di tempat itu juga.
Mereka
menanyakan kalo saya mau join sama perusahaan itu, saya menjawab “I
will take this position if you sponsor me to get green card”. Tanpa pikir
panjang, ternyata mereka bersedia untuk mensponsori saya green card. Akhirnya
mereka kasih contact person (lawyer) untuk urus surat ijin
kerja saya.
Sebelum
masuk ke spesial bedah jantung, manager saya mengirim saya untuk di training
bedah umum dulu. Setelah saya menerima gaji pertama sebagai RN di Amerika, saya
mengirimkan uang tersebut ke Ibu saya supaya mendaftar haji bersama ayah saya.
Ibu saya berdo’a semoga uang itu akan berkah. Dan alhamdulillah hanya satu
tahun menunggu, ibu dan ayah saya berangkat haji di tahun 2008.
Training
bedah umum selama 6 bulan saya lalui, belajar dari general Surgery,
Orthopedic, Neurosurgery, Obgyn, trauma surgery, pediatric surgery, and
cardiovascular surgery, dan akhirnya saya masuk ke tempat kerja yang saya
idam-idamkan, bisa bekerja sebagai RN di CVOR di Texas Medical Center, “the
biggest Medical Center in the world.” Dengan menjadi perawat, saya
bangga dan bersyukur bisa keliling Amerika, London, Liverpool, dan Canada. Saya
yakin, kalo seorang perawat menekuni profesi yang dia miliki dan bersyukur
dengan apa yang di raihnya, maka Allah akan memudahkan, melipatgandakan
nikmat-Nya, dan hidup ini terasa berkah.
Meneruskan predikat master program
Saya
tidak puas dengan RN yang hanya lulus dari D3 Akper saja, maka saya putuskan
untuk meneruskan BSN (S1 Keperawatan) di University of Texas Medical Branch.
Setelah 3,5 tahun saya bekerja dan kuliah, akhirnya tahun 2011 saya selesai
program BSN. Saya juga sempat bekerja di Cardiovascular Intensive Care
Unit(CVICU), untuk mencari pengalaman di Critical Care Nursing.
Sekarang
ini saya menekuni pekerjaan di bedah jantung Dewasa di Memorial Hermann-Texas
Medical Center, bedah jantung anak di Texas Children’s Hospital, dan juga
meneruskam study di master program.
Demikian
singkat cerita saya dari seorang perawat di negeri Obama. Pesan saya kepada
mahasiswa perawat supaya menekuni apa yang di pelajari dan YAKIN bahwa profesi
ini akan memberi manfaat. Kalian harus bermimipi dulu, insya Allah mimpi kalian
akan jadi kenyataan kalo di sertai niat yang kuat, gigih, tidak mudah putus
asa, dan berdo’a kepada Allah. Kalo teman-teman ingin bekerja di luar
negeri, maka persiapkan bahasa Inggris sedini mungkin
Ingat…!!! Untuk berkiprah di sebuah profesi,
tidak hanya di butuhkan “KNOWLEDGE”, tapi harus di sertai “SKILL” dan “GOOD
ATTITUDE.”
Post a Comment for "Kisah Perjuangan Perawat Indonesia Untuk Menjadi Perawat di Amerika"