Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Peserta KB Terhadap Metode AKDR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak Pelita V program Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudidayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu dan sumber daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan bahwa gerakan KB Nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan keluarga kecil dalam rangka pelembagaan dan pembudidayaan NKKB (Wiknjosastro, 2002).
Program keluarga berencana nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera bahagia melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk, melalui usaha untuk penurunan tingkat kelahiran penduduk dengan peningkatan jumlah dan kelestarian akseptor dan usaha untuk membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, perpanjangan harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan balita, serta menurunnya tingkat kematian ibu karena kehamilan dan persalinan (Hartanto, 2002).
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan berbangsa diharapkan menerima Norma Keluarga kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “Catur Warga” atau Zero Population Grow (pertumbuhan seimbang) yang menghasilkan keluarga berkualitas (Manuaba, 1998). Sasaran utama program Keluarga Berencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
Dalam hal ini gerakan Keluarga Berencana tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, namun yang lebih penting lagi adalah kontribusi KB dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan keluarga yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas bangsa (Mochtar, 1998).
Berbagai usaha dibidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok pembangunan keluarga sejahtera telah dilakukan baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri (Mochtar, 1998). Untuk ini antara lain dengan senantiasa memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada PUS untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan NKKBS melalui pemakaian alat kontrasepsi.
Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut ternyata belum merata. Ada daerah-daerah yang kegiatan keluarga berencananya sudah tinggi, sementara itu daerah lain masih rendah dalam menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
Pada umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang praktis namun efektivitasnya juga tinggi, seperti metode non MKJP yang meliputi pil KB dan suntik. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD), Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diminati. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Devices) adalah salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif untuk menjarangkan kelahiran anak (Hartanto, 2002).
AKDR sebagai alat kontrasepsi yang efektif mempunyai angka kegagalan rendah yaitu terjadi 1-3 kehamilan/100 perempuan dapat digunakan untuk menekan jumlah kelahiran sehingga nantinya dapat mempengaruhi jumlah penduduk. Namun tidak semua masyarakat dapat memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang AKDR serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakannya.
B. Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1.         Apakah faktor tingkat pengetahuan mempengaruhi rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kecamatan Rappocini Kota Makassar ?
2.         Apakah faktor motivasi mempengaruhi rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kecamatan Rappocini Kota Makassar ?
3.         Apakah faktor status ekonomi mempengaruhi rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kecamatan Rappocini Kota Makassar ?
4.         Apakah faktor efek samping mempengaruhi rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kecamatan Rappocini Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor yang yang mempengaruhi .rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar
2. Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat pengetahuan dengan rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
b.      Untuk mengetahui pengaruh faktor motivasi dengan rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
c.       Untuk mengetahui pengaruh faktor status ekonomi dengan rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
d.      Untuk mengetahui pengaruh faktor efek samping dengan rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
1.         Manfaat bagi peneliti
Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi penulis tentang penelitian yaitu dengan mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dari bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian.
2.         Manfaat bagi tempat penelitian
Sebagai bahan masukan atau informasi baru untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan selalu memberikan konseling dan penyuluhan kepada masyarakat khususnya.
3.         Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadi bahan referensi dan masukan yang  bermanfaat bagi peneliti berikutnya.
4.         Manfaat bagi institusi pendidikan
Memberikan masukan dan informasi serta menambah acuan dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan bidan mengenai metode kontrasepsi AKDR.
5.         Manfaat bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pemberian konseling kepada calon akseptor khususnya akseptor KB AKDR agar dapat menerima alat kontrasepsi.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana (KB)
1.      Pengertian Keluarga Berencana (KB)
WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Dyah Noviawati Setya Arum, dua ribu sembilan ; 28).
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes, 1999).
KB memiliki arti mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda, dan menetukan sendiri kapan anda akan hamil, serta bisa menggunakan metode KB yang sesuai dengan keinginan dan kecocokan kondisi tubuh anda (Uliyah, 2010).
Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
2.      Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi progam KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah:
a.    Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
b.    Terciptanya penduduk yang berkuailitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
a.     Keluarga dengan anak ideal
b.    Keluarga sehat
c.     Keluarga berpendidikan
d.    Keluarga sejahtera
e.     Keluarga berketahanan
f.     Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
g.    Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
3.      Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
a.    Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
b.    Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
c.    Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
d.   Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5persen.
e.    Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
f.     Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
g.    Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
h.    Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
i.      Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.
Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijakan terpadu dalam rangka mencapai keluarga berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).
4.      Ruang Lingkup Keluarga Berencana (KB)
Ruang lingkup keluarga berencana (KB) antara lain:
a.     Keluarga berencana
b.    Kesehatan reproduksi remaja
c.     Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d.    Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas;
e.     Keserasian kebijakan kependudukan
f.     Pengelolaan SDM aparatur
g.    Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
h.    Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara
5.      Strategi Program Keluarga Berencana (KB)
Strategi program Keluarga Berencana (KB) terbagi dalam dua hal yaitu:
a.     Strategi dasar
b.    Strategi operasional
1)      Strategi dasar
Lima grand strategi (strategi dasar) yang merupakan program utama dalam mensukseskan Keluarga Berencana Nasional guna mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
a)      menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB
b)       menata kembali pengelolaan KB
c)       memperkuat sumber daya manusia operasional program KB
d)         meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui  pelayanan KB
e)       meningkatkan pembiayaan program KB
Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB haruslah tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif pada setiap desa serta pelayanan KB berkualitas disetiap desa atau kelurahan tertinggal dan terpencil serta di perbatasan, memberikan promosi dan konseling kesehatan reproduksi.
Program KB yang terintegrasi dengan outcome yang jelas, sitem informasi yang up to date, fasilitas, advokasi dan supervise dari Pusat untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan mitra kerja serta adanya dukungan pemda dengan membuat perda ini semua merupakan bentuk menata kembali pengelolaan KB.
Memperkuat SDM operasinal KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan serta petugas KB dengan jumlah yang memadai dengan kompetensi yang baik dan petugas lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa atau kelurahan.
Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui KB untuk seluruh keluarga dengan balita, aktif jadi anggota badab KB, pra keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan peningkatan keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif, kelompok percontohan bina keluarha remaja untuk setiap kecamatan serta bina lingkungan keluarga untuk kabupaten/kota.
Sedangkan untuk meningkatkan pembiayaan program KB dengan memprioritaskan peanggaran dari pusat ke daerah, sistem pembiayaan terutama bagi rakyat miskin serta alat/obat kontrasepsi dengan harga terjangkau disetiap kecamatan.
2)      Strategi operasional
a)         Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
b)        Peningkatan kualitas dan prioritas program
c)         Penggalangan dan pemantapan komitmen
d)        Dukungan regulasi dan kebijakan
e)         Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
6.      Dampak Program Keluarga Berencana (KB) Terhadap Pencegahan Kelahiran
Program keluarga berencana memberikan dampak yaitu :
a.         Penurunan angka kematian ibu dan anak
b.        Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
c.         Peningkatan kesejahteraan keluarga
d.        Peningkatan derajat kesehatan
e.         Peningkatan mutu dan layanan KB-KR
f.         Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM
g.        Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
B.     Tinjauan Umum Tentang Metode AKDR
1.         Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen mekanisme terjadinya adalah mencegahnya sel telur (ovum) dengan sperma (Rahyuni, 2012 ; 60).
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah cara pencegahan yang sangat efektif, aman, dan reversible bagi wanita tertentu terutama yang tidak terjangkit penyakit PMS (Penyakit Menular Seksual) dan sudah pernah melahirkan.
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis servikalis (Anthonia Theodora B. Udak, 2010 ; 11).
2.         Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Jenis-jenis AKDR di Indonesia antara lain (Atikah P, Anisah D, Sitti Aspuah, 2010 ; 53-54 dalam skripsi Hasniwati Sappe,  2012 ; 9-10).
a.         Copper-T
AKDR ini berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.

b.        Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter barang vertikal 32 mm dan di tambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c.         Multiload
AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga, dengan luas permukaan 250 mm2  atau 375 mm2  untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multiload, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
d.        Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
3.         Tujuan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Pemasangan AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) untuk tujuan kontrasepsi dilakukan pada wanita :
a.         Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih
b.        Ingin menjarangkan kehamilan
c.         Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara permanen (kontrasepsi mantap) biasanya dipasang IUD yang efeknya lama (Lippes loop, Nova T untuk 5 tahun, dan sebagainya).
d.        Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (mengidap penyakit jantung, hipertensi, dan hati).
e.         Berusia di atas 35 tahun, membuat kontrasepsi hormonal dapat kurang menguntungkan.
(Anthonia Theodora B. Udak, 2010 ; 13).
4.         Kontra Indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Kontra indikasi AKDR dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
a.         Kontra indikasi relatif ialah :
1)        Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk, rongga uterus
2)        Uterus dengan perut pada dindingnya seperti pada bekas seksio sesarea, mioma, dan lain-lain
3)        Kelainan yang jinak pada servik uteri, seperti erosio porsiones uteri
b.    Kontra indikasi mutlak :
1)        Kehamilan
2)        Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3)        Adanya metroragia yang belum di sembuhkan
Ada beberapa alasan mengapa AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di katakan metode efektif :
a.         AKDR memerlukan hanya satu kali motivasi dan pemasangan atau dengan kata lain tidak hanya membutuhkan kepatuhan, terlepas dari kunjungan awal untuk konseling dan pemasangan, tidak banyak yang dituntut dalam hal waktu atau usaha dari pihak wanita untuk mencapai efektifitas kontasepsi.
b.        Tidak ada efek sistemik
c.         Dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang
d.        Kegagalan yang disebabkan karena kesalahan akseptor tidak banyak.
e.         Efektifitas tinggi
f.         Kesuburan dapat pulih kembali (reversible)
g.        Tidak diperlukan pendidikan dan tingkat tingkat pendidikan tertentu dari akseptor, karena itu dapat di pakai di daerah pedesaan.
Efek samping dan komplikasi :
a.         Nyeri dan mules
b.        Perdarahan
c.         Keputihan (fluor albus, lakorea)
d.        Dismenorea (nyeri selama haid)
e.         Disparenia (nyeri sewaktu coitus)
f.         Ekspulsi (IUD keluar dengan sendirinya)

C.    Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Peserta KB Terhadap Metode AKDR
1.         Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan terutama yang positif dapat mempermudah terwujudnya perilaku tertentu. Menurut Notoadmodjo (2003) penegatahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah sesorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan, sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Roger (1974) dalam Notoadjmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a.  Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengatahui timulus (ebjek) terlebih dahulu.
b.  Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusu, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Dalam skripsi (Nurhidayah Kasim, 2012, 25).
2.         Motivasi
Motivasi adalah serangkaian sikaf dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikaf dan nilai tersebut merupakan suatu invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan.
Motivasi adalah kondisi seseorang yang mendorong karena adanya kebutuhan, keinginan, infuls dalam diri seseorang maupun dari orang lain untuk memilih suatu alat kontrasepsi (Rahyuni, 2012 ; 22).
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut UNO (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang di indikasikan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan, dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan diri lingkungan yang baik serta kegiatan yang menarik.
3.         Status Ekonomi
Diantara yang termasuk dalam faktor predisposisi / yang mempermudah untuk terjadinya perilaku adalah tingkat ekonomi. Menurut Azwar (1983) dalam Istiarti (2000) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan semakin mudah dalam memilih pelayanan kesehatan begitu juga sebaliknya.
Status ekonomi sebuah kelas sosial, mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Salah satu fungsi dasar keluarga adalah tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber (Friedman, 1998). Geismar dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998) mengembangkan kriteria dan deskripsi kelurga marginal, keluarga secara ekonomi bersifat adekuat. Pendapatan yang mencakup kebutuhan kebutuhan sebuah keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota keluarga dan sumber-sumber pribadi, seperti pensiun, sementara penghasilan yang sebagian berasal dari bantuan-bantuan umum bersifat marginal, tidak stabil / benar-benar tidak memadai.
Keluarga yang bersifat secara tidak adekuat dalam bidang ini menunjukan karakteristik:
a.  Penghasilan seluruhnya berasal dari bantuan umum karena kaum dewasa  dalam keluarga gagal / tak mampu bekerja.
b.  Penghasilan yang berasal dari bantuan kesejahteraan dengan cara – cara curang.
c.  Jumlah penghasilan yang terlalu rendah / tak cukup sehingga kebutuhan kebutuhan pokok tidak terpenuhi.
4.         Efek Samping Metode AKDR
Efek samping yang sering ditemukan dalam pemakaian AKDR adalah menstruasi yang lebih banyak dan lebih lama. Lebih dari 100% pemakai AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) melaporkan gangguan menstruasi. Pengeluaran atas alasan medis, terutama akibat peningkatan banyaknya darah menstruasi, nyeri, bercak merah antar menstruasi, adalah sekitar 4% pertahun.
5.         Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati. Semakin sering ibu melahirkan semakin banyak pengalaman yang diperoleh tentang AKDR sehingga semakin baik pada pengetahuan yang ia peroleh tentang kontrasepsi dalam rahim.
6.         Sumber Informasi
Informasi adalah data yang di proses dalam suatu bentuk yang mempunyai arti dan mempunyai nilai. Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).




D.    Kerangka Konsep
PENGETAHUAN
                                            
MOTIVASI
 
            
METODE AKDR
EKONOMI
            
EFEK SAMPING
            
            
PARITAS

           
SUMBER INFORMASI
            


Keterangan :
                          :  Variabel independen
                          :  Variabel dependen
                          :  Variabel yang diteliti
                          :  Variabel yang tidak diteliti





E.    Definisi Operasional
1.         Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau dipahami oleh Pasangan Usia Subur (PUS) mengenai alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dengan kategori :
a.     Pengetahuan baik
b.    Pengetahuan cukup
c.     Pengetahuan kurang
Kriteria Objektif :
Baik        : Bila responden menjawab pertanyaan dengan skor nilai diatas 7 dari   total skor (70 - 100%).
Sedang    : Bila responden menjawab pertanyaan dengan skor nilai antara 5 – 7 dari total skor (> 50 – 70%).
Kurang    : Bila responden menjawab pertanyaan dengan skor nilai di bawah 5 dari total skor (< 50%).
2.         Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Kriteria Objektif :
Baik         : Bila responden menjawab dengan benar  >80%
Sedang    : Bila responden menjawab dengan benar 60 - 80%
Kurang    : Bila responden menjawab dengan benar <60%
3.         Status Ekonomi
Status ekonomi sebuah kelas sosial, mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan, dengan kategori :
a.     Pegawai negeri dan swasta
b.    Wiraswasta
c.     Ibu rumah tangga
Kriteria Objektif :
Baik        : Pegawai negeri dan swasta
Sedang    : Wiraswasta
Kurang    : Ibu rumah tangga
4.         Efek Samping
Efek samping yang sering ditemukan dalam pemakaian AKDR adalah menstruasi yang lebih banyak dan lebih lama.
Kriteria Objektif :
Baik        : Bila responden menjawab dengan benar >80%
Sedang    : Bila responden menjawab dengan benar 60 – 80%
Kurang    : Bila responden menjawab dengan benar <60%




BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya minat peserta KB terhadap metode AKDR di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
B.     Populasi, Sampel dan Sampling
1.      Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
2.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor KB yang ada di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
3.      Sampling
Sampling yang digunakan dalam pengambilan sampling pada penelitian ini yaitu dengan tehnik purposive sampling yaitu memilih sampel yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian.
C.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Jongaya Makassar. Dengan pertimbangan bahwa di Puskesmas ini memungkinkan untuk dilakukan penelitian sebab dapat ditemui populasi yang mencukupi untuk penelitian.
D.    Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakn pada bulan Februari sampai Maret.
E.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang di lakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan berdasarkan tinjauan teoritis.
1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui pengamatan langsung dilokasi penelitian untuk mendapatkan data.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui wawancara (tanya jawab) langsung dengan responden.
3. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang ditempuh peneliti dengan membagikan kuesioner (pertanyaan) kepada responden.
4.  Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden.
F.     Cara Pengumpulan Data
1.      Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau diambil dari ibu akseptor KB dengan menggunakan kuesioner yang tinggal di sekitar Puskesmas Jongaya Kota Makassar.
2.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari register KB di Puskesmas Jongaya Kec. Rappocini Kota Makassar.
G.    Cara Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Editing
Memeriksa data yang terkumpul bila terdapat data yang kurang lengkap maka dilakukan pngumpulan data kembali.
2.      Coding
Mengklasifikasikan jawaban responden ke dalam bentuk kode yang telah ditetapkan untuk mempermudah pengolahan data.
3.      Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan di dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi dengan menggunakan computer MS exel.
H.    Rencana Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data terkumpul lalu membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
I.       Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusi, dan dalam pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan etika penelitian sebagai berikut :


1.      Informend Consent
Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi criteria inkulasi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memeksakan kehendak dan tetap menghargai hak-hak klien.
2.      Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi lembaran tersebut diberi kode.
3.      Confidentiality
Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.









Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

1 comment for "Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Peserta KB Terhadap Metode AKDR "