Hebat, Ini Yang Dibanggakan Ketika Menjadi Perawat IGD

Ilustrasi

Literasi Perawat ~ Kecepatan pertolongan pada pasien dengan kasus kegawat daruratan menjadi elemen penting dalam penanganan pasien di sebuah IGD (Instalasi Rawat Darurat) rumah sakit. Kecepatan pertolongan dapat menyelamatkan seseorang dari kecacatan atau kematian akibat suatu penyakit atau trauma yang dideritanya, disamping ketepatan dalam menetapkan diagnosis atau masalah pasien yang datang ke suatu IGD. Hal tersebut diistilahkan sebagai response time, lebih lanjut menurut Oxford Dictionaries yang disebut dengan response time adalah the length of time taken for a person or system to react to a given stimulus or event(lamanya waktu yang dibutuhkan untuk seseorang atau sistem untuk bereaksi terhadap stimulus atau peristiwa tertentu). Mengacu pada pengertian tersebut maka response time dalam konteks sebuah instalasi rawat darurat rumah sakit dapat dikatakan sebagai waktu yang dibutuhkan perawat sejak menetapkan seseorang dalam masalah dan membutuhkan sebuah pertolongan definitif sampai dengan saat memberikan pertolongan yang bermakna untuk masalah tersebut.

Response time dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada. Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.Keberhasilan response time sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kwalitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit.

Pertolongan gawat darurat melibatkan dua komponen utama yaitu pertolongan fase pra rumah sakit dan fase rumah sakit. Kedua komponen tersebut sama pentingnya dalam upaya pertolongan gawat darurat. Pertolongan gawat darurat memiliki sebuah waktu standar pelayanan yang dikenal dengan istilah waktu tanggap (respon time) yaitu maksimal 5 menit.  Menteri kesehatan pada tahun 2009 telah menetapkan salah satu prinsip 4 umumnya tentang penaganan pasien gawat darurat yang harus ditangani paling 5 (lima) menit setelah sampai di IGD.

Waktu tanggap tersebut harus mampu dimanfaatkan untuk memenuhi prosedur utama dalam penanganan kasus gawat darurat yaitu Airway, Breathing,Circulation dan Disability. Airway berarti penanganan pada saluran nafas yang terhambat karena kecelakaan atau penyakit. Breathing berarti penanganan terhadap kemampuan paru-paru dalam memompa keluar-masuk udara. Circulation yang berarti penanganan terhadap kemampuan jantung untuk memompa darah dan disability yang berarti penanganan terhadap kemungkinan terjadinya cacat permanen akibat kecelakaan

Dalam buku yang di tulis oleh Yoon et al (2013) mengatakan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi keterlambatan penanganan kasus gawat darurat antara lain karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher dan petugas kesehatan, waktu ketibaan pasien, pelaksanaan manajemen dan,strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih.

Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar

IGD kecil dimana sasaran mutu berisi respon time tindakan,dimana  respon time berisi:
  • Respon time triase, maksimal 3 menit, untuk mencapai  target itu maka dilaksanakan karena cara kerja  sebagai berikut:
  1. Mempersiapkan perlengkapan  alat yang sesuai
  2. Menerima pasien
  3. Melakasanakan pemeriksaan fisik
  4. Menetukan label pemberian warna
  • Respon time pemeriksaan dokter  dan perawat, maksimal lima menit, untuk mecapai target itu maka dilaksanakan rencana kerja sebagai berikut:
  1. Melaksanakan pemeriksaan TTV
  2. Melaksanakan pemeriksaan fisik
  3. Melaksanakan anamnesa
  4. Memberikan therapy 
  5. Melaksanakan therapy
  • Respon time penatalaksanaan IGD, maksimal 1,5 jam.untuk mencapai target itu maka dilaksanakan rencana kerja sebagai berikut :
  1. Melaksanakan tindakan keperawatan
  2. Melaksanakan dokumentasi keperawatan
  3. Meghubungi ruang untuk kesiapan tempat
  4. Mengantarkan pasien keruang rawat inap.

Sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit, IGD harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit. Dengan kompleksitas kerja yang sedemikian rupa, maka perawat yang bertugas di ruangan ini dituntut untuk memiliki kemampuan lebih di banding dengan perawat yang melayani pasien di ruang yang lain. Setiap perawat yang bertugas di ruang IGD wajib membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, bahkan dianggap perlu mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam menangani pasien secara cepat dan tepat sesuai dengan kasus yang masuk ke IGD. Perawat juga dituntut untuk mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di ruang tersebut.

Penulis: Iwansyah,S.Kep,Ns
Founder Suara Literasi Perawat Indonesia 
Perawat IGD salah-satu Rumah Sakit di Kota Makassar


Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Hebat, Ini Yang Dibanggakan Ketika Menjadi Perawat IGD"